JAKARTA, bisniswisata.co.id: Pemudik yang menggunakan pesawat terbang dalam H-6 dan H-7 lebaran 2019, melorot tajam. Hari kedua mudik, total pergerakan penumpang udara tercatat 411.680 penumpang atau turun 42,77 persen dibanding periode yang sama tahun 2018 sebanyak 587.779 penumpang
Secara rinci, Kemenhub mencatat penumpang H-7 Idul Fitri, atau Rabu (29/5) sebanyak 231.578 penumpang. Angka ini menurun 20,01 persen dibanding tahun sebelumnya yakni 289.522 penumpang. Penumpang pada H-6 Idul Fitri, atau Kamis (30/5) tercatat 180.102 penumpang atau turun 39,62 persen dibanding tahun sebelumnya 298.257 penumpang. Jumlah ini merupakan angka pembaruan per pukul 20.00 WIB.
Bandara Soekarno-Hatta menjadi gerbang pemudik utama dengan jumlah penumpang sebanyak 125.788 orang. Ini kemudian disusul oleh Bandara Juanda, Surabaya dengan penumpang sebanyak 29.609 penumpang.
“Penurunan ini bukan semata-mata disebabkan karena mahalnya tarif tiket pesawat yang selama ini santer jadi buah bibir masyarakat. Namun ada faktor lain yang menyebabkan minat masyarakat untuk bepergian menggunakan pesawat terbang kian melempem,” lontar Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi di Kementerian Perhubungan, Kamis (30/5).
Menteri berdalih masih masuk dalam masa-masa awal arus mudik. “Saya yakin, penumpang pesawat membludak menjelang Idul Fitri. Saya berpegang teguh pada proyeksi PT Angkasa Pura II (Persero) bahwa pertumbuhan pengguna pesawat akan naik 3,2 persen secara tahunan pada masa mudik kali ini. Jadi asumsi saya selama masa lebaran, jumlah penumpangnya setidaknya akan sama seperti tahun kemarin,” tuturnya.
Selain itu, lanjut dia, berfungsinya tol Trans Jawa. Sehingga, makin banyak masyarakat beralih menggunakan transportasi darat setelah Merak hingga Surabaya sudah tersambung dengan jalan tol. Apalagi, kini sudah ada perusahaan otobus yang sudah melintasi tol Trans Jawa di masa mudik kali ini. Tercatat ada tujuh perusahaan bus ini sudah mulai beroperasi sejak Senin (27/5).
Di Kalimantan, penumpang pesawat menurun drastis pada mudik 2019. Penurunan terjadi di dua bandar udara utama Kalimantan, Balikpapan dan Banjarmasin. “Penurunan penumpang pesawat terjadi di seluruh bandara di Indonesia. Hanya saja, bandara kami sepertinya terdampak paling besar,” kata General Manager PT Angkasa Pura Balikpapan, Farid Indra Nugraha, dikutip laman Tempo.co
Dilanjutkan, penurunan penumpang Bandara Sepinggan Balikpapan mencapai 40 persen dibanding lebaran tahun sebelumnya. Bandara ini biasanya mampu memberangkatkan 20 ribu penumpang arus mudik lebaran per hari. “Sekarang ini jumlah penumpang mudik lebaran di Bandara Sepinggan hanya sekitar 14 ribu jiwa saja,” jelasnya.
Di Bandara Sepinggan mencatat jumlah penumpang kedatangan 3.080 jiwa dan keberangkatan 5.810 jiwa. Tahun lalu, penumpang kedatangan 7.025 jiwa dan keberangkatan 6.498 jiwa. Artinya ada penurunan penumpang kedatangan (56,16 persen) dan keberangkatan (10,59 persen). “Pihak maskapai juga mengurangi jumlah penerbangan. Biasanya seminggu tujuh kali penerbangan menjadi 4 hingga 5 penerbangan,” ucapnya.
Kondisi ini berdampak penurunan frekuensi penerbangan pesawat di Bandara Sepinggan. Bandara internasional ini menerima kedatangan 58 penerbangan atau turun 36,26 persen dibanding sebelumnya 91 penerbangan. Juga keberangkatannya menjadi 65 penerbangan atau turun 28,57 persen dibanding sebelumnya 91 penerbangan.
Penurunan penumpang Bandara Sepinggan pun berdampak sektor jasa non aeronautika dengan tutupnya empat tenant swasta. Bandara Sepinggan sempat menjalin kerja sama dengan 40 tenat di mana bergerak sektor jasa ritel restoran, lounge, hotel, laundry, boutique dan pusat perbelanjaan. “Sekarang tersisa 36 tenant di sini, mau bicara apa lagi bila kondisi memang seperti ini. Bila penumpang turun tentu berdampak pada kelangsungan bisnis mereka,” kata Farid.
Sehingga diperkirakan profit perusahaan turut tergerus menjadi Rp 17 miliar akhir tahun nanti. Keuntungan Angkasa Pura Balikpapan turun 60,46 persen dibanding sebelumnya yang mampu meraih Rp 43 miliar. “Keuntungan kami jauh di bawah target perusahaan yang dipatok sebesar Rp 90 miliar,” keluh Farid.
Lesunya bisnis penerbangan disebabkan lonjakan tarif tiket pesawat maskapai Indonesia. Sepanjang tahun ini calon penumpang mengalihkan pilihan memanfaatkan moda transportasi laut. Di sisi lain, jasa transportasi laut pun terus meningkatkan kualitas layanan guna menjaring arus mudik lebaran. Mereka menawarkan pelbagai fasilitas dengan tarif bersaing dibandingkan transportasi udara.
Apalagi, Bandara Sepinggan Balikpapan masih perang dengan Bandara APT Pranoto Samarinda yang beroperasi Oktober lalu. Dua bandara bertetangga ini memperebutkan pasar penumpang udara di Kalimantan Timur. “Pasar penumpang di Kaltim biasanya 11 ribu jiwa per hari. Sekarang terbagi di Balikpapan sebesar 7 ribu dan Samarinda sebesar 4 ribu jiwa,” ungkap Farid. (NDY)