YOGYAKARTA, bisniswisata.co.id: Saat ini, tingkat hunian kamar atau okupansi hotel di wilayah Yogyakarta tengah low season karena situasi bulan suci Ramadhan. Kondisi ini diperparah lagi dengan erupsi Gunung Merapi yang sekarang ini statusnya waspada sehingga membuat okupasi hotel menurun.
“Ada sekitar 15 sampai 20 persen penurunan tingkat hunian dibandingkan dengan tahun lalu,” kata Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DI Yogyakarta, Istijab M Danunagoro di Yogyakarta, Jumat (1/6).
Dilanjutkan, selain dampak dari erupsi Gunung Merapi yang kerap terjadi, penurunan okupansi hotel di Yogyakarta juga akibat dari isu terorisme sekaligus low season pada saat bulan suci Ramadan. “Apalagi ditambah dengan bertambahnya jumlah kamar-kamar hotel di Yogyakarta yang juga mempengaruhi market share-nya,” kata Istijab.
Executive Secretary salah satu hotel di Yogyakarta, Pipin juga mengakui penurunan okupansi hotel. Rata-rata okupansi di hotelnya biasanya mencapai 50-100 persen, namun saat ini merosot menjadi 35-60 persen.
Menurut Pipin, penurunan okupansi hotel belum terlihat signifikan akibat dari erupsi Gunung Merapi. “Dari Merapi belum terlalu signifikan. Pembatalan yang diakibatkan kondisi Merapi juga belum ada,” kata Pipin.
Untuk mengakali penurunan okupasi tersebut, para pengelola hotel yang ada di Yogyakarta diminta membuat promo menarik, seperti paket menu buka puasa bersama. “Bukber sangat diminati warga Yogyakarta karena harga paket bukber relatif murah di bawah Rp100 ribu per pack dibandingkan Jakarta,” kata Istijab. (CNN)