LEMBATA NTT, bisniswisata.co.id: Obyek wisata Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT) luar biasa. Selain memiliki pantai dengan air laut sejernih kaca, juga ada air terjun, desa nelayan, kawasan perbukitan, juga menyaksikan pemburuan ikan paus serta meihat percikan lava yang tiada habisnya di Gunung Api Batutara, yang merupakan salah satu gunung api paling aktif di kepulauan lembata.
Liburan sambil belajar di alam terbuka bisa kamu dapatkan di Taman Daun Lewoleba. Taman Daun ini merupakan taman baca yang lahir dari rasa keprihatinan terhadap kurangnya sumber-sumber bacaan yang ada di Lembata. Disediakan buku-buku bacaan secara gratis serta selalu intens dengan berbagai aktivitas terkait literasi secara swadaya oleh relawan yang tergabung di dalamnya.
Bahkan para wisatawan mancanegara (wisman) datang bukan hanya menikmati wisata Lembata namun juga berbagi ilmu serta memotivasi anak-anak Lembata. Seperti dilakukan Kelly, Esteer, dan Stevy, merupakan sebagian anak muda asal mancanegara yang sudah tidak asing dengan Taman Daun. Ini merupakan lokasi taman baca, taman bermain, sekaligus homestay di Kampung Beluwa, Kelurahan Lewoleba Barat, Kabupaten Lembata, NTT.
Sejatinya, Kelly dan kawan-kawan datang untuk berlibur dan berwisata di Lembata. Kelly datang dari Irlandia, Esteer yang seorang insinyur berasal dari Spanyol, dan Stevy, gadis muda asli Amerika.
Taman Daun juga tidak asing bagi anak-anak muda lain asal Brasil, Rusia, Serbia, Jerman, Malaysia, dan Jakarta. Kebanyakan turis muda itu datang ke Lembata sebagai tempat persinggahan terakhir, dari rangkaian liburan mereka ke Indonesia. “Saya sudah dua minggu di sini. Setelah izin tinggal saya habis, saya akan kembali ke Irlandia,” ungkap Kelly.
Di Lembata, mereka tidak hanya mereguk nikmatnya keindahan alam. Mereka juga bisa mengikuti serangkaian upacara adat, seperti Antar Dulang, Maso Minta, dan Antar Belis Gading. Bahkan, mereka juga bisa berinteraksi dengan anak-anak dan warga. Setiap sore, Kelly dan teman-temannya bergabung dalam kelompok belajar di Taman Daun.
Para turis itu menjadi relawan yang mengajar anak-anak di daerah itu dengan beragam keterampilan dan keahlian, di antaranya kemampuan berbahasa Inggris atau memasak. “Saya bahagia bisa berbagi. Saya tidak sekadar berwisata, tapi dapat berbagi ilmu dan memotivasi anak-anak,” ujar Esteer, mekanik yang bekerja di Denmark ini.
Kegiatan itu membuat Kelly dan Esteer betah dan merasa menjadi bagian dari keluarga orang Lembata. “Saya akan promosikan kenyamanan di Taman Daun.” lontarnya seperti dilansir laman MediaIndonesia, Rabu (20/11/2019).
Taman dibangun Goris Batafor, warga asli Lewoleba, pada 1987. Sebelumnya, lulusan Sekolah Pertanian di Jawa Tengah, itu bekerja di kapal. Turun dari kapal, Goris bertekad menyumbangkan ilmu pengetahuan kepada anak-anak Lembata. Ia membuka Taman Daun sebagai taman baca dan perpustakaan. Anak-anak juga bisa bermain di taman yang ditata asri dan indah, dengan pepohonan yang rimbun.
Dalam perjalanan, John Batafor, sang adik, memperkenalkan Taman Daun lewat dunia maya. Ia menawarkan akomodasi gratis bagi wisatawan, namun mereka diharuskan memberi sumbangsih dengan menularkan ilmu dan keterampilan kepada anak-anak.
“Dulu, Pemkab Lembata hanya mencatat dalam satu tahun hanya ada 8 turis asing yang datang, dengan lama tinggal maksimal 5 hari. Sekarang dengan pola volunterisme yang kami kembangkan, banyak yang datang dan bisa satu bulan mereka tinggal di Lembata,” ujar John.
Hubungan timbal balik itu membuat sesama manusia dari berbagai bangsa bisa saling terikat. “Kami bisa membangun naluri kekeluargaan.” sambungnya. (ndy/MediaIndonesia)