LOMBOK, bisniswisata.co.id: Voluntourism atau melancong sambil menjadi relawan, kini semakin berkembang di Indonesia. Berwisata bahari sembari menanam mangrove. Berwisata di pantai sambil memungut sampah plastik. Touring sembari aktifitas sosial. Melancong sembari mengajar. Inilah voluntourism, yang banyak dilakukan generasi milenial.
Hal ini juga dilakukan komunitas 1000 guru, yang melakukan aktivitas voluntourism. Saat melancong ke Lombok. “Kegiatan kami jalan-jalan mengunjungi tempat wisata, tapi ada kegiatan mengajar kepada anak-anak yang ada disekitar tempat wisata,” lontar Pendiri 1000 Guru Jemi Ngadiono di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Seperti dilansir laman Tempo, Senin (20/08/2019), Jemi mafhum melanjutkan bila tren berwisata semakin berkembang, tak lagi hanya sekadar urusan pelesiran semata. “Sekarang kan mulai ada tren social traveling. Itu bagus karena setiap anak muda tidak cuma jalan-jalan, tapi juga bisa berbagi di tempat wisata yang mereka kunjungi,” tuturnya.
Komunitas 1000 Guru dibentuk pada 22 agustus 2012 oleh Jemi Ngadiono. Mulanya, 1000 Guru merupakan sebuah akun yang mengabarkan kondisi pendidikan di berbagai pelosok nusantara. Namun kini berkembang menjadi sebuah aktivitas untuk ikut ambil peran dalam berbagi pengetahuan, yang programnya dinamai Traveling and Teaching.
Traveling and Teaching dalam pelaksanaannya tidak berbeda dengan umumnya ketika seseorang ingin melancong. “Pesertanya membayar. Nah, dari uang pembayaran itu untuk membiayai kegiatan selama traveling,” katanya.
Namun yang membedakan, 1000 Guru umumnya mengumpulkan jumlah pelancong yang sudah ditentukan sebelum bepergian. “Biasanya ada 30 orang, kami bagi menjadi enam grup. Satu grup berisi lima orang,” tuturnya. Dicontohkan pembagian grup tersebut untuk membantu berbagi pengetahuan di jenjang sekolah dasar.
“Misalnya untuk kelas 1, lima orang itu harus menyiapkan apa yang mereka ajarkan,” katanya. Sebelum melakukan perjalanan, Jemi menjelaskan bahwa akan ada pengarahan terkait aktivitas mengajar di tempat wisata yang dituju.
Traveling and Teaching memberi manfaat bagi para pelancong. “Saat berbagi pengetahuan kami juga mendapatkan hal yang baru dari mereka. Kami mendapatkan inspirasi dari anak-anak ini,” tuturnya. Selain itu, pelancong bagai mendapatkan keluarga baru selama perjalanan. “Ketika mereka traveling bareng, yang sebelumnya tidak pernah kenal terus ketemu menjadi tim sebagai teman dan mengajar,” katanya.
Jadi hal utama, sambung dia, adalah memiliki niat untuk menikmati tantangan selama perjalanan. “Karena ini bukan traveling yang bisa tidur di tempat mewah. Tapi bisa tidur di sekolah, tenda, dan melewati jalan yang tidak bagus,” lontarnya.
Kemudian, ia menjelaskan seperti umumnya bepergian wisata hal yang mesti disiapkan adalah dana, Untuk biaya bepergian bahwa dana yang disiapkan pelancong juga bisa untuk anggaran pribadi saat ingin berdonasi di tempat tujuan.
“Mereka diperbolehkan membawa donasi yang peruntukannya ditentukan sendiri. Ketika donasi sendiri untuk diberikan langsung kepada anak-anak, itu kan berbeda dengan cuma punya duit terus titip donasi.” lanjutnya.
Selain itu, harus memiliki persiapan materi yang ingin dNDYagikan saat berada di tempat tujuan. “Itu harus dipersiapkan dengan baik dari rumah, targetnya seperti apa,” tuturnya. “Hal itu yang membuat traveling menjadi bermanfaat dan berkesan dalam diri,” katanya. (NDY)