JAKARTA, Bisniswisata.co.id: Hingga kini Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta bersama Unit Pengelola Kegiatan (UPK) Monas Jakarta menkaji Sistem pembelian karcis untuk naik ke Monas tidak secara konvensional namun dengan sistem online. Penjualan secara online lebih memudahkan pengunjung untuk mengetahui kuota karcis yang tersedia. Mengingat jumlah pengunjung yang bisa naik Tugu Monas hingga ke puncak dibatasi hanya 2.000 orang per hari.
“Sampai kini kami masih mengkaji penjualan tiket naik Monas secara online. Kajian ini bersama Pempeov DKI Jakarta dan instansi terkait. Jadi kami masih menunggu. Namun untuk hingga kini, kami masih menjual tiket secara manual,” papar Kepala Unit Pengelolaan Teknis (UPT) Monas Munjirin kepada Bisniswisata.co.id di Jakarta, Ahad (28/01/2018).
Kajian itu, sambung dia, tiket online bukan hanya khusus ke Monas saja namun terintegrasi dengan lainnya seperti untuk busway, KRL atau masuk ke obyek wisata lainnya yang ada di Jakarta contoh Ragunan. Juga sistem pembeliannya harus melalui bank yang juga milik DKI Jakarta. “Nah, ini semua masuk dalam pengkajian itu,” katanya.
Kajian lainnya kelebihan dan kekurangan dengan menggunakan sistem online. Memang jual tiket secara online lebih memudahkan pengunjung untuk mengetahui kuota karcis yang tersedia. Mengingat jumlah pengunjung yang hanya bisa naik Tugu Monas hingga ke puncak setiap harinya dibatasi 2000 orang saja. “Jadi gampang, dia tahu tiap hari kuotanya tinggal berapa. Bisa beli dua hari sebelumnya dari rumah, kantor atau dimana saja,” kata dia.
Munjirin menjelaskan pembatasan 2.000 orang penhari, sesuai dengan kemampuan lift Monas yang hanya satu uni cukup untuk mengangkut 10 orang. Lift bekerja mulai pagi pukul 08.00 WIB hingga pukul 21.00 WIB malam. Sekali menarik ke atas membutuhkan waktu 3 menit yang berarti satu jam ada 20 kali 10 orang berarti hanya 200 orang.
“Lift kerja hanya 10 jam jadi totalnya 2.000 orang. Lift juga istirahat jalan pukul 17.00 dan berfungsi lagi usai magbrib. Jika dipaksakan jelas akan membahayakan. Sehingga kami membatasinya sesuai dengan kemampuan lift,” ungkapnya.
Dia khawatir, lift tersebut akan rusak jika dipaksakan mengangkut lebh dari ketentuan karena banyaknya beban yang ditanggung setiap harinya. “Ya namanya mesin, buatan manusia. Bisa rusak kan. Makanya saya maunya kuota (pengunjung) itu dikurangi,” kata dia.
Namun, kata dia soal pengurangan kuota ini tentu tak bisa sembarangan dia lakukan. “Salah-salah jadi viral nanti banyak yang protes. Sekarang saja yang protes sudah banyak,” katanya.
Selama ini, wisatawan lokal, nasional dan internasional yang masuk ke kawasan Monas pada hari weekend bisa mencapai 60.000 orang setiap harinya. Jika saat liburan sekolah atau libur panjang yang masuk mencapai 150.000 orang perhari. Sedangkan hari-haro biasa Monas dikunjungi 20.000 perhari. “Untuk turis asing yang datang ke Monas dari berbagai penjuru dunia, namun yang paling banyak wisatawan dari Korea dan Jepang,” sambungnya. (NDHYK)