NASIONAL NEWS Uncategorized

Indef: Saatnya Generasi Milenial Jadi Menteri Pariwisata

JAKARTA, bisniswisata.co.id: Ekonom Institute for Development of Economis and Finance (Indef), Bhima Yudhistira mengusulkan sosok Menteri Pariwisata untuk periode kedua Presiden Joko Widodo (Jokowi) diisi generasi milenial. Mengingat, sosok generasi milenial sangat tepat menduduki jabatan itu sesuai dengan era teknologi, yang banyak digeluti generasi itu.

“Saya menilai sosok milenial paling cocok mengisi posisi-posisi puncak yang menangani Pariwisata. Selain Menteri Pariwisata, juga Kepala Badan Ekonomi Kreatif harus diisi generasi muda yang kreatif, dinamis, dan berwawasan luas,” papar Ekonom Bhima dalam keterangan resminya di Jakarta, Kamis (01/08/2019).

Selain itu, sambung dia, generasi milenial juga dinilai sangat memahami tren gaya hidup dan pariwisata baik yang sedang berkembang maupun yang akan datang.

“Sedangkan untuk kementerian-kementerian lain memang beberapa posisi membutuhkan sosok berpengalaman dan jaringan yang luas, kendati usianya sudah tidak muda lagi asalkan dia bisa bekerja tidak masalah,” kata pengamat Indef tanpa mau menyebut identitas milenial yang cocok menduduki jabatan itu.

Di tempat terpisah, Ketua Umum Ikatan Cendikiawan Pariwisata Indonesia (ICPI) Prof Azril Azahari menilai sosok yang tepat untuk menjabat Menteri Pariwisata bukan lantaran generasi milenial atau tidak, namun lebih mengutamakan pemahaman terhadap pariwisata Indonesia.

“Ini yang harus dikedepankan. Jadi Menteri Pariwisata itu hukumnya wajib memahami Pariwisata itu sendiri,” papar Prof Azril kepada Bisniswisata.co.id di Jakarta, Kamis (01/08/2019).

Selain itu, lanjut dia, harus memahami High touch karena Pariwisata sangat erat dengan human touch itu sendiri. “Jadi tidak semata-kata high tech saja, faktor high touch juga harus sangat kuat,” lontarnya.

Menurutnya, sejak tahun 2010 terjadi pergeseran pariwisata dunia atau shifting toursim paradigma. Dulu sangat erat dengan 3 S atau Sun-Sand-Sea namun kini sudah bergeser ke Serenity, Sprituality, Sustainability (3S). “Ini yang harus disadari oleh Menteri Pariwisata,” jelasnya.

Juga selama ini selalu mengejar Kuantitas untuk menemui target Jumlah Wisman, namun langkah itu harus sudah bergeser ke Kualitas. “Berapa banyak kita mendapatkan dampak Pariwisata atau impact analysis of tourism.

Ada 3 dampak Pariwisata terhadap ekonomi, sosial budaya dan lingkungan, termasuk berapa banyak masyarakat kita mendapatkan dampaknya. Ini yang harus menjadi perhatian Menteri Pariwisata yang baru,” tandasnya serius

Prof Azril menilai tugas menteri Pariwisata ke depanya sangat berat. Mengingat productnya terkait destinasi, travel & transportation, event, dan Hospitality selama ini belum tertangani dengan baik. “Dan ini tugas yang harus ditangani Menteri Pariwisata yang baru,” sambungnya.

Disisi lain, sambung dia, Menteri Pariwisata harus mampu mengembangkan daya tarik destinasi pariwisata Indonesia sekaligus memperbaiki kelemahan daya saing pariwisata Indonesia di tingkat internasional, sehingga daya saing pariwisata Indonesia semakin membaik.

“Untuk itu, Daya Tarik destinasi pariwisata kita harus mengacu pada keunikan (uniqueness) dan keontentikan (authenticity) bagi setiap destinasi yang memenuhi kearifan lokal. Kelemahan daya saing kita terkait dengan Safety & security Healthy & Hyigiene, Tourism environment dan Tourism information infrastructure. Hal ini yg harus diperbaiki dan Fokus bagi Menteri Pariwisata yang baru,” lontarnya.

Ditambahkan, untuk mengukur keberhasilan menteri pariwisata,t bukan diukur oleh besarnya Devisa Sektor Pariwisata, melainkan berapa persen (%) kontribusinya terhadap PDB Indonesia. “Demikian juga bukan pada jumlahnya Wisatawan Mancanegara (wisman) yang datang melainkan pada berapa lama tinggalnya di Indonesia atau length of time at Hotel serta berapa besar uang yang dibelanjakannya atau spent of money.

Sebelumnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta partai politik untuk mengajukan profesional muda sebagai kader yang akan menempati posisi menteri pada 2019-2024. Jokowi menyebutkan, kalau tidak ada dari partai, dia akan mencari sendiri tokoh muda dari kalangan profesional.

Jokowi mengakui sudah memiliki gambaran untuk kabinet yang akan membantunya dalam menjalankan tugas Presiden RI periode 2019-2024. Jokowi menyebutkan, komposisi kabinet kemungkinan akan 60:40 atau 50:50 dari kalangan partai politik dan dari profesional. (END)

Endy Poerwanto