SEMARANG, bisniswisata.co.id: Pariwisata ternyata tidak hanya soal tempat yang indah atau menarik. Namun, yang menjadi ruh dari pariwisata adalah event yang digelar di tempat-tempat pariwisata tersebut. Banyaknya gelaran event pariwisata, terbukti menjadi magnet bagi para wisatawan nusantara (wisnus) maupun mancanegara (wisman).
Terbukti tahun 2017, kunjungan wisatawan di Taman Balekambang Solo lebih banyak dibanding kunjungan ke Candi Prambanan. “Tahun 2017, kunjungan wisatawan di Taman Balekambang Solo mencapai 2,5 juta, dan yang ke Prambanan hanya 910.000. Bahkan jumlah pengunjung Taman Balekambang hampir menyaingi Borobudur hanya 2,9 juta wisatawan,” kata Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Jawa Tengah (Jateng), Sinung Nugroho, Senin (4/2/2019).
Padahal lanjut Sinung, Taman Balekambang hanya destinasi wisata biasa saja. Namun karena banyak event yang sering digelar, sehingga menyedot lebih banyak wisatawan dibanding Prambanan. “Event yang rutin digelar di Taman Balekambang adalah Sendratari Ramayana. Selain event itu, setiap hari libur juga pasti ada event di taman itu sehingga menarik banyak kunjungan wisata,” terangnya.
Berkaca dari data itu, Jateng akan melakukan kebijakan baru dalam peningkatan kunjungan wisatawan. Bahkan pengembangan pariwisata berbasis masyarakat terus ditingkatkan. “Siapapun memiliki ide atau event potensial pasti kami dukung. Kami juga memaksimalkan industri kreatif dan promosi wisata dengan sosial media dan mengajak anak muda pelaku dan juga sebagai penikmat wisata,” paparnya.
Selain itu lanjut dia, target kunjungan wisatawan, tahun 2019 ini pihaknya menargetkan ada 1,2 juta wisatawan asing datang ke Jawa Tengah. Sementara untuk wisatawan lokal, ditargetkan sebanyak 40 juta lebih. “Kami optimis target itu akan tercapai. Kami sudah siapkan sejumlah event, baik dari Kabupaten/Kota, Pemprov Jateng dan event nasional,” tegasnya.
Disinggung tentang penurunan Wisman di tahun 2018 sebanyak 13,37% dibanding tahun 2017, Sinung mengatakan jika hal itu dikarenakan beberapa faktor. Pertama, karena pada Februari 2018 Bandara Adi Soemarmo Solo yang tidak melayani penerbangan internasional lagi. Selain itu, banyaknya event internasional di Jogjakarta yang tidak digelar pada 2018 juga berdampak ke Jateng.
“Belum lagi banyaknya bencana yang terjadi di Indonesia juga cukup berpengaruh. Lalu ada revitalisasi di Kota Lama yang belum selesai juga memberikan dampak signifikan, mengingat Kota Lama memiliki daya tarik cukup besar,” ujarnya seperti dilansir Bisnis.com
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta Disporapar Jawa Tengah untuk menggenjot gelaran event berskala internasional di Jawa Tengah. Event merupakan cara paling ampuh untuk menarik wisatawan berkunjung ke Jawa Tengah, khususnya wisman.
“Perbanyak event, promosi juga harus terus ditingkatkan. Promosi ini harus menyeluruh, tidak hanya mengajak Wisman ke obyek wisata terkenal saja seperti Prambanan dan Borobudur, mereka bisa diajak piknik ke banyak tempat wisata Jateng yang lainnya. Kan kita punya banyak destinasi wisata yang menarik,” kata dia.
Minimal lanjut Ganjar, karena Pelabuhan dan Bandaranya ada di Semarang, maka daerah di sekitar Semarang juga harus ditawarkan. Apalagi, dengan lancarnya transportasi saat ini, bisa juga wisatawan asing diajak berkeliling Jawa Tengah.
“Dengan adanya tol sekarang Semarang-Solo kan hanya satu jam, maka bisa saja Wisman itu digeret ke Solo, Kabupaten Semarang, Jepara, Kudus, Pekalongan atau kota lainnya. Kalau ini dilakukan, maka pariwisata Jateng yang lain juga akan terdongkrak,” terangnya. (NDY)