Cokelat Rasa Pecel, Terobosan Kuliner Nusantara

JAKARTA, bisniswisata.co.id: Banyak cara bisa dilakukan untuk mempromosikan kuliner khas Nusantara. Tak terkecuali dengan panganan cokelat. Setelah berdiri selama 17 tahun, Dapur Cokelat percaya diri membuat terobosan dengan inovasi dan kreasi cokelat menggunakan masakan khas Indonesia sebagai resep utama.

Pendiri Dapur Cokelat Ermey Trisniaty mencoba meramu bumbu-bumbu kuliner Nusantara ke dalam adonan cokelat. Hasilnya, cokelat rasa soto dianggap bisa menarik perhatian dunia dalam mempromosikan kuliner khas Nusantara. “Ini bentuk kreasi kami untuk Indonesia,” kata Ermey seperti dikutip laman Republika, Sabtu (02/06/2018).

Dapur Cokelat memilih sembilan jenis masakan yang menjadi ikon utama kuliner Indonesia, di antaranya Soto, Rendang, Nasi Uduk, Sambal Pecel, Sambal Kecombrang, Sambal Goreng, Rempeyek, Kunyit Asam, dan Beras Kencur. Sembilan jenis makanan tersebut diramu khusus ke dalam adonan cokelat. Penganan cokelat menjadi lebih unik dengan cita rasa baru yang berasal dari kuliner Nusantara.

Ini bukan pertama kalinya bagi Dapur Cokelat berinovasi mendukung warisan kuliner dan budaya Indonesia. Sebelumnya, Dapur Cokelat mengeluarkan varian cokelat batik dengan berkolaborasi bersama desainer kondang Anne Avantie. Respons tersebut mendapat sambutan positif dari dalam dan luar negeri.

Kreasi cokelat bercita rasa khas kuliner Nusantara memang dibuat khusus untuk mempromosikan masakan dalam negeri. Bumbu masakan lokal menjadi bahan dasar utama setelah cokelat sehingga tetap memberikan sentuhan rasa Nusantara. “Kita bisa promosikan makanan Nusantara dengan cokelat, tanpa harus repot membawa makanannya ke luar negeri,” lanjut Ermey.

Cokelat bercita rasa Nusantara tersebut juga dilirik Kementerian Pariwisata Indonesia sebagai salah satu oleh-oleh khas Indonesia. Dapur Cokelat menjalin kerja sama sama dengan Kementerian Pariwisata Indonesia selama dua tahun dalam mempromosikan produk. Namun rencananya cokelat unik tersebut akan menjadi produk reguler dari Dapur Cokelat dalam beberapa tahun mendatang.

Advisor Asosiasi Culinary Profesional Indonesia, Chef Vindex Tengker menilai seiringi perkembangan, memang cokelat bukan hanya menjadi penganan pencuci mulut atau camilan saja. Namun cokelat bercita rasa unik juga menjadi tren suvenir lokal di Indonesia. “Di Indonesia, tren cokelat bercita rasa unik akan terus berkembang dan menjadi pilihan turis sebagai oleh-oleh,” lontarnya.

Saat ini, sambung dia, tren cokelat bercita rasa unik sudah mulai terlihat dengan menggunakan bahan baku bumbu-bumbu masakan Nusantara. Rasa masakan Nusantara memang bisa menjadi alternatif dalam menciptakan cokelat unik. Meski menggunakan beragam bumbu, rasa cokelat yang manis dan pahit tetap bisa dirasakan penikmatnya. Namun tentu saja memerlukan formulasi yang pas, serta eksperimen terlebih dahulu.

Cokelat yang dicampur untuk menu masakan utama bukan hal baru di dunia. Di negara berkembang, seperti Eropa, cokelat merupakan salah satu bahan yang kerap digunakan sebagai saus atau campuran bumbu masakan. Namun di Indonesia penggunaan cokelat untuk menu masakan memang tergolong belum banyak dan masih tabu. Penggunaan bumbu masakan sebagai bahan camilan cokelat dirasa paling cocok untuk mulai memperkenalkan cocoa sebagai menu makanan yang tidak biasa.

Meski bisa diracik bersama bumbu masakan, tidak semua cokelat bisa tercampur sempurna dan menghasilkan rasa yang enak ketika disantap. “Penggunaan cokelat hitam harus tepat,” lanjut Chef Vindex. Salah satu jenis cokelat yang paling cocok, yakni dengan kadar cocoa 62 persen.

Apabila menggunakan cokelat yang mengandung kadar cocoa 70 hingga 100 persen, maka rasa pahit cokelat tidak bisa tercampur dengan baik. Hasilnya, bumbu masakan tidak akan terasa, dan cokelat tidak lagi memunculkan rasa manis. (NDY)

Endy Poerwanto