BOGOR, bisniswisata.co.id: Kota Hujan Bogor Jawa Barat bukan hanya memiliki beragam destinasi wisata, termasuk wisata kuliner khas mulai tradisional hingga modern. Aneka kuliner tradisionalnya sangat menggiurkan. Mulai soto kuah kuning, lumpia basah, soto Bogor, asinan, toge goreng, sate sumsum, doclang hingga cungkring.
Cungkring, kuliner legendaris ini nyaris punah. Pedagangnya semakin terbatas. Regenerasi pembuat maupun pedagangnya hampir tidak ada. Padahal kuliner yang satu ini, lain daripada yang lain. Perbedaanya menggunakan olahan berbahan dasar kaki sapi. Sehingga memiliki cita rasa yang memanjakan lidah.
Istilah nama Cungkring ada yang menyebut kepanjangan dari cungur (mulut) dan keringan (keripik tempe). Ada yang menyebut Cukring itu, dari bahasa Sunda yang berarti kikil sapi. Memang kuliner ini terdiri dari kikil (ada juga kulit, urat sapi) yang dimasak bumbu kuning, kemudian dicampur lontong, tempe goreng atau rempeyek kemudian disiram bumbu kacang mirip sate.
Di antara penjual cungkring yang bertahan hingga sekarang ini, ada di Jalan Suryakencana, yang terkenal ialah Cungkring Pak Jumat. Usaha yang berdiri sejak 1975 ini terletak di Jalan Suryakencana No.285, Bogor. Dulunya, Pak Jumat menjajakan dagangannya dengan cara berkeliling sambil membawa panggulan. Namun sejak 2004, pelanggan banyak menghampirinya di Suryakencana.
Terkenal sejak lama, Cungkring Pak Jumat sering kali menerima pesanan dari berbagai kalangan, mulai dari Pemerintahan Bogor hingga pernah buka di Kampoeng Tempoe Doelo Kelapa Gading.
“Kalau pesan di bawah 500 porsi biasanya saya tolak, soalnya proses pembuatannya lama kalau buat pesanan bisa disiapin dari seminggu sebelumnya bahkan, kalau pesannya sedikit nanggung,” ujar anak sekaligus penerus usaha Pak Jumat, Deden.
Menurut Deden, cungkring yang sebenarnya itu terbuat dari kaki sapi, bukan kikil. Bentuknya tidak ditusuk seperti sate. Sebab, banyak penjual yang menamai kuliner mereka dengan cungkring tetapi isiannya bukan kaki sapi, melainkan sate kikil. Selain dari bagian kaki sapi, ada pula isian kulit dan urat. Berbagai isian diletakkan di atas kertas pembungkus makanan yang dilapisi dengan daun pisang.
Dan akan meletakkan bahan lainnya seperti lontong dan keripik tempe. Kemudian, semuanya akan disiram dengan bumbu kacang yang bercita rasa manis dan gurih. Jika Anda menyukai pedas, dapat pula ditambah sambal sesuai selera. Ada paduan rasa gurih, pedas, dan manis bercampur yang bercampur dalam olahan ini.
Deden mengkalim Cungkring Pak Jumat memiliki keistimewaan tersendiri, yakni cungkring terbuat dari potongan kikil kaki sapi yang direbus sampai teksturnya empuk. Setelah empuk, kikil kaki sapi diolah dengan bumbu rempah. “Cungkring ini paling nikmat jika disantap dengan lontong yang dibuat sendiri. cungkring tadi disiram bumbu kacang kental yang memiliki cita rasa asin bercampur gurih nikmat. Semua bahan itu alami, dan dibuat sendiri. Ini istimewanya,” lontar Deden
Ada empat jenis cungkring yang ditawarkan, yaitu kikil, kulit, dampal, dan urat dengan masing masing potongnya yang harganya sangat terjangkau. “Selama ini bagian paling laku ialah urat kaki sapi, teksturnya yang kasar seperti urat daging membuat nikmat ketika dikunyah,” lontarnya.
Biasanya, warga sekitar Bogor dan wisatawan kerap menjadikan Cungkring Pak Jumat ini sebagai menu sarapan di pagi hari. Jangan heran Cungkring Pak Jumat berjualan sejak pukul 06.30–10.00 WIB. Namun, sebaiknya pengunjung datang sebelum pukul 10.00 WIB, sebab biasanya pukul 09.00 WIB, cungkring ini telah ludes terjual. Satu porsi cungkring dijual seharga Rp16 ribu seporsi. Mau Coba?. (end)