NASIONAL

Hoax Rugikan Pariwisata Triliunan Rupiah

JAKARTA, bisniswisata.co.id: Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) prihatin dengan maraknya hoaks di Indonesia yang digencarkan melalui media sosial. Bahkan kejadian bencana alam seperti gempa bumi, gunung meletus, tsunami hingga tanah longsor menjadi sasaran hoaks. Akibatnya menimbulkan kerugian sangat besar khususnya di sektor pariwisata.

“Berita bohong atau hoax yang muncul saat bencana alam. Selalu ada kepentingan dibalik hoaks, karena itu kita memerlukan sistem informasi yang akurat untuk mengcounter hoaks,” kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei dalam keterangan tertulis, Kamis (20/12/2018).

Bahkan hoaks seringkali muncul saat terjadi bencana merugikan masyarakat yang menjadi korban. Dicontohkan seperti saat terjadi erupsi Gunung Agung di Bali pada 2017-2018 menyebabkan 1 juta wisatawan berkurang, bahkan melakukan cancelling atau membatalkan kunjungan ke Pulau Dewata dan kerugian akibat hoaks mencapai Rp11 triliun.

Begitu pula saat terjadi gempa Lombok pada 2018 menyebabkan 100.000 wisatawan berkurang dan kerugian Rp1,4 triliun di sektor pariwisata. Selain menimbulkan kerugian sektor pariwisata, hoaks juga akan menimbulkan teror bagi masyarakat. “Kita sudah mengingatkan masyarakat agar jangan mempercayai hoaks, tapi selalu memantau informasi yang dikeluarkan lembaga terkait,” katanya.

Selain itu, Hoaks Gempa Susulan di Palu. Beredarnya broadcast konten melalui Aplikasi Whatsapp tentang gempa susulan di Palu sangat meresahkan masyarakat Kota Palu khususnya. Berita itu berdampak langsung kepada korban gempa dan tsunami yang masih mengalami trauma. Broadcast tersebut tersebar melalui.

Dalam pesan berantai tersebut tertulis bahwa Palu dalam keadaan siaga 1. Informasi menukil seorang yang bekerja di BMKG ketika selesai memeriksa alat pendeteksi gempa. Pesan tersebut menyebutkan bahwa akan terjadi gempa susulan berkekuatan 8,1 SR dan berpotensi tsunami besar. Padahal Informasi itu hanya isu bohong alias hoaks.

Kepala Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, melalui akun media sosial mengonfirmasi faktanya tidak ada satu pun negara di dunia dan iptek yang mampu memprediksi gempa secara pasti. “Jadi jangan percaya berita gempa tanpa melalui sumber resmi dari pemerintah,” tandasnya serius.

Hoaks lainnya terkait Rekaman Black Box Lion Air JT610. Kecelakaan pesawat Lion Air JT 610 yang jatuh di perairan laut Karawang, Jawa Barat, Senin (29/10) menjadi isu yang banyak diperbincangkan di berbagai ruang publik dan media sosial. Bersamaan dengan itu bermunculan pula berbagai isu meliputi berita, foto dan video yang disinformasi bahkan hoaks terkait peristiwa jatuhnya pesawat tersebut.

Kabar hoaks ini tentu menimbulkan banyak spekulasi dan keresahan di kalangan masyarakat, mengingat banyaknya jumlah korban pada tragedi maut tersebut. Salah satunya beredar pula video di platform youtube yang diunggah oleh channel Juragan Batik Reborn pada tanggal 29 Oktober 2018 dengan judul “LION AIR JT610 tersebut Mengerikan Hasil Rekaman BLACK BOX”.

Video tersebut bukan isi rekaman dari blackbox Lion Air JT610 akan tetapi tanggapan seseorang terkait video MAP detik-detik Lion AIr JT610 hilang kontak. Sehingga judul konten tersebut tidak sesuai dengan isinya dapat dikategorikan sebagai konten disinformasi/Hoaks.

Black box Lion Air JT 610 ditemukan oleh Tim SAR TNI AL yang dipimpin oleh Panglima Komando Armada I Laksamana Muda Yudo Margono. Kotak yang berisi informasi penerbangan ini ditemukan pada kedalaman 30 meter pada Kamis, 01 November 2018 pukul 10.15 WIB

Kepala Biro Humas Kominfo, Ferdinandus Setu, selama ini Kementerian Kominfo merilis informasi mengenai klarifikasi dan konten yang terindikasi hoaks melalui portal www.kominfo.go.id dan stophoax.id. “Kementerian Kominfo mengajak seluruh masyarakat untuk melakukan pengecekan dan penyaringan dulu sebelum menyebarkan informasi yang belum dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya,” pungkas Ferdinandus.

Disisi lain, lanjut dia, dampak yang ditimbulkan dari sebaran konten hoaks itu relatif beragam. Mulai dari menimbulkan keresahan dan ketakutan di sebagian kelompok masyarakat hingga menjadi perhatian nasional melalui pemberitaan media massa. (redaksibisniswisata@gmail.com)

Endy Poerwanto