LAMPUNG, bisniswisata.co.id: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menginformasikan terjadi erupsi Gunung Anak Krakatau, Lampung pada Sabtu (18/8) petang. Dengan kondisi itu, wisatawan yang berada di kawasan itu diminta tidak dekati kawah dan hati-hati. Bagi pelancong punya rencana menjelajah Gunung Anak Krakatau diminta menunda lebih dulu hingga kondisi normal
Menurut BMKG, dalam rilis resmi, Ahad (19/8/2018) kondisi itu erupsi bersumber dari data Kementerian ESDM, Badan Geologi, PVMBG, Pos Pengamatan Gunung Api Anak Krakatau dengan tinggi kolom abu teramati 500 meter di atas puncak (805 meter di atas permukaan laut). Kolom abu teramati berwarna hitam dengan intensitas tebal condong ke arah utara.
Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 42 mm dan durasi 2 menit 33 detik. Terdengar suara dentuman di Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau.
Saat ini, Gunung Anak Krakatau berada pada Status Level II (Waspada) dengan rekomendasi masyarakat/wisatawan tidak diperbolehkan mendekati kawah dalam radius 2 km dari kawah.
Dalam beberapa pekan terakhir, Gunung Anak Krakatau menunjukkan peningkatan aktivitas, namun menurut Badan Geologi PVMBG masih status Waspada, sehingga belum membahayakan bagi warga sekitar maupun belum berdampak bagi penerbangan di atasnya.
Gunung Anak Krakatau memiliki luas sekitar 320 hektar dan merupakan pulau tak berpenghuni. Gunung Anak Krakatau termasuk kawasan cagar alam Krakatau dengan total seluas 13.605 hektar yang dikelola oleh Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Lampung. Kawasan Krakatau sendiri mulai banyak di lirik karena lokasinya yang tidak begitu jauh dan menawarkan pemandangan yang tidak kalah menarik dengan gunung yang ada di Indonesia.
Banyak wisatawan yang ingin menjejakkan kakinya ke Gunung Anak Krakatau dan melihat dari dekat sisa letusan dahsyat Krakatau dan perkembangan Anak Krakatau. Sejak 2011, wisatawan sudah tidak dapat mendaki sampai puncak karena aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau yang masih aktif. Wisatawan hanya dapat mendaki sampai ketinggian sekitar 200 meter yang dapat ditempuh dalam waktu 30-45 menit sampai pos terakhir pendakian. Saat ada pengunjung, biasanya akan di dampingi petugas dari BKSDA Lampung yang ditugas kan selama seminggu secara bergantian di pulau ini.
Di kawasan ini tidak ada air bersih. Bila Anda ingin buang air kecil dan buang air besar, Anda harus mengambil air laut terlebih dahulu untuk digunakan di kamar mandi ala kadarnya yang berada di belakang pondok petugas BKSDA Lampung atau menggunakan cara lama dengan menggali lubang dan menutupnya segera setelah selesai. Untuk kebutuhan minum, petugas BKSDA Lampung membawa air bersih untuk minum yang di stok selama seminggu. Apabila air tersebut kurang, petugas biasanya akan mengambil air bersih dari pulau terdekat seperti mata air di Pulau Sertung atau Pulau Sebesi.
Jika para pelancong hengkang dari Gunung Anak Krakatau, bisa mengunjungi beberapa destinasi diwilayah Gunung Anak Krakatau antara lain:
#. Pulau Sebesi
Pulau Sebesi merupakan salah satu pulau besar yang berada di Selat Sunda dengan luas sekitar 16 kilometer persegi. Pulau ini dijadikan tempat transit sebelum ke Gunung Anak Krakatau. Banyak rumah warga yang dapat dijadikan tempat menginap (homestay). Selain homestay, juga tersedia penginapan dengan kamar yang dapat diisi 8 hingga 10 orang. Perlu diketahui, bahwa listrik di pulau ini menggunakan genset dan beroperasi mulai pukul 18.00 – 24.00 WIB. Jadi, pastikan gadget atau kamera Anda terisi penuh dengan membawa kabel roll atau stop kontak kaki tiga untuk mengisi daya peralatan elektronik Anda.
#. Pulau Umang
Pulau Umang tidak jauh dari Pulau Sebesi. Kurang lebih 15 menit dari Dermaga Sebesi untuk mencapai pulau ini dengan menyewa kapal. Pulau ini tidak berpenduduk dan sangat kecil, namun pesonanya dapat menghipnotis semua mata yang memandangnya. Ada beberapa keistimewaan Pulau Umang, yaitu bebatuan yang menawan yang bisa jadi spot foto, hamparan pasir putih yang halus dan lembut, dan air laut yang jernih. Untuk kegiatan snorkeling, kawasan ini tidak terlalu menarik dan tidak banyak menawarkan pemandangan bawah laut.
#. Pulau Rakata
Menikmati keindahan Lagoon Cabe di Pulau Rakata dapat dilakukan dengan menempuh perjalanan sekitar setengah jam dari pulau Gunung Anak Krakatau. Sepanjang perjalanan menuju Lagoon Cabe, wisatawan melihat kelestarian Pulau Rakata yang terjaga secara alami. Snorkeling di sekitar Lagoon Cabe menjadi hal yang mudah karena di kedalaman kurang dari 25 meter wisatawan akan melihat terumbu karang dengan aneka ikan hias yang berwarna warni dan sangat jinak. Berfoto di dalam air menjadi hal yang sayang untuk dilewatkan. Di pinggir pantai terlihat deburan ombak menghentak ke pinggir pantai dengan bebatuan berukuran tidak terlalu besar. Dispot snorkeling, Anda akan terpukau dengan kondisi terumbu karang di kawasan Lagoon Cabe yang terawat dengan baik dan memiliki berbagai jenis terumbu karang. Jenis ikan di spot ini juga cukup bervariatif, seperti ikan hias berwarna-warni yang menambah keindahan lagoon ini.
#. Pemantau Gunung Merapi
Di kawasan ini, terdapat alat pemantau aktivitas gunung berapi. Alat pendeteksi tersebut menggunakan tenaga solar cell untuk mengirimkan informasi ke Badan Vulkanologi Lampung dan Pusat. Bila terjadi peningkatan aktivitas Gunung Anak Krakatau, alat pendeteksi ini akan langsung mengirimkan sinyal tersebut. Dari pos terakhir Anak Krakatau, wisatawan akan melihat Pulau Rakata, Pulau Sertung, dan Pulau Panjang serta Selat Sunda yang menjadi lokasi migrasi fauna bawah laut ke Samudera Hindia. Pemandangan dari pos terakhir ini menjadi pengalaman yang sangat berharga. (redaksibisniswisata@gmail.com)