ART & CULTURE

KSB Baca Puisi Karya Yudhistira ANM Massardi “Jiwa-Jiwa Bermahkota

Penyair Yudhistira ANM tengah membacakan puisinya ( foto: Si Toto)

JAKARTA,bisniswisata.co.id: Virus Covid-19 tak kenal teritorial dan batas negara. tak pernah bertanya siapa Anda. Tak pandang bulu, ia mampu menyusup kemana saja, merasuk dan membunuh siapa saja yang ngeyel dan merasa aman. 

Karena itu terpujilah anjuran para ulama dan umara, agar kita #saveStayHome, untuk sementara tinggal dan bekerja dari rumah hingga kelak wabah berlalu, dengan tetap mengedepankan social & physical distancing, untuk bisa memutus tali penyebaran wabah tersebut.

Di luar rutinitas rumah tangga, banyak hal positif bisa dilakukan dari rumah. Para pekerja dan pegiat kesenian yang tergabung dalam Kelompok Seni Bulungan (KSB) misalnya, satu sama lain tetap melakukan kontak lewat WA Grup, dan antara lain menggelar kerja bareng dengan memanfaatkan jasa internet dan jejaring media sosial.

Hasilnya? video  pendek berdurasi 3 menit bertajuk “Jiwa-Jiwa Bermahkota” yang mengangkat puisi bertajuk sama karya penyair Yudhistira ANM Massardi atau Yudhis, dideklamasikan bersama-sama dan ditayangkan di berbagai jaringan medsos, termasuk di laman FaceBook dan YouTube.

Sebentuk sumbangsih baru bagi dunia sastra Indonesia, sekaligus juga sebagai ungkapan rasa prihatin seniman yang tergabung dalam KSB, atas virus Covid-19 yang masih terus mewabah dan menghantui masyarakat luas, Indonesia. 

KSB adalah organisasi nirlaba dan non-politik, payung dan wadah bagi para pegiat dan pekerja seni sekaligus aktivis Gelanggang Remaja Jakarta Selatan (GRJS) tahun 1972 – 2010. Beralamat di Jalan Bulungan No. C1 Kebayoran Baru, GRJS juga dikenal sebagai Gelanggang Remaja (GR) Bulungan, dan para aktivisnya juga dikenal sebagai Anak Bulungan. 

Banyak aktivitas kerja berkesenian dilakoni Anak Bulungan dari masa ke masa. Bidang yang menonjol adalah seni teater/pertunjukan, seni rupa, seni musik, fotografi dan film, serta seni sastra termasuk aplikasinya di bidang kepenulisan dan kewartawanan.  

Di masa virus Covid-19 merebak, Anak Bulungan banyak membuat puisi. Tapi yang terbanyak rasanya…Yudhis. Saya mencatat, setidaknya ada tiga buah puisi karya Yudis yang mengungkap ihwal penyebaran virus Corona yang cukup mengguncang sendi-sendi kehidupan epoleksosbud masyarakat. Diantaranya puisi bertajuk “Jiwa-Jiwa Bermahkota” sebagaimana lirik-lirik berikut:

Jiwa-jiwa bermahkota

jiwa-jiwa yang berjuang

Jiwa-jiwa yang berpulang

Membawa cahaya Cinta 

Dari air mata

Air mata tanpa keluarga

Air mata tanpa peta

Doa-doa tak bernama

menggelapkan langit sejak fajar 

Sejak bilangan kehilangan

Kubur tanpa pengantar

Tanpa kembang

Hanya sunyi yang panjang

Sejak virus meringkus

Tubuh-tubuh meriang

Hilang ranjang

Jiwa-jiwa yang berjuang

Jiwa-jiwa yang berpulang

Memantau suatu zaman

Ketika Corona menerjang

Ketika kota-kota tegang

Dan kita tercengang 

Berulang

Tapi kalian mendadak hilang!

(Jiwa-jiwa pembawa air mata

Mata air surga) 

Searah jarum jam, Dharnoto. Renny Djajoesman, Uki Bayu Sejati. Maza Yudha, Wita Dahlan dan Heryus Saputo Samhudi

Dua versi

Apa yang dipikirkan Yudhis dengan puisi yang digubahnya pada tanggal 21 Maret 2020 di rumahnya di Bekasi, Jawa Barat? Sila Anda simak dan simpulkan bait-bait di atas. Baik-bait puisi yang cermat dan gamblang, sederhana, dengan kedalaman makna yang relatif mudah dicerna. 

Itu pula rasanya yang menjadi pertimbangan KSB, saat menjadikannya subject-matter rancang produk: Anak Bulungan baca puisi bareng di medsos.Kebetulan KSB tanggal 29 Februari 2020 (dengan bendera Teater Bulungan) baru mementaskan drama Ayahku Pulang karya adaptasi Usmar Ismail dengan sutradara Renny Djajoesman.

Merebaknya wabah Covid-19, membuat produk drama itu belum bisa di”pentas-keliling”kan ke beberapa kota yang sudah diprogram. Gagasan Uki Bayu Sedjati, untuk KSB bikin acara baca puisi bareng, dan lalu diaudio-visualkan, segera disambut hangat. 

Tercatat sembilan Anak Bulungan siap berkontribusi langsung dalam proyek seni sembari #saveStayHome ini, Selain Uki dan Yudhis (yang puisinya dijadikan bahan bacaan sekaligus bagian pokok dari skenario pertunjukan) ada Dharnoto (dramawan dan wartawan), Heryus Saputro Samhudi, Jan Praba (perupa), May Soebiakto MST atau Si Toto (perupa), Maza Yudha (dramawan dan Wartawan, Renny Djajoesman (dramawan, penyanyi), dan Wita Dahlan yang dramawan dan pengusaha. 

Selain Si Toto yang disepakati bertindak sebagai editor dan penata grafis pada produk sinema ini, nama-nama lainnya dipercaya menjadi narator atau deklamator, yang dengan kemampuan dan fantasi-artistik masing-masing akan membaca secara utuh puisi karya Yudhis di atas, dan memvisualkannya (minimal) dengan perangkat HP masing-masing.

Hasil rekaman tersebut dikirim ke Si Toto buat diedit dan dijahit menjadi satu kesatuan penampilan bersama, dengan durasi singkat dan padat, sepanjang waktu pembacaan sebuah puisi yang dibawakan secara bergantian.

Tapi sebagai sebuah try-out, karya pertama produksi KSB ini bukan tanpa kendala. Bahan audio-visual dari Jan Praba misalnya, ternyata tak bisa diikutsertakan sebagai bahan yang akan diedit dan dijahit. Dengan tetap memberi apresiasi tinggi pada Jan yang sudah kerja keras memproduksi bahan, KSB meminta maaf karena hanya bahan rekaman dari 7 pembaca lain saja yang jadi materi pokok pengerjaan. 

Uki Baju Sedjati sebagai ‘kepala proyek’ berinisiatif mengajak Tao Hidayat untuk juga mengutak-atik stok bahan yang ada, mengedit dan menjahitnya sebagai sebuah sebuah video yang utuh sehingga hasilnya adalah puisi sama tapi dua produk berbeda.

Tao Hidayat adalah bagian dari generasi mutakhir KSB. Aktif saat adanya kebangkitan Anak Bulungan sepuluh tahun silam menghadirkan wadah KSB. Tao yang dikala itu adalah pemusik jalanan yang biasa ngamen di EMperan PAmulaNG  ( EMPANG) Tangerang Selatan, langsung akrab dengan KSB dan banyak membantu proyek KSB seperti pementasan teater Febuari lalu.

Tao pula yang membuat versi lain video-puisi “Jiwa-Jiwa Bermahkota” produksi KSB tersebut yang kini hadir di berbagai laman medsos. Karya Si Toto tampil seminggu lebih dulu, mengisi berbagai laman What’s Up dan FB, disusul kemudian versi Tao dijejaring yang sama, bahkan nyeplos ke laman YouTube. Selamat menikmati !.

 

Hana Fahila