MINAHASA TENGGARA, bisniswisata.co.id: Wisatawan maupun masyarakat untuk sementara dilarang mendaki gunung Soputan untuk sementara ini. Larangan ini terkait dengan kondisi Gunung yang terletak di Kabupaten Minahasa Tenggara, Sulawesi Utara, meletus pada Rabu (03/10/2018) pagi.
Wisatawan maupun masyarakat diimbau menjauh dari dalam area perluasan sektoral ke arah Barat daya sejauh 6,5 km dari puncak, yang merupakan daerah bukaan kawah. Hal ini untuk menghindari potensi ancaman guguran lava maupun awan panas. “Kami jelaskan tidak ada pengungsian karena memang daerah yang berada di dalam 4 kilometer dan sektoral 6,5 kilometer itu tidak ada penghuninya,” tegas Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana (PVMBG) Badan Geologi, Kasbani, di Bandung, Rabu (3/10/2018).
Selain itu, PVMBG meminta masyarakat tetap tenang dan menginstruksikan tidak ada aktivitas dalam radius yang ditetapkan. “Tidak boleh ada aktivitas pendakian, karena potensi letusan bisa terjadi setiap saat,” ujar dia.
Masyarakat di sekitar Gunung Soputan juga dianjurkan menyiapkan masker penutup hidung dan mulut. Itu untuk mengantisipasi potensi bahaya gangguan saluran pernapasan jika terjadi hujan abu. “Masyarakat yang terdampak abu, harus menyiapkan masker. Tapi tidak perlu mengungsi. Abu ini bisa terbang ke mana saja, bisa melebihi radius tergantung arah angin,” kata Kasbani.
PVMBG menjelaskan gempa Donggala Magnitudo 7,4 yang terjadi pada Jumat, 28 September 2018 telah memicu aktivitas Gunung Soputan.
“Bisa juga memicu itu (erupsi Gunung Suputan). Gempa besar bisa meningkatkan aktivitas gunung api. Tapi biasanya tidak langsung, butuh beberapa bulan,” ungkapnya.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Minahasa Tenggara Erick Manaroinsong membenarnya untuk saat ini jalur pendakian dari berbagai arah ditutup selama erupsi. Erupsi gunung ini menghasilkan kolom abu teramati lebih kurang setinggi 4 kilometer dari puncak gunung atau setara lebih kurang 5.809 meter di atas permukaan laut.
“Sejak Rabu dinihari, status gunung tersebut naik dari level II waspada menjadi level III atau siaga. Aktifitas kami batasi di radius empat kilometer untuk aktifitas masyarakat dari puncak gunung,” katanya.
Ia juga mengimbau agar masyarakat yang melakukan penambangan di sekitar gunung, menghentikan sementara. “Bagi masyarakat yang menambang atau berkebun, kami minta untuk tidak melakukan aktivitas di sekitar gunung,” katanya sambil menambahkan kini, kondisi letusan dan dampak setelah letusan masih terus dipantau. “Kami saat ini masih memantau dampak setelah erupsi,” tuturnya.
Aktivitas kegempaan vulkanik Gunung Soputan mulai meningkat pada September 2018. Dari sekitar dua gempa per hari menjadi 101 gempa per hari pada 2 Oktober 2018. Pada rentang waktu yang sama, aktivitas embusan naik dari sekitar 2-6 kejadian per hari menjadi 851 kejadian per hari pada 2 Oktober 2018.
Sementara itu, aktivitas guguran lava meningkat secara perlahan mulai pertengahan Juli 2018 hingga akhir Agustus 2018. Aktivitasnya, dari sekitar tiga kejadian per hari menjadi sekitar 16 kejadian per hari. Namun, sejak September 2018 hingga 2 Oktober 2018, jumlah guguran lava meningkat lebih signifikan dari sekitar 16 kejadian per hari menjadi 193 kejadian per hari.
Sementara itu, amplitudo seismik (RSAM – Realtime Seismic Amplitude Measurement) menunjukkan tren akselerasi (percepatan), terutama mulai pada 2 Oktober 2018 sekitar pukul 16.00 Wita. “Kita pantau terus perkembangannya. Kalau nanti ada potensi peningkatan vulkanik Gunung Soputan pasti ada evaluasi,” kata Kasbani.
Erupsi menyebabkan tinggi kolom abu vulkanik teramati sekitar 4.000 meter (m) di atas puncak kawah atau 5.809 m di atas permukaan laut. PVMBG merekomendasikan masyarakat agar tidak beraktivitas di seluruh area dalam radius 4 kilometer dari puncak Gunung Soputan.
Selama ini, Gunung Soputan salah satu objek wisata di Kabupaten Minahasa, yang mengundang banyak pendaki untuk menapaki medan terjalnya. Bukan hanya memiliki jalur pendakian yang menantang dan pemandangan yang menakjubkan, di sekitar Gunung Soputan pun terdapat beberapa objek wisata lain seperti Kawah Tua, Padang Pasir, dan Gua Jepang.
Meskipun saat ini kawasan Gunung Soputan tertutup untuk pendakian, namun Minahasa masih memiliki banyak objek wisata lainnya. Berikut adalah beberapa di antaranya:
#.. Pulau Lihaga
Berada di Kecamatang Likupang, Kabupaten Minahasa, Pulau Lihaga dapat dicapai dalam waktu dua hingga tiga jam perjalanan dari jantung kota Manado. Karena akses ke pulau yang terbilang cukup rumit, pengunjung disarankan membuat rencana perjalanan dari jauh hari. Seolah jauh dari sentuhan manusia, Pulau Lihaga hanya menyediakan fasilitas toilet dan ruang ganti. Fasilitas lain seperti warung makan atau akomodasi tak tersedia di sini.
#. Menara Kaki Dian
Menara Kaki Dian dapat ditempuh dalam waktu 20 menit dari Kota Manado, dengan menggunakan kendaraan bermotor. Objek wisata ini dibangun sesuai gambaran Alkitab dari agama kristen, agama mayoritas masyarakat Minahasa. Berada di kaki gunung berapi Klabat, Menara Kaki Dian merupakan salah satu atraksi wisata religi yang senantiasa ramai wisatawan.
#. Museum Pinawetengan
Museum Pinawetengan didirikan pada tahun 2009 oleh Yayasan Institut Seni Budaya Sulawesi Utara, sebagai upaya pelestarian budaya tradisional Minahasa. Lokasi Museum Pinawetengan berada di dalam Kompleks Pusat Kebudayaan Sulawesi Utara, Tompaso, Minahasa. Selain menyimpan benda-benda budaya dan sejarah Minahasa, di museum ini pengunjung dapat menyaksikan pembuatan kain tenun Pinawetengan.
#. Desa Pulutan
Desa Pulutan adalah sebuah desa di Kabupaten Minahasa, yang mayoritas penduduknya menggantungkan hidup dari hasil kerajinan keramik. Berjarak 40 kilometer dari Kota Manado, desa wisata ini bisa menjadi tujuan siapapun yang ingin berburu buah tangan khas Minahasa. Dalam sehari, pengrajin keramik Desa Pulutan biasa menghasilkan 10 hingga 50 keramik yang harganya mencapai lebih dari Rp2,5 juta untuk satu keramik.
#. Arum Jeram Timbukar
Desa Timbukar kerap kali menjadi destinasi wisata, karena aktivitas arung jeram di Sungai Nimanga. Selain menyuguhkan arus sungai yang menantang, wisatawan juga dimanjakan dengan pemandangan alam sekitar sungai. Jalur arung jeram yang ditawarkan pun beragam, mulai dari 3 hingga 15 kilometer dengan waktu tempuh antara satu sampai dua setengah jam perjalanan.
#. Danau Tondano
Tondano merupakan danau terluas di Provinsi Sulawesi Utara, danau ini diapit oleh berbagai pegunungan sehingga memiliki pemandangan menakjubkan. Objek wisata ini dapat ditempuh kurang lebih 90 menit perjalanan darat dari Kota Manado. Terlepas dari keindahannya, Danau Tondano juga menyimpan banyak mitologi yang meliputi sejarah awal muasal danau.
#. Benteng Moraya
Benteng Moraya merupakan tanda sejarah Perang Tondano, yang berpusat di desa purba Minawanua. Terletak di tepi Danau Tondano, 12 tonggak yang tertanam di hadapan benteng mengisahkan perlawanan warga Tondano dalam empat kali perang melawan penjajahan. Di lokasi ini wisatawan dibebaskan berfoto dan menaiki menara.
#. Bukit Kasih
Terletak sekitar 55 kilometer ke arah selatan kota Manado, Bukit Kasih adalah objek wisata di kawasan bukit belerang yang masih alami. Bukit Kasih dibangun pada tahun 2002 sebagai simbol toleransi, sekaligus pusat di mana semua pemeluk agama bisa berkumpul dan menjaga keharmonisan. Terdapat lima rumah ibadah di wilayah ini, yakni Gereja Katolik, Gereja Kristen, Kuil, Masjid, dan Candi. (EP)