BAGANSIAPAAPI, bisniswisata.co.id: Festival Bakar Tongkang berakhir. Festival tahunan ini memang luar biasa, hebat, menarik dan menakjubkan. Terbukti Bakar Tongkar mampu membakar wisatawan dari dalam dan luar negeri datang jauh-jauh. Mampu mendatangkan manfaat ekonomi secara langsung bagi masyarakat di Kota Bagansiapiapi, Rokan Hilir (Rohil) Provinsi Riau.
“Ritual Bakar Tongkang salah satu contoh suksesnya ritual budaya dimiliki Indonesia. Dan mampu menarik wisatawan datang. Semakin banyak wisatawan datang, semakin dirasakan langsung masyarakat dampak ekonominya. Apalagi beragam atraksi pendukung disiapkan pemerintah Rohil dengan matang,” lontar Ketua Pelaksana Top 100 Calender of Event (CoE) Wonderful Indonesia Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Esthy Reko Astuti dalam sambutanya.
Diakui, peran pariwisata sangat membantu menyejahterakan masyarakat melebihi pendapatan sektor lainnya seperti minyak dan gas. “Di sinilah fungsi pariwisata. Pariwisata hadir untuk menyejahterakan masyarakat. Mulai penginapan, kuliner, jasa, hingga oleh-oleh. Bayangkan jika 1 wisatawan menghabiskan uang Rp500.000 perhari. Jika 75.000 wisatawan berapa miliar uang beredar disini,” ucapnya.
Bupati Rohil Suyatno menjelaskan kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara mencapai 76.000 ribu orang. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun 2018 hanya hanya 69 ribu. Ini menandakan wisatawan semakin mengenal festival yang digelar setiap tahunnya.
Turis asing yang datang dari Perancis ada tiga orang, Taiwan, Malaysia, Hong Kong, Tiongkok juga dari berbagai daerah di Indonesia. “Perputaran uang selama Bakar Tongkang sangat besar. Hotel-hotel penuh. Pedagang kuliner, pedagang perlengkapan berdoa, hingga para penarik becak semua kebanjiran rejeki,” kata Bupati Rohil.
Puncak acara Festival Bakar Tongkang sendiri ketika kapal dibakar, peserta begitu antusias untuk melihat arah tiang tongkang itu jatuh. Menurut kepercayaan warga Tionghoa Bagansiapiapi, arah jatuhnya tiang menunjukkan keselamatan dan peruntungan usaha. Dimana peruntungan tahun ini berada di laut berdasarkan jatuhnya tiang.
Sayangnya festival yang digelar di Hong Kong Van Andalas – sebutan bagi kota Bagansiapiapi ini masih ada beberapa kelemahan dan belum mampu menunjung pengembangan pariwisata daerah yang membutuhkan 3A (atraksi, amenitas, akses) seperti digembor-gemborkan Kementrian Pariwisata selama ini agar kegiatan pariwisata itu dapat berjalan optimal.
Dari sisi pertama Akses misalnya, jalan menuju kota Bagansiapiapi tepatnya di wilayah Tanah Merah maupun Desa Ujung Sijunjung mengalami rusak parah, bergelombang, berdebu, berlubang lubang besar sehingga laju kendaraan tidak optimal.
“Biasanya hanya ditempuh sekitar 2 jam, ya karena jalan rusak bisa mencapai 4 jam lebih. Ya harus pelan-pelan ketimbang kendaraan saya rusak,” lontar Zaenal, sopir travel yang mengantarkan rombongan wisatawan Jakarta.
Memang, sambung dia, kerusakan jalan menyebabkan kendaraan berjalan pelan. “Menurut hemat saya Ini kan ngak efisein, kasih penumpangnya karena capek dijalanan. Apalagi selama perjalanan tidak ada pemandangan yang bagus, hanya berupa semak-semak belukar, juga sebagaian beberapa pohon yang rindang” tambahnya.
Seharusnya Pemerintah Daerah Rokan Hilir memperbaiki jalan yang rusak sebelum acara Festival Bakar Tongkang, demi kelancaran perjalanan wisatawan dan wistawan tidak bosan di jalan. “Sudah lama jalannya kayak gini, nggak tahu kok belum ada perbaikan,” ucapnya
Perbaikan jalan rusak menuju ke festival bakar tongkang seharusnya pemda bisa mengajukan proposal perbaikan jalan ke tingkat Provinsi hingga pemerintah pusat melalui Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Pasalnya, kementrian ini sangat konsen dalam membangun akes menuju destinasi wisata. Soal di-ACC atau tidak itu, ya wallahu a’lam bishawab.
Kedua, amenitas. Memang di Bagansiapiapi tercatat ada sebanyak 25 hotel atau penginapan. Ketua Yayasan Budi Marga di Bagansiapiapi, Rendy Gunawan mengakui ketersediaan hotel yang ada rasanya tak mungkin bisa menampung wisatawan yang datang. Karena jumlah hotel dan wisma sangat terbatas Namun demikian, seluruh wisatawan yang datang bisa tertampung.
Dimanakah wisatawan itu menginap?. “Wisatawan yang datang umumnya memiliki keluarga di Bagan ini. Sehingga mereka yang tak kebagian kamar hotel akan menginap di rumah keluarganya,” kata Rendy.
Sebagian wisatawan Tionghoa lainnya, kata Rendy, biasanya akan menginap di kelenteng yang ada di Bagan. Tercatat ada 100 kelenteng di kota yang bising pita kaset burung sarang walet ini. Memang tak semua kelenteng tersedia kamar. “Tapi sebagian kelenteng ada kamar atau messnya. Ada yang setiap kelenteng 6 kamar ada yang sampai 20 kamar. Jadi kalau hotel dan rumah keluarga sudah penuh, bisa nginap di Mess kelenteng,” kata Rendy.
Seorang pelancong dari Jakarta yang menginap di Hotel Mahera di jalan Utama mengaku kondisi kamarnya sangat jorok, air untuk mandi berbau dan tak layak. Toiletnya menjijikan. Dinding kamar catnya sudah mengelupas. Tempat tidurnya tak memenuhi syarat.
“Ini event nasional namun kondisi hotelnya masih tradisional. Seharusnya masalah ini menjadi perhatian Pemda terutama Dinas Pariwisata karena menjual event hebat namun amenitasnya tak hebat susah juga,” papar Darmi (45), warga Jakarta Barat.
Disarankan, Dinas Pariwisata provinsi maupun daerah hendaknya melakukan kunjungan mendadak sebelum acara Festival Bakar Tongkang digelar. Atau melakukan sosialisasi agar menyediakan amenitas yang susuai standar. “Ya jangan sampai mengecewakan wisatawa. Sebenarnya kita mau pindah mencari penginapan yang layak namun semuanya sudah penuh. Jadi kami menginap secara terpaksa saja,” sambungnya.
Ketiga, Atraksi. Atraksi festival bakar tongkang memang dari tahun ke tahun mengalami kenaikan meski demikian masih ada yang compalng dari sisi penampilang. Misalnya masih ada kostum pemain musik tradisional yang belum seragam, juga kekompakan belum begitu tampak ya mungkin karena suasana Bagan yang panas matahari yang menyengat membuat kosentrasi bisa hilang.
Juga atraksi wisata perlu diperbanyak lagi, panggung hiburan untuk digelar malam hari ditingkatkan sehingga lama tinggal wisatawan lebih lama. Semoga tahun 2020, Festival Bkar Tongkang kondisi 3 A semakin membaik dibandingkan tahun sebelumnya. Sehingga wisatawan repeater kembali menyaksikan bakar tongkang dan kunjungan wisatawan yang belum pernah menonton festival ini semakin naik. (ENDY)