SOSOK

M Aulia Rahman: Buah dari Kecintaan pada Bekantan & Banjarmasin, kota Kelahiran 

Panitia Tetap Anugerah Adinegoro PWI Pusat yang diketuai Rita Sri Hastuti menyelenggarakan  Webinar  “Berbagi Pengalaman Bersama Pemenang & Dewan juri 6 Kategori Anugerah Adinegoro 2021”. Acara yang akan berlangsung pada 6 Febuari  mendatang,  menyambut Hari Pers Nasional 9 Febuari 2021. Berikut profil pemenang kategori  Radio:  M Aulia Rahman dari RRI Banjarmasin.

Sinopsis Radio :

Nasalis larvatus atau yang dikenal dengan bekantan populasinya terancam punah. Kebakaran hutan, perburuan liar, dan kerusakan konsevasi habitat menjadi penyebab menurunnya populasi satwa langka ini. 

Dari data Badan Konservasi Sumber daya Alam BKSDA Kalsel jumlah bekantan yang tersisa hanya 3031 ekor. Namun yang masuk wilayah konservasi hanyalah 1292 ekor. Artinya masih ada ribuan bekantan diluar yang keberlangsungananya masih terancam.

Terganggunya habitat bekantan akibat ulah tangan manusia membuat mereka harus keluar konservasi mendatangi perkampungan warga. Hasil kebun milik warga menjadi santapan kawanan bekantan yang kelaparan. Konflik antara manusia dengan bekantan tak terhindarkan.

Reportase langsung kelapangan dilakukan mulai dari mendatangi pemukiman warga yang kerap diserbu kawanan bekantan yang kelaparan, hingga ke lokasi pulau Curiak sebagai salah satu tempat yang akan dijadikan kawasan ekosistem esensisal diluar konservasi. 

Untuk menuju ke pulau ini harus menempuh jalur sungai dengan menumpangi perahu mesin. Bagaimana masyarakat disekitar pulau Curiak hidup berdampingan dengan hewan endemic ini. Apakah masih ada harapan bagi primata pemalu ini untuk bertahan dan berkembang biak. Inilah Indepth Reporting berjudul “Nasalis Larvatus Diantara Konflik dan Kepunahan”

JAKARTA, bisniswisata.co.id: Ketika mulai bekerja pada 2010 sebenarnya M Aulia  Rahman langsung bergabung dengan perusahaan modal ventura sesuai dengan latar belakang pendidikannya di strata satu Fakultas Ekonomi Unika M Arsyad Al Banjary di Banjarmasin.

Namun perusahaan pembiayaan berupa penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan swasta sebagai pasangan usaha (investee company) untuk jangka waktu tertentu itu tidak  membuatnya betah meski sempat ditekuni sekitar setahun.

Aulia kemudian pilih bekerja di GolFM Radio yaitu stasiun Radio milik Persatuan sepak bola ( PS ) Barito Putra selama setahun sebelum akhirnya bergabung dengan RRI Banjarmasin tahun 2013.

Dia langsung ditempatkan di seksi liputan berita dan dokumentasi bidang pemberitaan. Tugasnya sehari-hari sebagai reporter dan presenter talk show dimana hasil liputannya untuk Kantor Berita Radio Nasional ( KBRN) RRI, berita online untuk RRI .co.id. hingga paket produksi feature serta investigasi baik untuk memasok berita daerah maupun untuk siaran berjaringan nasional PRO 3 RRI.

Lahir dan besar di Banjarmasin yang juga disebut Kota Seribu Sungai, M.Aulia Rahman tergolong Akamsi alias Anak Kampung Sini. Tapi dalam hal prestasi dia bukan jago kandang.

Simaklah prestasi yang dicapainya karena belum genap 8 tahun bekerja di RRI sudah delapan penghargaan pula yang diterimanya. Salah satunya adalah jadi Runner-up Asia Broadcasting Union ( ABU Prizes) 2016 kategori News Reporting yang bersaing dengan 70 negara.

” Liputan saya kala itu Logging of Mangrove Wood, menang di ajang ABU kategori News Reporting mewakili RRI di ajang bergengsi itu. Untuk membuat reportase itu proses penggarapannya tidak mudah dengan medan yang cukup jauh,” jelasnya.

Tahun 2018 dia juga meraih juara ke dua kategori feature juga dari Kompetisi Swara Kencana RRI dilaksanakan oleh Radio Republik Indonesia setiap tahunnya. 

Kompetisi ini diadakan sebagai tujuan dalam evaluasi terhadap program-program siaran radio yang telah disiarkan oleh masing-masing stasiun radio. 

Tak hanya itu, RRI memberikan ruang untuk berkompetisi secara profesional dalam mengukur tingkat kinerja dan kreativitas para pengelola siaran. Pada akhirnya masing-masing radio akan melahirkan produksi siaran yang bermutu bagi para pendengar.

Dari berbagai penghargaan yang diraihnya termasuk Anugerah Adinegoro  mengingatkan pribahasa Jawa yaitu ibarat tumbu – entuk tutup, yang artinya panci yang sudah klop dengan tutupnya.

M Aulia Rahman dan RRI ibarat pepatah dalam bahasa Jawa  yang menggambarkan sesuatu yang serasi, tepat, pas, klop. Tak heran selama delapan tahun bekerja maka sudah 8 penghargaan di terimanya. Tahun 2020 lalu Aulia menerima Anugerah Jurnalistik dari Pertamina se Kalimantan.

Anugerah Adinegoro yang diterimanya tahun 2021 ini adalah memberikan penghargaan atas karya jurnalistiknya dengan program siaran pada 30 November 2020 berjudul “Nasalis Larvatus di Antara Konflik dan Kepunahan”.  Sekali lagi kecintaannya pada Banjarmasin, kota kelahiran dengan mascot Bekantannya membawanya pada penghargaan jurnalistik tertinggi di negri ini.

“Bagi saya adinegoro ini penghargaan yang memang spesial ya karena kita diberikan kebebasan untuk membuat karya jurnalistik tanpa ada “sesuatu”. Maksudnya disini beda ketika yang menggelar adalah pihak swasta atau pun mereka yang meminta harus ada sumbangsih dari pihak penyelengara dalam karya jurnalistik yang dibuat,” ungkapnya.

Jadi Aulia yakin siapa pun yang memenangkan adinegoro akan sangat bangga mendapatkannya. Karena semua idenya bisa dituangkan namun tetap dengan kode etik jusrnalistik yang telah disepakati. 

Berbeda dengan Aulia yang rajin mengikuti berbagai kompetisi, masih banyak yang memandang sebelah mata dengan penghargaan dari wartawan untuk wartawan ini, enggan mengirimkan hasil karya dan alasan lainnya.

“Saya kira itu hanya masalah gengsi saja ya, karena banyak organisasi wartawan yang juga menggelar hal serupa. Namun tetap saja adinegoro yang dilaksnakan oleh PWI tetap menjadi magnet utama bagi para jurnalis untuk diikuti. Apalagi penghargaan ini diserahkan saat Hari Pers Nasional (HPN) yanag merupakan harinya para jurnalis di Indonesia,” ujarnya menanggapi pertanyaan di atas.

Bagi keluarganya, terutama ibunda tercinta dan istri memang sangat terkejut karena awalnya tidak menyangka Aulia bisa mendapatkan penghargaan bergengsi ini. Meski berbagai penghargaan yang diterima  sebelumnya sudah mengakui kepiawaiannya dalam hal jurnalistik, namun sosok Adinegoro yang menjadi panutan menjadi kebanggaan tersendiri dalam diri ibunda.

” Bukan tanpa alasan karena ini bukan pertama kali saya ikut kompetisi Anugerah Adinegoro. Tercatat sudah 3 kali saya ikut Adinegoro sejak 2017. Alhamdulillah akhirnya mendapatkan kabar gembira ini meski saat ini kami di kalimantan Selatan mendapat musibah bencana banjir,” ujarnya.

Jadi penghargaan Adinegoro ini  benar-benar “Pelipur lara ditengah Bencana”. Apalagi menghasilkan kualitas liputan terbaik hasilnya membahagiakan seluruh keluarga besar baik di rumah maupun di kantor,” kata Aulia dengan riang sambil menutup obrolan via chat WA.

Hilda Ansariah Sabri

Pendiri, Pemimpin Umum, Pemimpin Redaksi dan pemegang sertifikasi Wartawan Utama Dewan Pers dan Ketua Departemen Pariwisata PWI Pusat (2018-2023)