JAKARTA, Bisniswisata.co.id: Kunjungan wisatawan lokal, nasional maupun internasional ke wisata Monumen Nasional (Monas) Jakarta Pusat, mencapai 417.285 wisatawan saat libur Hari Raya Imlek. Rincannya pada Jumat (16/02) dikunjungi 16.453 wisatawan dan Sabtu (17/02) sebanyak 400.832 wisatawan.
“Kami belum bisa merekap kunjungan pada Minggu (18/02/2018) dan baru bisa diketahui tengah malam. Namun kami prediksi jumlahnya ada kenaikan dibandingkan hari-hari biasa atau weekend,” papar Kepala Unit Pengelolaan Teknis (UPT) Monas Munjirin kepada Bisniswisata.co.id, Ahad (18/02/2018).
Dilanjutkan, dari jumlah pengunjung tersebut 8.749 yang naik ke puncak Tugu Monas untuk melihat keindahan Jakarta dari ketinggian. “Tercatat, 8.596 berasal dari dalam negeri. Sedangkan, wisatawan mancanegara berjumlah 153 orang,” jelasnya.
Untuk mencegah membludaknya antrean menuju Puncak Tugu Monas diberlakukan sistem shift. “Kami terapkan pengaturan agar pengunjung merasa nyaman. Petugas kami juga selalu siaga untuk menjaga kebersihan kawasan Monas,” tandasnya.
Monas memang tak pernah sepi dari kunjungan wisatawan. Salah satu landscape yang dikenal di luar negeri ini, memang menjadi tempat wisata dan rekreasi terfavorit di Jakarta, sekaligus juga wisata edukasi dan sejarah. Selain murah meriah, mengunjungi Monas juga tak pernah ada rasa bosannya.
Tugu Monas merupakan monumen berbentuk tugu obelisk, dibangun berdasarkan perintah presiden pertama RI, Ir. Seokarno. Pembangunannya dimulai tanggal 17 Agustus 1961 dan secara resmi dibuka untuk umum pada tanggal 12 Juli 1975. Pembangunan monumen ini sempat terhenti karena adanya peristiwa pemberontakan G30S PKI (gerakan 30 September PKI)
Area dimana Monumen Nasional dibangun memiliki luas 80 hektar. Area ini mengalami beberapa pergantian nama. Awalnya disebut dengan lapangan Gambir, lalu berganti nama menjadi lapangan Ikeda, lapangan merdeka, lapangan Monas, dan akhirnya dikenal dengan nama Taman Monas.
Pembangunan Monas diawali dengan sayembara rancangan monumen yang dilakukan pada tahun 1955. Rancangan yang dipilih harus bisa memenuhi kriteria yang ditetapkan ; mampu melambangkan karakter bangsa Indonesia, dan bisa bertahan berabad-abad lamanya. Dari sekitar 51 rancangan yang masuk, terpilih karya rancangan arsitek Frederich Silaban. Rancangan arsitek Frederich Silaban di revisi oleh Presiden Soekarno untuk memenuhi bentuk Lingga dan Yoni. (redaksibisniswisata@gmail.com)