ART & CULTURE INTERNATIONAL

Edgar Freire Pria Ekuador Cinta Seni & Budaya RI

Edgar Freire dari Ekuador, Amerika Selatan.

YOGYAKARTA, bisniswisata.co.id: Gamelan, alat musik warisan leluhur Bangsa Indonesia di gemari masyarakat, entah untuk sebuah pertunjukan wayang kulit, tari-tari, atau kesenian lainnya. 

Alat musik tradisional ini tak hanya di gemari oleh bangsa sendiri namun orang dari luar negripun sangat menyukai alat musik gamelan, salah satunya pelaku seni Edgar Freire dari Ekuador, Amerika Selatan.

Saking cintanya dengan musik gamelan, Edgar Freire sampai belajar ke salah satu Kampus di Indonesia yaitu di Kampus ISi Yogyakarta. Tak hanya itu di samping belajar seni musik gamelan Edgar juga belajar tari-tarian dari Indonesia, dan setelah setahun belajar Edgar membuat pertunjukan seni dan budaya RI di tanah kelahirannya yaitu di Ekuador. 

Republik Ekuador adalah sebuah negara di Amerika Selatan bagian barat laut, berbatasan dengan Kolombia di utara, dengan Peru di timur dan selatan, dan dengan Samudra Pasifik di barat.

Sampai saat ini Edgar juga aktif mempublikasikan tentang kesenian yang ada di Indonesia dan juga tempat-tempat wisata yang ada di Indonesia lewat media sosialnya.

Edgar Freire orangnya bersahaja mudah bergaul sama siapa saja. Sebagai seniman dan juga pelaku seni yang penah tinggal  Indonesia tepatnya di Kota Yogyakarta. sekarang ia membuka kelas belajar ‘Gamelan Jawa” 

Pria yang mencintai seni dan budaya Indonesia ini tinggal dan belajar di Yogyakarta di tahun 2016-2017. Tepatnya di Institut Seni Indonesia (ISI Jogjakarta) jurusan tari tradisional dan juga seni yang lain dipelajarinya seperti jemparingan, gamelan, seni batik, pencak silat, dll.

“Ketika saya pulang ke Ekuador saya memulai berkolaborasi dengan Kedutaan Besar Indonesia (KBRI) di Quito. Segera, saya membuka klub tari Indonesia di Ekuador di mana saya menjadi instruktur tetap sampai sekarang,” ujarnya melalui telpon.

Pada tahun 2019, KBRI Quito di bawah pimpinan Dubes Diennaryati Tjokrosuprihatono meminta satu set gamelan slendro dari Indonesia. Edgar bercerita dia memang menulis proposal untuk membuka Klub Gamelan di Ekuador.

“Tapi saat itu KBRI tidak punya guru gamelan, oleh karena itu saya belajar sendiri hanya dengan teknik yang kita belajar di Indonesia. Di tahun 2020 Klub Gamelan ditutup karena pandemi COVID-19,” jelasnya.

Baru di tahun 2021, di bawah pimpinan Dubes Agung Yuniarti, dimulailah latihan Gamelan lagi di Ekuador. “Pak Dubes, membawa seorang guru. gamelan dari Indonesia yaitu pak Joko Ngadimin, ketua Organisasi Budaya Lintas Negara Indonesia Satu  dari Sanggar Seni Sekar Jagad di Sukoharjo, Jawa Tengah, Indonesia. 

Pak Joko, kata Edgar, datang ke KBRI Quito untuk mengajar gamelan kepada staf atau pegawai KBRI dan juga orang diluar KBRI termasuk Edgar Freire serta warga Ekuador. lain sekiranya ingin belajar gamelan.

Tujuannya  adalah untuk memperkenalkan dan mempromosikan seni budaya Indonesia terutama gamelan di Ekuador. Selanjutnya ke depan pihaknya  juga ingin terjalin bekerjasama budaya secara Internasional, Indonesia- Ekuador dan juga kepada negara negara lain, tambahnya.

Klub gamelan di KBRI Quito

” Mulai 10 Februari, 2022, saya memberikan pengantar untuk pertama kalinya di Ekuador tentang sejarah, filosofi, dan teknik dasar gamelan yang saya sudah pelajari sebelumnya di Yogya. Setelah itu barulah peserta latihan bersama dengan pak Joko Ngadimin,” kata Edgar.

Meski sudah mengenal gamelan Edgar Freire antusias untuk  bisa melanjutkan pelajaran gamelan, tetapi itu tergantung pada dukungan dari embassy. “Tujuan saya adalah selalu mempromosikan dan melestarikan budaya Indonesia di negeri saya di Ekuador, tegasnya.

Mengenang aktivitasnya sewaktu tinggap di Yogya, dia paling suka dan hobi nonton pertunjukan wayang kulit. “Kalau sudah nonton pertunjukan wayang kulit bisa betah semalem suntuk,” ungkapnya.

Pria yang suka makanan khas Jogja yaitu Gudeg ini mengaku selalu kangen datang ke Indonesia terutama  dikota Yogyakarta yang juga kota wisata. Banyak tempat wisata alami dengan alamnya yang indah-indah  dari pantai, pegunungan dan wisata kulinernya serta yang sangat berkesan adalah keramahan masyarakatnya, katap Edgar.

Kegiatan Edgar Freire sebelum pandemi COVID 19 bersama Dubes Diennaryati Tjikrosuprihatono mempromosikan seni kebudayaan dan Pariwisata RI di Ekuador dengan mengunjungi kota- kota lain seperti Loja, Ambato, Cuenca, Guayaquil, dan di seluruh tempat wisata di ibukota Quito. 

“Biasanya saya juga ikut Festival Tari di sini dan setiap tahun saya membuat performance besar tarian Indonesia di teater yang paling terkenal di Quito.

Menurut dia, Ekuador adalah negara tropis yang dilintasi garis khatulistiwa sama dengan Indonesia. Oleh karena itu ada beberapa daerah di Ekuador yang mirip sekali dengan Indonesia, misalnya daerah Amazon yang mirip dengan Kalimantan.

Di Ekuador tempat wisata yang kerap dikunjunginya adalah:Kota tua Quito (dianggap Warisan Budaya Kemanusiaan); pegunungan Andes (Chimborazo, Cotopaxi, Altar, dll); Hutan tropis lembab; Danau Quilotoa, Mojanda dan Cuicocha; Pulau Galápagos (yang paling dikenal di dunia); dan kota-kota yang paling indah seperti Baños, Zaruma, Vilcambamba, Otavalo, Cuenca.

” Kecocokan alam dan hati membuat saya ingin kembali terus ke Indonesia,” tutupnya.

Satrio Purnomo