SOLO, bisniswisata.co.id: “KESENIAN tradisional wayang kulit harus bisa mengharumkan nama bangsa. Itu pesan kuat dari Istana Negara sebelum saya naik panggung dengan lakon Narayana Jumeneng Nata. Dan karena pesan itu pula, saya harus mampu memberikan out put terbaik bagi penggemar wayang di Tanah Air, agar wayang kulit benar-benar mampu menjadi tontonan juga tuntunan,” kenang dalang Ki Manteb Soedharsono
Kenangan itu menanggapi gelaran wayang kulit yang pertama kali di Istana Merdeka Jakarta, pada 2 Agustus 2019. Sang maestro dalang dari Desa Doplang, Karangpandang, Kabupaten Karanganyar itu, perlu mengungkit pesan itu ke tengah masyarakat. Mengingat beberapa waktu silam, pernah muncul spanduk intimidatif, yang melarang wayang kulit menjadi tontonan, karena dianggap bukan budaya (Islam) dan bukan syariat Islam.
Spanduk provokasi itu, lanjut menurut Manteb seperti dilansir laman Medcom, Selasa (03/09/2019), memang tidak pantas untuk ditanggapi kalangan dalang. Namun begitu, sebagai duta kesenian tradisional, masyarakat harus dikuatkan hatinya, agar tidak terpangaruh dan tetap setia menjadi penikmat pertunjukkan wayang kulit yang penuh dengan tuntunan kehidupan.
Manteb sangat tidak ingin,jika budaya asli Nusantara ini menjadi surut, dan kemudian malah diklaim negara lain seperti Malaysia, lalu masyarakat menyalahkan pemerintahnya sendiri. Apalagi wayang kulit sebagai budaya tradisional, sudah diakui dan ditetapkan oleh Unesco sejak 2003, menjadi warisan budaya dunia.
“Saya sendiri sebagai dalang wayang kulit juga mendapatkan pengakuan dari Unesco. Bahkan sering ditanggap dunia internasional.Ini menjadi bukti, bahwa kesenian wayang kulit itu kini semakin tidak memiliki batas penikmat, karena dunia internasional pun sudah mengakui. Sehingga ketika ada oknum tidak bertanggung jawab mengeluarkan larangan, harus dilawan bersama,” imbuh seniman sepuh yang baru saja ulang tahun pada 31 Agustus.
Dia sangat bangga dengan Presiden Jokowi, yang begitu terbuka memberikan kesempatan mbabar pertunjukan wayang kulit di halaman Istana Negara pada 2 Agustus silam. Keterbukaan kepala negara itu, diyakini akan menular ke daerah-daerah, sehingga nafas kesenian wayang kulit sebagai corong informasi yang fleksibel bagi masyarakat, akan bertambah kuat.
Ki Manteb mulai mendalang sejak kecil. Namun, popularitasnya sebagai seniman tingkat nasional mulai diperhitungkan publik sejak ia menggelar pertunjukan Banjaran Bima sebulan sekali selama setahun penuh di Jakarta pada tahun 1987.
Ketika Ki Narto Sabdo meninggal dunia tahun 1985, seorang penggemar beratnya bernama Soedharko Prawiroyudo merasa sangat kehilangan. Soedharko kemudian bertemu murid Ki Narto, yaitu Ki Manteb yang dianggap memiliki beberapa kemiripan dengan gurunya itu. Ki Manteb pun diundang untuk mendalang dalam acara khitanan putra Soedharko.
Sejak itu, hubungan Sudarko dengan Ki Manteb semakin akrab. Sudarko pun bertindak sebagai promotor pergelaran rutin Banjaran Bima di Jakarta yang dipentaskan oleh Ki Manteb. Pergelaran tersebut diselenggarakan setiap bulan sebanyak 12 episode sejak kelahiran sampai kematian Bima, tokoh Pandawa.
Ki Manteb mengaku, Banjaran Bima merupakan tonggak bersejarah dalam hidupnya. Sejak itu namanya semakin terkenal. Bahkan, pada tahun 90-an, tingkat popularitasnya telah melebihi Ki Anom Suroto, yang juga menjadi kakak angkatnya.
Pada tanggal 4-5 September 2004, Ki Manteb membuat rekor dengan mendalang 24 jam tanpa henti dengan lakon Baratayudha. Pertunjukannya ini bertempat di RRI Semarang, Jalan A. Yani 144-146 Semarang. Berkat pementasannya ini, ia mendapatkan rekor MURI pentas wayang kulit terlama. Dan hebatnya, meskipun telah mendalang selama 24 jam itu, dokter yang memeriksa kesehatan Ki Manteb setelah pentas menyatakan bahwa kondisi Ki Manteb sangat prima.
Tanggal 5 Januari 2013, Ki Manteb didaulat Dahlan Iskan, yang menjabat Menteri Negara BUMN, untuk melakukan prosesi tolak bala bagi mobil listrik Tucuxi agar terhindar dari fitnah dan marabahaya. Sayang, di daerah Plaosan, Magetan mobil tersebut mengalami kecelakaan. Dalam kecelakaan itu, Dahlan Iskan selamat. (ndy)