BOJONEGORO, bisniswisata.co.id: Perjalanan panjang Tari Thengul sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia, membuahkan hasil.
Hasilnya, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) menetapkan tarian khas dan tradisional asal Bojonegoro Jawa Timur (Jatim) sebagai WBTB.
Bupati Bojonegoro, Anna Muawanah bangga perjalanan panjang mengangkat tari Thengul tak sia-sia. Bahkan sangat mengapresiasi atas proses dan upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah bersama masyarakat Bojonegoro. “Dengan menghidupkan kembali kesenian yang hampir tertimbun ini tidaklah mudah, apalagi untuk dijadikan sebagai ikon daerah,” ujar Bupati Anna dalam keterangan persnya, Selasa (20/8/2019).
Dibutuhkan komitmen bersama untuk menjaga dan melestarikan budaya dan kearifan lokal. Semangat Bojonegoro yang produktif harus selaras dan sinergi dengan tujuan bersama NKRI, yaitu SDM Unggul Indonesia Maju. “Semangat ini akan terus kami gencarkan untuk mempromosikan Bojonegoro menyapa dunia melalui kampanye Pinarak Bojonegoro,” tandas Anna.
Tari Thengul merupakan tarian tradisional yang terinspirasi dari Wayang Thengul asal Bojonegoro, Jawa Timur (Jatim). Tarian ini biasanya dipentaskan oleh penari secara berkelompok dengan gerakan, ekspresi, dan kostum yang menyerupai Wayang Thengul.
Tari ini merupakan tarian kreasi yang diciptakan para seniman, juga sebagai wujud apresiasi dan upaya untuk mengangkat kembali kesenian yang hampir tenggelam seiring dengan perkembangan jaman.
Pemerintah bersama masyarakat Bojonegoro langsung tancap gas agar tercatat dalam rekor dunia Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai pemrakarsa dan penyelenggara pagelaran Tari Thengul dengan peserta terbanyak yang berjumlah 2.019 penari yang terdiri dari pelajar sepenjuru Bojonegoro.
Tak tanggung-tanggung thengul juga menyapa dunia melalui event Thengul International Folklore Festival (TIFF) 2019 bulan Juli lalu, dengan mendatangkan delegasi kesenian asing dari 4 negara, yaitu Polandia, Bulgaria, Mexico, dan Thailand.
Di hari Kemerdekaan Negara Republik Indonesia yang ke-74, thengul Bojonegoro tampil dalam upacara kenegaraan di Istana Negara pada acara penurunan bendara sang saka Merah Putih. Sebanyak 250 penari dari pelajar SLTP, SLTA dan Mahasiswa ini menyapa dengan hangat Presiden RI Joko Widodo, dan seluruh tamu undangan yang hadir.
Tari Thengul diciptakan tahun 1991an oleh Joko Santoso dan Ibnu Sutawa, biasanya ditampilkan tujuh orang penari putri dengan kostum dan tata rias muka putih seperti boneka. Penari menari layaknya Wayang thengul dengan gerakan yang kaku dan ekspresi yang terlihat lucu, sehingga memunculkan kesan humor dan menghibur dalam setiap pertunjukannya. Gerakan dan ekspresi itulah yang menjadi salah satu ciri khas dari Tari Thengul.
Dalam pertunjukannya diawali dengan buka gender dilanjutkan dengan slantem bersama oklik. Kemudian penari keluar dengan jalan pinokio dan dilanjutkan dengan buka cluluk, jogedan, playon, guyonan dan kemudian di tutup dengan kayon.
Dalam pertunjukan Tari Thengul diiringi berbagai alat music tradisional seperti oklik, ithik – ithik, biola dan gamelan laras slendro. Selain musik pengiring juga diiringi dengan tembang dan senggakan.
Kostum dan tata rias para penari, bentuk layaknya karakter Wayang thengul. Wajah penari dirias dengan warna putih dengan garis hitam pada rambut, alis dan mata. Untuk busana yang di gunakan, pada bagian atas menggunakan busana seperti kemben dan pada bagian bawah menggunakan kain panjang bercorak bledak. Pada bagian kepala menggunakan cundhuk berbentuk seperti Wayang thengul.
Dalam perkembangannya, Tari Thengul ini masih tetap dipelajari dan dilestarikan keberadaanya. Selain masuk dalam ranah pariwisata, tarian ini juga dimasukan ke dalam ranah pendidikan sebagai upaya memperkenalkan kepada generasi muda agar proses regenerasi tetap berjalan. (NDY)