ART & CULTURE EVENT

Festival Payung Indonesia ( FESPIN) ke 6 Berlangsung 6-8 September 2019 di Candi Prambanan

JOGJAKARTA, bisniswisata.co.id: Penyelenggaraan ke enam Festival Payung Indonesia ( FESPIN) di Garuda Mandala, Candi Prambanan yang berlangsung 6-8 September 2019 dengan tema ‘Sepayung Daun’, kata Heru Mataya, Direktur Program Festival Payung Indonesia 2019

Menurut dia kegiatan ini telah menginspirasi beragam komunitas kreatif dari berbagai daerah di Indonesia untuk bertemu dan terlibat dalam kegiatan. Mereka datang dan terlibat dalam FESPIN dengan biaya sendiri, untuk bertemu, bertukar pikiran dan pengalaman.

“Ada 26 grup (komunitas) seni pertunjukan, 12 orang desainer, dan 15 kelompok perajin dan penggiat craft yang melibatkan jejaring kerjanya untuk berpartisipasi dalam festival tahun ini,” katanya.

Semangat saling berbagi (sharing) ini telah melahirkan spirit  Gotong Royong untuk melestarikan warisan budaya lokal dan menumbuhkan Indonesian creative heritage

Festival Payung Indonesia merupakan festival yang menampilkan beragam payung dari seluruh Nusantara. Payung-payung yang ditampilkan pun berupa payung tradisional yang dihias berwarna-warni

Dalam event ini tidak cuma memunculkan seniman payung-payung tradisional asal Indonesia, namun festival ini juga diikuti oleh peserta dari berbagai negara di Asia seperti Thailand, Jepang, India, Spanyol dan beberapa negara lain

Selaras dengan nilai kearifan lokal Prasasti Manjusrigrha, festival membangun dan menghidupkan lagi nilai-nilai kegotongroyongan sebagai  identitas keindonesiaan. FESPIN ini mendapat dukungan dan masuk 100 Wonderful Calender of Events (CoE) 2019 Kementerian Pariwisata RI. 

Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kementerian Pariwisata (Kemenpar), Rizki Handayani, menyambut positif kegiatan ini karena mengangkat isu lingkungan.

“Kesadaran publik untuk mengurangi penggunaan plastik diharapkan dapat meningkat,” jelas Rizki Handayani.

Di sisi lain, Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mengatakan Festival Payung Indonesia 2019 menjadi destinasi menarik yang wajib untuk dikunjungi.

“Festival Payung Indonesia selalu menarik, publik harus berkunjung ke sana. Di sana juga ada upaya konservasi budaya,” kata Menpar.

Heru Mataya mengatakan FESPIN terbukti selain menjadi ruang dialog intrakultural, juga  menjadi ruang dialog interkultural dengan negara-negara lain. Pada penyelenggaraan 2018 kegiatan ini telah melahirkan hubungan sister festival dengan Thailand, antara Borsang Umbrella Festival di Chiang Mai, Thailand, dengan Festival Payung Indonesia.

“Penandatanganan MOU dilakukan di Tonpao, Chiang Mai, pada tahun 2018. Kami terus berupaya untuk melakukan dialog interkultural dengan negara-negara yang punya tradisi payung, khususnya di Asia,”

Perjalanan FESPIN sejak tahun 2014 sampai kini, telah menghidupkan ekonomi kreatif perajin payung tradisional Indonesia, dan juga berdampak pada dunia pariwisata. Payung tradisi Indonesia yang dulu tak pernah diperhitungkan akan sejajar dengan tradisi payung di Jepang dan Cina dan terus berproses untuk saling belajar. 

“Dengan spirit Gotong Royong, kami mengucapkan terima kasih kepada semua sahabat, komunitas, institusi swasta/pemerintah yang telah mendukung nafas kehidupan Festival Payung Indonesia untuk kini dan masa depan,”

 

Satrio Purnomo