JAKARTA, bisniswisata.co.id: Kebaya merupakan busana tradisional yang sangat merepresentasikan jati diri perempuan Indonesia. Tampilan kebaya berubah dan berproses mengikuti perkembangan zaman. Kebaya terus bertahan di tengah serbuan berbagai tren mode dari negara luar dan masih bisa kita jumpai dalam beberapa kesempatan.
Pada momentum-momentum penting seperti pernikahan, acara keluarga, hingga wisuda kita masih melihat para perempuan melenggang cantik dengan kebaya. Beberapa orang bahkan mengenakannya sebagai busana sehari-hari. Melihat ragam desain dan padu padan kebaya selalu menjadi hal yang menarik untuk disimak. Apalagi jika padu padan tersebut bisa kita ikuti dan sesuai dengan kepribadian kita.
Termasuk menyimak lebih dalam soal gaya berkebaya para ibu negara dari waktu ke waktu. Rupanya, setiap ibu negara punya ciri khas yang berbeda dan menonjolkan sisi kepribadiannya dengan tegas.
“Kebaya ibu negara adalah busana yang dipakai tokoh perempuan Indonesia yang mewakili bangsa atau negara. Sifat busana mengikuti konvensi, perundang-undangan terkait, serta aturan resmi lembaga kenegaraan,” papar Dosen Prodi Pendidikan Tata Busana Universitas Pendidikan Indonesia, Suciati seperti dilansir laman Kompas, Jumat (19/07/2019).
Cara berkebaya para ibu negara mengikuti perkembangan zaman, juga tak bisa lepas dari ekspresi diri masing-masing serta latar belakang yang berbeda-beda. Melalui disertasi berjudul “Visualisasi Busana Nasional Ibu Negara Indonesia 1945 hingga 2014” yang diselesaikan 2017, Suciati mengamati cara berkebaya para ibu negara dari waktu ke waktu hingga periode ibu negara Kristiani Herrawati (Ani Yudhoyono).
“Semuanya mengikuti zaman, mengikuti aturan. Hanya tak bisa lepas dari ekspresi pribadi. Selain selera juga latar belakang budaya yang berbeda,” kata Suciati.
Gaya ibu negara dalam berkebaya kerap menjadi trend setter bagi perempuan lainnya. Terutama sosok Raden Ayu Siti Hartinah atau Ibu Tien Soeharto yang menjadi ibu negara selama 32 tahun.
Menurut Suciati, saat itu gaya berkebaya klasik dengan kebaya kutu baru ala Bu Tien menjadi pedoman di Dharma Wanita dan organisasi kewanitaan lain. Citra diri juga tercermin dari cara berkebaya ibu negara. Hasri Ainun Besari (istri Presiden BJ Habibie), misalnya, memancarkan citra intelektual tinggi yang sangat kuat dari cara berkebayanya.
Ini terlihat dari kesederhanaan yang tercermin, mulai dari model, tekstur, padu padan, hingga warna kebaya. meski sederhana, namun tampilan berkebaya ala Ainun tampak sangat pas. “Sederhana tapi matching, enak dilihat. Jadi elegan,” tutur Suciati.
Berbeda dengan gaya berkebaya Sinta Nuriyah (istri Presiden Aburrahman Wahid) yang menunjukkan gaya agamis dengan mengenakan kain penutup kepala (kerudung) yang sesuai dengan zaman.
“Kecenderungan menggunakan kerudung seperti kita kan harus diikat kalau tidak (dikatakan) aurat, karena paham sekarang seperti itu. Tapi dulu tidak, yang penting rapi. Kalau Ibu Nuriyah kan bulat saja, rambut kelihatan. It’s ok. Dia menunjukkan identitas muslim,” kata Suciati.
Meski sama-sama mengenakan kerudung, namun gaya berkebaya Sinta Nuriyah berbeda dengan Fatmawati (istri Presiden Soekarno) dengan kain penutup kepala yang cenderung dipanjangkan seperti slayer.
Sementara gaya berkebaya Ani Yudhoyono juga terbilang cukup kuat. Gaya berkebaya Ani, menurut Suciati, menunjukkan ekspresi yang progresif di organisasi politik. Gaya berkebaya Ani juga terlihat mengikuti perkembangan zaman dengan detail-detail yang lebih modern, misalnya bentuk sanggul dan ornamen pada busana kebaya.
Jika gaya berkebaya Ani Yudhoyono sudah mengadopsi detail-detail modern, gaya berkebaya Iriana (istri Presiden Joko Widodo) juga mengikuti perkembangan zaman dan cenderung lebih santai dalam mengenakan busana nasional Indonesia. Misalnya, mengenakan baju kurung namun tidak panjang, agak menggantung dengan model lengan lurus dan tidak bersayap.
Namun, pada agenda yang lebih informal, Iriana juga tampak mengeksplorasi gaya berbusana. Misalnya, alih-alih memakai alas kaki formal, Iriana menggunakan sneaker sebagai alas kaki.
Menurut Suciati, keputusan Iriana menggunakan sneaker mungkin dilakukan untuk menunjang aktivitasnya yang cukup aktif pada kesempatan tersebut dan atas alasan kenyamanan. “Mungkin sneaker digunakan untuk menunjang aktivitasnya yang mengharuskan kegiatannya aktif saat mengikuti acara itu,” katanya. (NDY)