NEWS

Fluktuasi Investasi Sektor-Sektor  Industri Halal Akibat COVID-19

JAKARTA, bisniswisata.co.id: Investasi dalam sektor-sektor yang sesuai dengan ekonomi Islami di pasar utama konsumer Muslim turun 13% menjadi  US$11.8 milyar di 2019/20, dari US$13.6 milyar di 2018/19. 

Dilansir dari laporan Executive Summary DinarStandard yang baru diluncurkan 17 November 2020 oleh Indonesia Halal Lifestyle Center ( IHLC), Indonesia, Malaysia, dan UEA mencatat jumlah investasi tertinggi, dengan Indonesia mengantongi 25% dari seluruh transaksi tercatat.

Halal Food

Menyangkut sektor makanan halal dan keuangan Islami,  menyumbang masing-masing 52% dan 42% dari nilai transaksi.

Digitalisasi tengah mengubah dengan cepat sektor makanan halal, suatu kecenderungan yang mengalami percepatan dengan persebaran COVID-19. 

E-commerce dan belanja/antar online menjadi kritis karena orang harus tinggal di rumah karena pembatasan pembatasan dan aturan jaga jarak sosial. 

Industri makanan halal maju selangkah lebih dekat menuju pembakuan regulasi halal, dengan Institut Standard dan Metrologi untuk Negara-Negara Islam (Standards and Metrology Institute for Islamic Countries/SMIIC) menerbitkan standard-standard halal kunci.

Dalam ekosistem yang lebih luas, bank-bank Islami Malaysia, CIMB an Standard Chartered Saadiq telah meluncurkan inisiatif untuk membantu tumbuhnya makanan halal dan UKM/SME di Malaysia, sebuah tindakan yang sangat dibutuhkan di seluruh Ekonomi Islami. 

Belanja makanan Muslim naik 3.1% di 2019 dari US$1.13 triliun jadi US$1.17 triliun dan diperkirakan turun sedikit di 2020, kemudian tumbuh lagi dengan CAGR 4.4% di antara 2020 dan 2024. Tahun lalu, sektor Keuangan Islami mencatat penguatan regulasi untuk mendorong kepercayaan dan pertumbuhan dalam sektor tersebut. 

UEA meluncurkan sebuah inisiatif baru untuk menciptakan sebuah kerangka hukum dan regulasi keuangan Islami global yang terpadu. Indonesia, Qatar dan Kuwait juga mengumumkan regulasi-regulasi baru yang terpusat.

Sektor keuangan Islami mencatat padatnya kegiatan merger & accuisition (M&A) dalam sektor perbankan dan takaful, dan konsolidasi diharapkan berlanjut di tengah kondisi ekonomi yang tengah lemah sekarang. 

COVID-19 juga menjurus pada percepatan adopsi fintech dalam bentuk robo-advisory, bank-bank digital, dan platform-platform investasi berbasis aplikasi, yang lebih jauh akan menuju peluncuran dana investasi berfokus fintech semacam MEC Ventures yang diluncurkan oleh Al Salam Bank-Bahrain dalam kemitraan dengan MSA Capital yang berbasis di China. 

Aset keuangan Islami ditaksir senilai US$2.88 triliun di 2019, dan diperkirakan akan tetap sama di 2020 dan tumbuh dengan CAGR 5% di antara 2020 dan 2024 untuk mencapai 3.67 triliun dolar.

Industri perjalanan & wisata

Sifat COVID-19 yang belum pernah dikenal sebelumnya mewujud ketika dia melumpuhkan industri perjalanan dan wisata dalam cara-cara yang sepenuhnya tak terduga – acara-acara global termasuk Olimpiade Tokyo ditunda, maskapai-maskapai penerbangan jatuh bangkrut dan sektor jasa pelayanan runtuh. 

Lebih penting lagi, pilar-pilar dari bisnis perjalanan Muslim, pergi haji dan umroh, dibatalkan atau dibatasi, menambah besar kerugian. Di tengah lingkungan yang suram tersebut, investor terus membayangkan pertumbuhan jangka panjang, terutama dalam bidang teknologi perjalanan.

Traveloka dari Indonesia menghimpun US$250 juta pada bulan Juli 2020 sementara perusahaan perjalanan Pigijo dari Indonesia menggalang US$861.000 dalam IPO-nya. Belanja perjalanan Muslim naik 2.7% di 2019 menjadi US$194 milyar dan diperkirakan akan turun menjadi US$58 milyar di 2020. Diperkirakan keadaan akan pulih ke US$195 milyar seperti 2019 pada tahun 2023. 

Fashion

Fesyen Modest terus menarik perhatian pemain-pemain arus-utama di sepanjang tahun lalu, termasuk Banana Republic dan Disney, di mana Disney berkolaborasi dengan merek hijab Malaysia dUck dalam koleksi Frozen-2 mereka. Pakaian-olahraga modest, terutama pakaian renang, makin populer ketika pemain-pemain baru pangsa niche muncul di segmen pasar tersebut. 

Perintis hijab olahraga Belanda, Capsters BV, diambil alih oleh Innovatia dari Malaysia dan lini produk pakaian pria juga diluncurkan. Datangnya pandemi, bagaimanapun juga, merupakan kemunduran besar bagi industri tersebut.

Banyak usaha-usaha kecil terpaksa tutup, sebagian permanen, seperti The Modist. Kemampuan untuk E-commerce, termasuk perniagaan sosial, menjadi esensial bagi para pemilik usaha.

Industri fesyen ini diperkirakan akan pulih secara lambat, tetapi tanpa sebuah ekosistem yang kuat serta pembiayaan yang berkelanjutan, usaha-usaha tersebut tidak akan mampu bangkit. 

Pengeluaran Muslim untuk busana bernilai  US$277 milyar di 2019, dan diperkirakan akan turun 2.9% ke IS$ 268 milyar di 2020, dan naik kembali pada CAGR 3.8% dari 2020 ke 2024 menjadi US$311 milyar di 2024. 

Farmasi

Pasar produk farmasi halal siap untuk tumbuh, khususnya di segment perawatan pencegahan, ketika COVID-19 telah menjurus pada kembalinya fokus pada peningkatan kesehatan dan kekebalan tubuh. 

Perusahaan-perusahaan farmasi tengah bekerja sama dengan pemerintah dan dengan satu-sama-lain untuk meluncurkan obat-obatan serta peralatan medis yang bersertifikasi halal. 

Pandemi ini juga telah mendongkrak sektor pelayanan kesehatan jarak jauh (telemedicine), dengan perusahaan-perusahaan seperti aplikasi pelayanan kesehatan Vezeeta dari Mesir, menghimpun pendanaan sebesar US$40 juta. 

Pembelanjaan Muslim pada produk farmasi ditaksir sebesar U$94 milyar  di 2019, dan diperkirakan akan turun ke US$87 milyar di 2020, tumbuh dengan CAGR 4.7% di antara 2020 dan 2024 ke 105 milyar dolar. 

Kosmetika

Dalam industri kosmetika halal, lebih banyak perusahaan, termasuk Cosmecca Kora dan Biozer dari Brasil, mengajukan sertifikasi halal untuk ekspor ke pasar Muslim, terutama Indonesia, di mana sertifikasi halal untuk kosmetika tengah disiapkan. 

Platform e-commerce kosmetika baru Indonesia, Sociolla, mengumpulkan US$40 juta dalam putaran modal ventura terbarunya. Penghargaan Golden Globe tahun ini menampilkan merek halal dari Inggris Baroque & Rose dalam bingkisan hadiah, sementara perusahaan multinasional Nivea meluncurkan produk cream dan semprot bersertifikat halal selama Ramadhan di Indonesia. 

Seperti halnya di sektor-sektor lainnya, COVID-19 menyebabkan anjloknya penjualan, memaksa perusahaan-perusahaan untuk mengadopsi pemasaran digital dan saluran e-commerce untuk penjualan. 

Pembelanjaan Muslim pada kosmetika naik 3.4% di 2019 ke  US$66 milyar dan diramalkan turun 2.5%  tahun 2020 ini sebelum naik pada CAGR 3.8% mencapai  US$76 milyar  di 2024.

Media dan Rekreasi

COVID-19 memberikan dampak relatif positif pada sektor media. Sementara pembatalan acara-acara dan produksi live memukul berat industri ini, konsumsi media online melonjak. 

Ramadhan, satu bulan penting bagi perusahaan-perusahaan media di pasar Muslim, menunjukkan pemirsa tertinggi ketika konsumen Muslim menghabiskan bulan suci tersebut dalam lockdown.

Bulan Ramadan juga mencatat film-serial tv diriliş: Ertu rul menjaring jutaan penggemar dari seluruh dunia tatkala ia dialih-bahasakan ke dalam bahasa Urdu. 

Malaysia meluncurkan Nurflix, sebuah platform siaran streaming bertema Muslim,sementara Arab Saudi melanjutkan investasi dalam sektor medianya dengan Kementerian Kebudayaan menciptakan dewan-dewan kebudayaan untuk mensupervisi film, seni dan arsitektur. 

Pembelanjaan Muslim untuk media dan rekreasi ditaksir sebesar US$222 milyar  di 2019, dan diperkirakan akan turun ke  US$214 milyar  di 2020 sebelum kembali ke tingkatan 2019 di tahun 2021. Pertumbuhan dengan CAGR 5.9% diharapkan terjadi sejak 2020 untuk menuju pembelanjaan Muslim sebesar US$ 270 milyar di 2024. 

Sementara kerugian melonjak dan ketidak-pastian menggantung membayangi masa depan, peluang peluang dalam ekonomi Islami merupakan sumber harapan di dunia yang diubah secara dramatis oleh COVID-19. 

Ekonomi Islami juga terus menangani tantangan-tantangan global lain menyangkut ketimpangan sosio-ekono mik dan perubahan iklim yang memburuk oleh pandemi. 

Dengan menerangi perkembangan berlanjut dalam ekonomi Islam dan pada sinyal-sinyal peluang, kami berharap laporan ini akan membantu pemerintah, bisnis dan investor untuk bukan saja bertahan, tetapi juga bertumbuh di hari-hari ke depan.

 

Hilda Ansariah Sabri

Pendiri, Pemimpin Umum, Pemimpin Redaksi dan pemegang sertifikasi Wartawan Utama Dewan Pers dan Ketua Departemen Pariwisata PWI Pusat (2018-2023)