YOGYAKARTA, bisniswisata.co.id: Ada pemandangan berbeda dari Istana Kepresidenan Yogyakarta pada Ahad (16/9/2018). Pasalnya, sudut-sudut yang biasa eksklusif untuk acara-acara kepresidenan dapat dikunjungi sebagai tujuan wisata.
Kunjungan sendiri dilakukan tidak kurang 500 anak-anak yatim Kota Yogyakarta. Sebanyak 400 anak yatim berasal dari panti-panti asuhan dan 100 anak yatim berasal dari sekitaran Kota Yogyakarta. Anak-anak berkesempatan mengelilingi Istana Kepresidenan dalam rangka Wisata Religi dan Edukasi. Kegiatan itu digelar Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kota Yogyakarta.
Kegiatan itu terbilang istimewa, lantaran mengunjungi tempat memang tak setiap hari dibuka untuk umum. Mulai Kraton Yogyakarta, Masjid Gedhe Kauman sampai Istana Kepresidenan Yogyakarta. Untuk Istana Kepresidenan Yogyakarta, anak-anak tak cuma diizinkan berkeliling halaman seluas 43.585 meter persegi. Mereka boleh menelusuri gedung-gedung dari komplek di ujung Jalan Malioboro.
Bahkan, anak-anak boleh mengunjungi Museum Istana Yogyakarta sampai kantor-kantor resmi yang ditempati Presiden RI. Ternyata, itu semua memang telah menjadi rencana ke depan untuk bangunan yang diarsitekti A Payen tersebut.
“Wisata memang jadi pemikiran kami selama ini, dan kami akan membuka Istana Kepresidenan Yogyakarta ini selebar-lebarnya kepada masyarakat, khususnya Kota Yogyakarta Kepala Istana Kepresidenan Yogyakarta, Syaifullah, seperti dilansir laman Republika, Ahad (16/9/2018).
Berada tepat di seberang dengan Museum Benteng Vredeburg, Istana Yogyakarta lebih sering disebut Gedung Agung. Hal itu dilakukan untuk membedakan dengan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.
Dibangun sekitar 1823, gedung itu semula merupakan kediaman resmi residen Belanda ke-18 bernama Anthonie Hendriks Smissaert. Tapi, beberapa bangunan bahkan telah dibangun sejak 1815an. Di pintu gerbang, masyarakat disambut dua patung Dwarapala setinggi dua meter dengan ular yang melingkari badannya. Ada pula gada dan pisau yang keduanya berasal dari biara sebelah selatan Candi Kalasan.
Dua monumen itu memiliki kembaran yang ada di Istana Merdeka dan Museum Sonobudoyo yang ada di Alun-Alun Utara. Namun, untuk kunjungan, memang tidak semua tempat boleh diabadikan dengan jepretan kamera.
Syaifullah memastikan Istana Kepresidenan Yogyakarta memang dibuka untuk wisata. Bahkan, Istana Kepresidenan Yogyakarta berencana menyediakan fasilitas jemputan bagi yang mau lakukan kunjungan wisata. “Khusus masyarakat Kota Yogyakarta yang berwisata pada Ahad kami siapkan jemputan, tidak dipungut biaya apapun, kami minta disiapkan khusus bus dari Jakarta dua,” ujar Syaifullah.
Ia mengungkapkan, selama ini orang-orang yang datang melakukan kunjungan justru banyak berasal dari luar Kota Yogyakarta, atau luar DIY. Mulai dari Sumatra, Kalimantan, bahkan Sulawesi.
Untuk itu, ia merasa masih banyak masyarakat Kota Yogyakarta yang belum mengetahui isi Istana Kepresidenan Yogyakarta. Karenanya, Istana Kepresidenan Yogyakarta akan dibuka untuk wisata.
Diceritakan, sudah dua tahun terakhir ini Istana Kepresidenan Yogyakarta meminta Kepatihan untuk mengundang tokoh-tokoh Kota Yogyakarta. Terutama, untuk datang setiap peringatan 17 Agustus. Mulai lurah-lurah, 17 Agustus malah telah mengundang RW-RW untuk datang. Dari sana, Istana Kepresidenan Yogyakarta mencoba memberikan sosialisasi tentang dibukanya tempat tersebut untuk wisata.
Selain itu, Syaifullah menambahkan, Istana Kepresidenan Yogyakarta akan dibuka untuk kunjungan wisatawan-wisatawan mancanegara. Bahkan, sudah disediakan sarung untuk mereka yang datang bercelana pendek. “Semua itu kita lakukan karena kita ingin membumikan Istana Kepresidenan Yogyakarta kepada masyarakat,” kata Syaifullah.
Istana Yogyakarta atau istana kepresidenan Yogyakarta atau disebut Gedung Agung beralamat di jalan Jendral Ahmad Yani (Margo Mulyo) nomor 3, persis depan musium Vredenburg dekat dengan Nol KM Yogyakarta.
#. Sejarah
Sejak jaman Belanda semasa pemerintahan Residen Anthonie Hendriks Smissaert tahun 1823-1825, mengajukan gagasan perlu adanya sebuah gedung untuk tempat tinggal resmi Residen. Mei 1824 pembangunan dimulai dan dikerjakan arsitek A. Payen, tetapi tertunda karena adanya perang Diponegoro tahun 1825-1830 sehingga pembangunannya baru selesai Desember 1832.
Gedung Residen ini jadi Gedung Gubernur sesaui Staatsblad no 561 tertanggal 19 Desember 1927. Tahun 1867 gedung ini mengalami kerusakan berat akibat gempa bumi, lantas dipugar dan selesai tahun 1869 sehingga menjadi sebuah gedung sangat kolosal. Kependudukan Jepang Maret 1942, gedung ini digunakan untuk Tyookan Kantai
Saat jaman pemerintahan Republik Indonesia, gedung ini direbut kembali dan dipakai untuk Kantor Komite Nasional Indonesia (KNI) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Pada 6 Januari 1946, ibu kota Republik Indfonesia pindah ke Yogyakarta dan Gedung Agung ini dipakai sebagai Istana Kepresidenan.
Istana Kepresidenan Yogyakarta berada diatas tanah seluas 4,2 hektar, memasuki pintu gerbang utama disambut patung raksasa penjaga pintu “Dwarapala” setinggi 2 meter dari biara Candi Kalasan. Juga Ada beberapa ruang, wisma, museum , taman anggrek, dan tempat menyimpan patung dari candi di sekitar Yogyakarta.
#. Ruang Garuda
Ruangan besar sebagai ruangan resmi berfungsi menerima tamu-tamu kenegaraan. Terletak tepat di tengah-tengah gedung utama, ruangan setinggi 7 meter dengan 3 rangkaian lampu kandelier bertingkat, 4 cermin tua tergantung dan permadani yang terhampar dibagian tengah ruangan mempertegas kesan resmi dari ruangan ini. Ruang ini digunakan acara resmi seperti ruang pelantikan gubernur DIY. Di ruang ini pengunjung tidak boleh masuk.
#. Ruang Diponegoro
Ruang Diponegoro dipergunakan untuk duduk para tamu pada acara-acara tertentu sifatnya umum. Terletak di sebelah kiri ruang Garuda, di ruangan ini dipasang lukisan pangeran Diponegoro untuk mengenang sejarah kepahlawanannya. Kalau diruang ini pengunjung boleh masuk, tapi tidak boleh mengambil gambar.
#. Ruang Soerdiman
Ruang soedirman untuk mengenang perjuangan Panglima Besar Soedirman dalam memimpin gerilya melawan Belanda. Dulu Panglima Besar Soedirman meminta izin kepada Presiden Soekarno, untuk meninggalkan kota dalam rangka memimpin perang gerilya melawan Belanda di ruang ini. Ruang ini digunakan juga oleh presiden untuk berdiskusi jika presiden berkunjung ke Istana Kepresidenan ini. Pengunjung tidak diperkenankan masuk ruangan ini.
#. Ruang Makan
Ruang makan terletak diantara Ruang garuda dengan ruang Kesenian. Suasana ruangan ini hangat dengan permadani warna merah dari Esfahan, disekelilingnya dipasang lukisan-lukisan lama koleksi istana, serta tirai pintu yang menjuntai senada dengan warna permadani dihiasi bingkai kayu jati ukiran Jepara menambah suasana akrab dalam ruangan ini.
#. Ruang Kesenian
Ruang ini digunakan untuk pergelaran kesenian bila ada Tamu Negara berkunjung ke Yogyakarta. Selain itu juga digunakan untuk memamerkan barang-barang kerajinan tradisional misalnya batik, kulit, keramik, perak dan hasil industri kerajinan lain.
#. Gedung Seni Sono
Lokasinya sebelah selatan Gedung Agung. Dulu milik departemen Penerangan kini diserahkan pengelolaannya kepada pihak Gedung Agung pada tanggal 25 September 1995. Kemudian direnovasi dan selesai 1998. Gedung ini juga difungsikan sebagai Musium Istana Kepresidenan Yogyakarta yang menyimpan berbagai koleksi seni dan cinderamata dari tamu negara yang berkunjung. Juga koleksi lukisan pelukis Indonesia jaman dulu, lukisan para tokoh pernah menjabat sebagai presiden Indonesia mulai presiden Soekarno hingga SBY.
#. Wisma Negara
Terdapat wisma negara juga wisma lain seperti wisma Indraphrasta, wisma Sawojajar, wisma Bumiratewu, dan wisma Saptapratala. Pembangunannya dimulai pada bulan Oktober 1980, merupakan bangunan baru di lingkungan Istana Kepresidenan Yogyakarta. Maksud dibangunnya gedung ini adalah untuk penginapan rombongan Tamu negara yang berkunjung dan bermalam di Istana Yogyakarta.
#. Monumen Batu Adesit
Monumen batu adesit disebut “Dagoba” terletak dilapangan rumput tepat di depan serambi depan istana, tingginya 3,5 meter berasal dari Desa Cupuwatu di daerah prambanan. Monumen ini melambangkan kerukunan beragama yang diwujudkan dalam bentul “Lingga” sebagai lambang Hindu Siwa dan “Stupa” sebagai lambang Budha. Di samping itu dalam kompleks istana ini terdapat 62 arca Budha, Siwa dan lain-lain yang tersebar di sudut-sudut halaman.
#. Taman Anggrek
Di Taman gedung ini terdapat taman anggrek. Taman ini merupakan gagasan mantan ibu Negara Ani Yudhoyono. Ada beberapa bunga anggrek yang sampai saat ini terawat dan memberikan kesan asri. (EP)