Kegiatan Table Top di Desa Bonjeruk, terapkan konsep di alam terbuka pertama kali di Indonesia. ( foto-foto DPD ASPPI NTB).
MATARAM, Lombok, bisniswisata.co.id: Lombok Travel Mart ( LTM) ke enam yang telah diselenggarakan dengan keunikan kegiatan, hasilkan transaksi bisnis antara buyer dan seller serta menjanjikan pulihnya kunjungan wisatawan mancanegara, kata Ketua DPD ASPPI NTB Ahmad Ziadi, hari ini.
“Table top dalam LTM kali ini dikemas dengan unik karena seller memperkenalkan dan menjual paketnya ke buyer di pinggir bangket (sawah), dengan suasana pedesaan khas Bondjeroek,” ungkapnya.
Kegiatan LTM yang berlangsung 1-3 Maret 2019 lalu dan diselenggarakan Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia (ASPPI) NTB yang dipimpinnya setiap tahun memberikan pengalaman unik bagi para pesertanya.
“Kalau kegiatan Travel Mart di berbagai belahan dunia biasa dilakukan di gedung konferensi atau di hotel-hotel berbintang, maka kami konsisten dengan konsep alam yang pertama kali dilakukan di Indonesia,” kata Ahmad Ziadi.
Pilihan lokasi yang berbeda dimulai dari LTM ke-1 (2014) di Museum NTB, kemudian tahun berikutnya ke-2 (2015) di Hutan Wisata Alam Gunung Tunak Lombok Tengah, Event ke-3 (2016) di Pantai Pink Lombok Timur.
LTM ke-4 (2017) berlangsung di Gili Air, ke-5 (2018) di lokasi air terjun Benang Stokel dan Benang Kelambu dan kegiatan ke 6 di Desa Bonjeruk, Kecamatan Jonggat, Lombok Tengah yang memiliki banyak atraksi budaya khas lokal.

“Selalu ada ide gila dari rekan-rekan panitia penyelenggara dalam memuaskan peserta LTM di tempat yang tidak lazim, tapi target transaksi juga menjadi perhatian utama” ungkapnya.
Kali ini, sesuai dengan tema Historical Bondjeroek, acara Table Top dimulai dengan pembacaan sejarah kerajaan Bondjeroek, tarian adat, pembacaan lontar hingga musik tradisional Tawak-Tawak khas Lombok.
“Oleh panitia telah dipilih tiga petak sawah (bangket) yang dijadikan lokasi Table top yang merupakan pertemuan para buyer dan Seller “ jelasnya.
Kegiatan ditata di sawah dan semua digelar di bawah bukan di tenda terpal tetapi menggunakan atap tetaring dari anyaman daun kelapa. Ada tiga tetaring yang masing-masing disebut sebagai bangket 1, bangket 2 dan bangket 3.
Selain itu juga ada empat kegiatan yang digelar yaitu di Gedeng KWT(kelompok wanita tani) untuk kegiatan kelompok tani, Gedeng Sembek (jampi-jampi kepada orang yang pertama kali berkunjung), Gedeng Opak yang menampilkan Rengginang berbentuk segi tiga diibaratkan gunung Rinjani dan yang keempat adalah Gedeng Ketak – berupa anyaman dari rumput Ketak.
Menurut Ahmad Ziadi, meski transaksi di alam terbuka dari 150 buyer dan 50 seller yang mengikuti LTM dari Malaysia, Korea, Singapura dan para seller dari Indonesia, pihaknya optimistis transaksi potensialnya yang ditargetkan Rp 10 miliar tercapai.
“Nilainya masih sama dengan pencapaian target 2018 lalu karena kondisi ekonomi dan gempa bumi di Lombok Agustus 2018, target tidak kami tingkatkan “ tambahnya.
Mengenai keunikan Desa wisata Bonjeruk di Kabupaten Lombok Tengah, dia mengatakan bahwa desa ini pernah menjadi salah satu pusat pemerintahan zaman Belanda di Lombok. Beberapa kekhasannya adalah atraksi budaya khas lokal seperti permainan alat musik tradisional Tawa-Tawa yang terbuat dari bambu, kemudian bacaan lontar.
Jangan lewatkan pula buah-buahan setempat seperti Renggak, Kepundung, Lobe-Lobe atau semacam anggur, Kenyamen (kelapa kecil) yang langka dan sulit didapat di tempat lain.Pihaknya juga memperkenalkan produk unggulan seperti keripik Pare, es daun Pala, Opak-Opak hingga Kopi yang dikelola oleh KWT dan penduduk setempat.

Tidak kalah serunya, makan siang dilaksanakan dengan konsep begawe begibung, dimana dibuatkan tetaring sebagai atap, serta makanan khas desa Bonjeruk yang disajikan diatas dulang, penyajiannya pun mengikuti tradisi budaya setempat.
Setelah Table top di Bonjeruk, peserta juga diajak mengunjungi desa adat Ende yang disambut dengan Gendang Beleq, serta dimeriahkan oleh atraksi peresean. Acara dikanjutkan dengan menikmati keindahan Bukit Mersese. Dengan laut dan perbukitan hijau yang mengelilinginya, sehingga menjadi tempat favorite peserta untuk foto-foto.
Sore harinya, setelah sholat di Masjid Nurul Bilad Kuta, peserta mengikuti Farewell Dinner di pinggir pantai Kuta Mandalika dengan konsep outdoor. LTM ditutup oleh Kepala Dinas Pariwisata Lombok Tengah, H. Lalu Mohammad Putria mewakili pemda Lombok Tengah dan BPPD Lombok Tengah.
“Lombok Travel Mart 2019 ini bertujuan untuk meyakinkan travel agent dari luar daerah, bahwa Lombok telah pulih pasca gempa diakhir 2018 kemaren. Serta lebih semangat bekerjasama dengan travel agent lokal untuk menjual paket wisata ke Lombok,”
Ahmad Ziadi yang akrab dipanggil Adi ini bersyukur kegiatan berjalan sukses di dukung industri pariwisata setempat mulai dari toko oleh-oleh hingga Dinas Pariwisata Provinsi NTB, ITDC Mandalika dan BPPD Lombok Tengah.