SEMARANG, bisniswisata.co.id: Wisatawan domestik bukan hanya menjadi motor penggerak ekonomi daerah dengan trend kunjungan yang terus meningkat ke Grand Maerakaca, tapi juga kepatuhan penerapan protokol kesehatan juga tinggi.
Hal itu diungkapkan Titah Listyorini, Direktur Pusat Rekreasi dan Promosi Pembangunan (PRPP) Jawa Tengah mengamati perkembangan kunjungan wisatawan domestik ke obyek wisatanya, hari ini.
Menurut dia, pengunjung selama bulan Oktober mengalami peningkatan dibanding pengunjung bulan September dari 32.000 orang menjadi 36.000 orang/ bulan.
Kenaikan terutama karena ada libur memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW 28-30 Oktober dilanjutkan 31 Oktober-1 November karena akhir pekan sehingga ada libur panjang lima hari.
“Selama libur panjang 5 hari itu tercatat pengunjung Grand Maerakaca sebanyak 13.600 orang. Paling banyak pengunjung di tanggal 29 Oktober tepat pada libur Maulud Nabi Muhammad SAW dengan total pengunjung sebanyak 4.300 orang,” ungkap Titah.
Menurut dia yang menggembirakan adalah selain trend kunjungan yang terus meningkat, kepatuhan mengikuti prosedur kesehatan juga tinggi. Kesadaran untuk berwisata dengan aman di era New Normal sangat menggembirakan terutama disiplin penggunaan masker.
Pengunjung selain banyak dari Jakarta, Surabaya juga warga Jawa Tengah dari Solo, Jepara, Kudus, Pekalongan , Blora terlihat dari kendaraan yang parkir di kawasan Grand Maerakaca.
Destinasi wisata dekat bandara Jendral A. Yani Internasional ini sudah tidak asing dengan nama “Puri Maerokoco”. Taman wisata ini merupakan “Taman Mini” versi Jawa Tengah yang menyajikan replika dan miniatur bangunan khas dari berbagai daerah di Jawa Tengah.
Saat ini, Puri Maerakaca sudah berganti nama menjadi Grand Maerakaca. Dengan wahana yang lebih bervariasi, taman rekreasi seluas 20 hektar ini menjadi salah satu destinasi wisata di Semarang yang cocok untuk rekreasi keluarga.
Salah satu daya tarik terbarunya adalah Lumina, bukan rumah adat lokal, tapi mancanegara. Nah, inilah yang menjadikannya istimewa karena ada dari lima negara, yakni Jepang, Turki, Meksiko, Santorini (Yunani), dan Arab yang cocok dengan pengunjung yang suka swa foto kekinian sesuai era digital.
Titah menjelaskan pengunjung harus menerapkan protokol kesehatan dengan ketat, tidsk boleh lengah apalagi sampai melepas masker “Prokes masih tetap, kami wajibkan semua pengunjung gunakan masker, pengecekan suhu tubuh di awal masuk, menyarankan sering kali cuci tangan di wastafel yang kami sediakan, menggunakan hand sanitizer dan jaga jarak,”
Pihaknya bahkan pro-aktif dengan menurunkan petugas khusus yang berkeliling dan mengawasi penerapan protap kesehatan itu mengingat ketika obyek wisata ini dibuka kembali akhir Juni lalu ketika foto bersama atau setelah kulineran di area Grand Maerakaca kerap banyak yang lupa mengenakan kembali masker.
“Kini para pengunjung sudah memiliki kesadaran tinggi untuk terus mengenakan masker. Selain itu petugas kami ingatkan terus dengan voice over dari sound kami maupun petugas yang keliling menggunakan pengeras suara portable,”
Pengunjung patuh dalam pemakaian maskernya karena jaga jarak dan masker berlaku untuk semua orang dewasa maupun anak-anak. ” Kita masih hidup di tengah pandemi COVID-19 dan jangan sampai libur panjang malah bermunculan kluster baru,” tegasnya.
Dia optimistis, trend berwisata ini akan terus meningkat apalagi adanya Jalan Tol Trans-Jawa yang menghubungkan kota-kota di pulau Jawa, Indonesia.
Jalan Tol Trans-Jawa membentang antara Pelabuhan Merak, Cilegon, di Provinsi Banten hingga Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, di Provinsi Jawa Timur.
“Jaringan jalan tol ini menghubungkan dua kota terbesar di Indonesia, Jakarta dan Surabaya. Sekarang warga Surabaya punya pilihan pulang hari tanpa perlu menginap untuk berwisara ke kota Semarang karena jarak tempuh jadi pendek lewat tol,” kata Titah.
Dia berharap pergerakan wisatawan domestik yang kini lebih banyak menggunakan kendaraan pribadi untuk berwisata akan membangkitkan industri pariwisata yang paling terpukul akibat pandemi global saat ini.