Foto: akun Bery Istanbul Tips di YouTube
JAKARTA, bisniswisata.co.id: Liburan Tahun Baru berlalu, meski ucapan Happy New Year 2025 juga masih berseliweran di media sosial. Apakah wisatawan yang memilih berlibur akhir tahun bisa pulang dengan hati yang bahagia ?.
Ternyata liburan tahun baru bisa menjadi horor bagi sebagian wisatawan yang mengalami pengalaman buruk di negeri orang terutama fenomena turis dipaksa untuk berbelanja saat liburan disebabkan karena tren perjalanan tour murah.
Turis China mengalami pengalaman buruk saat berlibur di Bangkok, Thailand. Dia dimaki pemandu wisata karena tak berbelanja di sebuah toko perhiasan di Bangkok.
Dalam video viral terlihat turis dimarahi hingga diserang oleh sang pemandu yang ternyata pemandu wisata ilegal. Hal itu tentunya meresahkan dan memberi ketakutan tersendiri bagi pelancong.
Di bagian lain di negara itu, rombongan wisatawan yang menumpang taksi air di Pulau Koh Phangan, Thailand dipalak di tengah laut. Mereka dimintai bayaran ekstra oleh kru kapal saat tengah malam.
Dikutip dari Khaosodenglish, Selasa (7/1/2024) insiden tersebut terjadi pada pergantian tahun baru, sekitar pukul 02.00. Saat itu, rombongan wisatawan yang berisi 20 orang menaiki kapal untuk menuju sebuah pub lokal di sana.
Pengalaman wisata tak menyenangkan harus dialami pula oleh grup turis dari Indonesia yang berwisata ke China dengan tarif murah sekitar Rp 6 juta/per orang namun tiba dinegara tirai bambu itu ada toko-toko yang diharuskan bagi rombongan wisatawan untuk mampir belanja bahkan di kawal untuk membeli produk seolah sebagai suatu keharusan.
Tahun lalu aksi pemerasan terhadap wisatawan mancanegara seperti dilaporkan oleh The Korea Times menyebutkan ada beberapa turis China dibawa ke toko dan dipaksa membeli produk kosmetik, suplemen nutrisi, barang bebas bea dan ginseng di Seoul. Mereka dibawa masuk pemandu dan pimpinan tour ke sebuah ruangan yang mengunci pintu dan memblokir pintu masuk.
YouTuber Indonesia Anjas Asmara di chanelnya juga membongkar scams tourist Indonesia yang paling banyak di Istambul, Turki. Begitu juga akun Bery Istanbul Tips di YouTube juga mengingatkan cara-cara pemerasan turis mulai dari naik taksi di kota Istanbul, aksi tukang semir sepatu hingga ulah para pengelola restoran mengubah harga menu.
Video-video yang sudah tayang sejak tahun lalu rupanya masih merayu wisatawan Indonesia untuk mengunjungi Turki. Padahal rakyat biasa, polisi hingga pelaku industrinya tidak luput dari melakukan scams tourist.
Ulah siapakah pemerasan di tempat-tempat wisata mancanegara itu ? Apakah kebijakan pemerintah setempat dengan industri pariwisatanya atau kesepakatan B to B antara perusahaan perjalanan yang memasarkan paket wisata bersama atas kewajiban belanja di tempat yang telah ditentukan.
Desember 2024 lalu seorang Tour Leader ( TL) Indonesia yang membawa turis dari tanah air ke Turki yang tak ingin disebutkan namanya mengatakan bahwa kasus pemerasan justru bukan terjadi pada wisatawan Indonesia tapi justru pada dirinya sendiri sebagai tour leader.
“ Untuk berwisata di Turki, perusahaan kami yang bermitra dengan perusahaan travel terbesar di Turki punya kesepakatan membawa rombongan belanja hanya ke outlet-outlet yang ditetapkan bersama,” jelasnya.
Oleh karena itu sebagai tour leader yang didampingi tour guide dari travel agent Turki mereka berdua harus mengarahkan para tamu berbelanja di tempat-tempat yang telah ditentukan seperti toko cindera mata, Turki’s delight hingga ke pusat penjualan karpet.
Singkat cerita suatu malam setelah jam tour usai, sebagian rombongan masih di lobby hotel meminta TL mendampingi mereka untuk hang-out dan ngopi-ngopi berjalan kaki di seputar hotel. sebagian rombongan ada yang masih berbelanja untuk menambah oleh-oleh termasuk karpet-karpet ukuran kecil.
Ketika rombongan kembali ke hotel dan di lobby bertemu lagi dengan turis Indonesia dari rombongan yang sama. Mereka saling menyapa dan menggelar belanjaannya di meja sofa hotel.
Entah siapa yang memotret aktivitas itu maka si TL langsung di tuduh menyalahi kesepakatan karena membiarkan tamu berbelanja di toko yang berbeda.
Atasannya di Jakarta tiba-tiba sudah memiki foto TL bersama gambar karpet yang dibeli tamunya. Hotel yang ditempati ternyata dari jaringan pemilik perusahaan perjalan terbesar di Turki yang menjadi mitra.
TL kemudian disuruh mengembalikan tips dan atau ditahan semua crew termasuk lokal guide di tempat terakhir tujuan sebelum ke bandara. Intinya travel agent yang menjadi mitra itu tidak akan mengirimkan bis untuk kepulangan rombongan ke bandara.
“ Salah saya apa ? jam tour sudah selesai, jika rombongan mau belanja di tempat lain itu hak asasi mereka memilih tempat belanja,” kata TL.
Sebagai tour leader yang diancam tidak bisa membawa pulang rombongan sebelum menyerahkan sejumlah uang, TL tidak gentar bahkan tidak ada satupun anggota rombongan turis dari tanah air yang mengetahui niat buruk mitra kerja setempat terhadapnya.
“Apa yang mereka lakukan adalah “penjajahan” yang dilakukan travel agent besar itu secara sepihak. Untunglah perusahaan di Jakarta tidak tinggal diam,” ungkap TL itu
Pengalaman yang masih hangat ini membuatnya meminta wisatawan Indonesia yang ditahun 2025 akan lebih banyak berwisata ke luar negri untuk lebih berhati-hati. Platform berbasis cloud industri perhotelan, SiteMinder kembali merilis laporan tahunan mereka yang bertajuk “SiteMinder’s Changing Traveller Report 2025″.
Keinginan wisatawan Indonesia untuk jalan- jalan ke luar negeri mengalami kenaikan hingga 14 persen tahun 2025. Jumlah ini 7 persen lebih tinggi dari rata-rata global,” ujar Country Manager Indonesia SiteMinder, Rio Ricaro, dalam acara SiteMinder’s Changing Traveler Report, November 2024.
Oleh karena itu, kata TL, pelajari dulu mutu travel agentnya dan kalau YouTube sudah dipenuhi tayangan scams tourist harus melakukan antisipasi dan strategi agar tidak menjadi korban pemerasan atau penipuan di Turki.
TL tidak tahu pasti apakah pemerintah dari Turki, China, Korea maupunThailand memang mengizinkan pelaku industri mengekang kebebasan berbelanja turis di luar mitra mereka. Tapi yang jelas industri pariwisata tidak boleh menindas hak asasi wisatawan yang dibutuhkannya