BANDUNG, bisniswisata.co.id: Kawasan Geopark Ciletuh di Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat (Jabar) terus dikembangkan, ditambah fasilitas agar lebih cantik dan menjadi daya tarik wisatawan untuk datang. Fasilitas terbaru yang akan dibangun adalah amfiteater atau ampiteater. Sebuah gelanggang terbuka yang digunakan untuk pertunjukan hiburan, seni dan budaya.
Untuk itu, Pemerintah Provinsi Jabar telah menyiapkan dana sekitar Rp 12,6 miliar. “Kebutuhan anggaran untuk merealisasikannya sebesar Rp 12,6 miliar yang dialokasikan dari anggaran murni tahun 2019 Rp 4,6 miliar, sisanya di anggaran murni 2020,” papar Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jawa Barat Dedi Taufik di Bandung, Sabtu (06/07/2019).
Langkah itu, sambung dia seprti dilansir laman Kompas, merupakan upaya menjaga status Geopark Ciletuh Palabuhanratu di Kabupaten Sukabumi sebagai Unesco Global Geopark (UGG). Sejak mendapat predikat UGG pada tahun 2018, pihak Unesco melakukan evaluasi berkala pada tahun 2020.
Mengingat kawasan tersebut berstatus warisan global, Dedi memastikan, pembangunan tersebut bakal diawasi secara ketat agar tak merusak kondisi alam di sana. “Yang pasti, kami tetap menjaga komitmen melakukan konservasi. Pembangunan mengikuti pola tata ruang yang sudah ditentukan agar aspek edukasi, pembelajaran geologi, biologi, kebudayaan tetap berjalan,” ucapnya.
Selain amphitheater, sejumlah proyek penunjang lainnya akan dikebut, seperti pembangunan Pelabuhan Laut Pengumpan Regional (PLPR) di Pantai kawasan Pantai Karang Pamulang, Kecamatan Palabuhanratu. Hadirnya pelabuhan baru diharapkan mampu menunjang angkutan laut yang menghubungkan antara Palabuhanratu dengan Jakarta.
Dilanjutkan, selain Geopark Ciletuh Palabuhanratu, pengembangan serupa bakal dilakukan di Geopark Nasional Pongkor, Geopark Pangandaran, Geopark Galunggung Sepuluh Ribu Bukit dan Geopark Karst Rajamandala. “Pemerintah pusat juga berkomitmen mendukung. Mereka akan membantu melalui tim khusus untuk geopark,” ucapnya.
Aspek lingkungan, sosial budaya, dan ekonomi harus menjadi perhatian utama dalam pengembangan geopark sesuai tiga pilar pengembangan geopark, yaitu konservasi, edukasi, dan pembangunan ekonomi masyarakat secara berkelanjutan, tambahnya.
“Geopark sebagai sebuah produk wisata perlu terus dikelola melalui konsep pengembangan yang holistik dan integratif karena bersifat lintas sektor. Jabar harus terus menggenjot pertumbuhan ekonomi melalui sektor pariwisata dan geopark di Jabar memiliki peluang yang sangat tinggi untuk terus dikembangkan,” ungkap Dedi.
Sukabumi memiliki keindahan alam, keragaman budaya dan potensi sumber daya alam yang luar biasa. Geopark Ciletuh memiliki luas lahan 126.100 hektare yang tersebar di 74 desa dan delapan kecamatan di Kabupaten Sukabumi. Delapan kecamatan yang masuk kawasan geopark yakni Ciracap, Surade, Ciemas, Waluran, Simpenan, Palabuhanratu, Cikakak, dan Cisolok.
Kawasan Geopark Ciletuh menawarkan bentang alam yang indah dan masuk dalam keragaman geologi. Wisatawan bisa melihat pemandangan di daerah tinggi dengan lembah berbentuk tapal kuda yang terbuka ke arah laut sehingga membentuk seperti panggung alam atau disebut amfiteater.
Bentuk amfiteater nantinya memiliki diameter lebih dari 15 kilometer sehingga dinilai sebagai bentuk amfiteater alam terbesar di Indonesia. Keindahan amfiteater dan Teluk Ciletuh dapat di lihat dari daerah Panenjoan di Desa Tamanjaya, Pamoyanan di Desa Ciemas, Puncakdarma dan Cikalapa di Desa Girimukti.
General Manager Badan Pengelola Geopark Ciletuh-Palabuhan Ratu, Dana Budiman pernah mengatakan, keindahan alam di kawasan geopark cukup lengkap mulai dari pemandangan bentang alam, air terjun atau curug, pantai, pegunungan, dan batuan unik yang langka. “Geopark Ciletuh-Palabuhanratu menarik pengunjung baik dalam maupun luar negeri karena banyaknya keragaman yang bisa dinikmati,” terang dia.
Daya tarik lain yakni adanya sembilan air terjun di kawasan Geopark Ciletuh-Palabuhanratu. Ke sembilan air terjun ini bisa dengan mudah dilihat pengunjung karena lokasinya sebagian berada di pinggir jalan. Air terjun itu yakni Curug Cimarinjung, Cikanteh, Awang, Cikaret, Luhur, Puncakjeruk, Puncakmanik, Sodong, dan Curug Tengah.
Keunikan di geopark lainnya berupa bebatuan unik langka yang berada di pantai pulau-pulau kecil di kawasan tersebut. Di sepanjang pesisir pantai antara Cikadal, Batununggul hingga Cikepuh terdapat sejumlah objek batuan yang berbentuk unik menyerupai berbagai jenis binatang kodok, kepala badak, kerbau, buaya, kepala komodo, naga, kepala singa, kepala elang dan pagar serta motif lainnya seperti batik.
Batuan unik ini terang Dana merupakan batuan sedimen berjenis batupasir kuarsa sebagai bagian dari Formasi Ciletuh yang berumur lebih dari 45 juta tahun yang diendapkan di laut dalam. Untuk bisa melihat secara dekat pengunjung dapat menggunakan perahu sekitar 30 menit dari Pantai Palangpang, Ciemas.
Di sisi lain, kawasan Geopark Ciletuh-Palabuhanratu juga meliputi Kawasan Cagar Alam Cibanteng, Tangkubanparahu, Sukawayana, Kawasan Suaka Margasatwa Cikepuh, dan Taman Wisata Alam Sukawayana yang dikelola Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam Jawa Barat. Selain itu terdapat pula kawasan konservasi Penyu di Pantai Pangumbahan, kawasan budidaya tambak udang di Mandrajaya dan Ujunggenteng.
Dari segi budaya, kawasan Geopark Ciletuh-Palabuhanratu juga tidak kalah menarik. Mulai dari upacara adat yang disebut Pesta Laut atau Hajat Laut sebagai rasa syukur atas hasil laut yang melimpah. Berikutnya pertunjukan kesenian yang sering ditampilkan dalam upacara hajat laut maupun festival Ciletuh seperti Gondang, Buncis, Angklung Geblug, Reog, Calung, Gendang Penca, Degung, Badawang, Kuda Lumping, Wayang Golek, serta seni beladiri Pencak Silat. (NDY)