JAKARTA, bisniswisata.co.id: Pemerintah Indonesia agar meningkatkan literasi mengenai industri halal karena populasi Muslim memiliki pertumbuhan tercepat sebagai segmen konsumen di pasar global, kata Sapta Nirwandar, Ketua dan pendiri Indonesia Halal Lifestyle Center ( IHLC), hari ini.
” Literasi bukan hanya untuk halal tourism tapi justru untuk halal industri karena ada 7 sektor utama di dalamnya. Halal tourism hanya salah satu sektor dari halal industri,” jelasnya
Dia menjawab pertanyaan pers mengenai perlunya pemerintah meningkatkan literasi halal tourism karena pengelola destinasi super prioritas maupun masyarakat belum sepenuhnya paham bahwa halal tourism adalah extended services, pelayanan tambahan saja.
Dalam ekonomi Islam global ( industri halal) ada makanan halal ( halal food), keuangan Islam (Islamic Finance ), Muslim friendly travel, fashion, media & rekreasi, Halal pharmaticeutical dan Halal cosmetics.
” Seperti yang sering saya ulang-ulang jelaskan kalau di pesawat ada penumpang yang oleh agamanya dilarang makan daging sapi maka perusahaan penerbangan menyediakan makanan vegetarian. Maka itulah yang disebut pelayanan tambahan,” kata Wakil Menteri Pariwisata di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini ( SBY).
Saat ini di pasar global, jika ada perusahaan yang tidak melek dan membidik halal industri maka mereka dianggap kehilangan peluang besar. Data International Trade Center tahun 2015 maka 25% dari 1,8 miliar populasi Muslim dunia adalah konsumen Muslim dengan total pengeluaran US$1,9 triliun.
” Kita sekarang sudah di tahun 2020, jumlah umat Muslim dunia sudah bertambah dan dari tiga webinar internasional yang diselenggarakan IHLC dan Indonesia Tourism Forum ( ITF ) selama pandemi global COVID-19 saat ini para pembicara internasional ungkapkan bahwa ada permintaan melonjak untuk halal food” kata Sapta.
Hal ini mengingat halal sudah menjadi universal bahkan jadi brand apalagi sejak terjadi pandemi global di 216 negara maka semua produk kesehatan menjadi kebutuhan umat manusia mulai dari makanan hingga vitamin dan obat-obatan.
Statistik menunjukkan nilai pasar Muslim yang ada dan potensial di seluruh dunia pada tahun 2017 akan terus menguat hingga 2023 sehingga pasar Muslim dari US$ 2,11 miliar berpotensi tumbuh menjadi sekitar US$ 3 miliar pada tahun 2023.
” Saat pandemi ini permintaan halal food, media & recreation serta farmasi justru melonjak, sebaliknya yang terpuruk adalah travel,” tambahnya.
Tidak hanya berfokus pada industri pengolahan pangan, industri global halal sudah mencakup produk farmasi, kosmetik, kesehatan, peralatan mandi bahkan perangkat media. Selain itu juga industri halal menjangkau sektor jasa seperti logistik, pemasaran, percetakan, pengemasan, branding, pembiayaan dan banyak lagi, jelas Sapta Nirwandar.
” Ini sebuah pasar yang terlalu sayang untuk dilewatkan begitu saja. Apalagi penduduk Muslim di negara-negara Barat juga meningkat seperti di Inggris, Perancis dan Jerman,”
Negara-negara nonMuslim seperti Australia dan Kanada justru jadi eksportir produk halal ke seluruh dunia, Jepang, Korea dan Taiwan malah menjadi negara-negara yang sukses mengembangkan Muslim Friendly Travel.
” Itu sebabnya Indonesia dengan segala kekayaan alam dan mayoritas penduduknya yang beragama Islam seharusnya mengembangkan halal industri dan perlu literasi di semua lapisan masyarakatnya. Orang lain negara lain mampu melihat peluang pasar halal yang sangat besar. Nah negara kita kapan?