ENTREPRENEUR NEWS SOSOK

Cara Donda Hutagalung Bantu Tenaga Medis Garda Terdepan Covid-19  

Tenaga medis berpose mengenakan APD buatan perusahaan milik Donda Hutagalung. ( foto: dok. pribadi).

JAKARTA, bisniswisata.co.id: Produksi Alat Pelindung Diri ( APD) bagi para tenaga medis menjadi kebutuhan mendesak menghadapi lonjakan jumlah kasus penyebaran virus corona Covid-19. 

Indonesia diperkirakan akan mengalami kesulitan dalam menangani kasus virus yang terus bertambah. Hingga Sabtu (28/3), jumlah kasus positif corona sebanyak 1.155 orang, naik 109 orang dalam sehari dan yang meninggal menjadi 102 orang dari 87 dan hanya 46 orang dinyatakan sembuh.  

Jumlah kematian virus corona di Indonesia ini tertinggi di Asia Tenggara dengan fatality rate sebesar 8,8%. Padahal angka rata-ratanya secara global 3,4%, menurut hitungan Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO.

Proyeksi penyebaran corona akan memuncak di pekan kedua atau ketiga April 2020. Sementara, akhir penyebaran kasus diprediksi terjadi pada akhir Mei atau awal Juni 2020. 

Ditengah wabah yang telah menyebar di mana-mana dan kekurangan APD, sosok Donda Lucia Yuniar Hutagalung dari PT Anugraha Wening (Anweca) yang gerak cepat memproduksi kebutuhan menenangkan banyak pihak.

Rumah sakit, tenaga medis, para pejuang kesehatan dan relawan bisa memesan baju dan perlengkapan untuk melindungi diri dalam melayani pasien positif terinfeksi Covid-19 guna membantu NKRI mengatasi wabah virus yang mengglobal ini.

”  Saat ini saya hanya melayani kebutuhan pemesan dari para penyumbang untuk kebutuhan APD tenaga medis dan tidak dijual secara ritel. Saatnya membantu negara bukan mencari keuntungan sepihak di atas penderitaan orang lain,” tegas Donda melalui chat WA, hari ini.

 PT Anugraha Wening (Anweca) melalui anak usahanya PT Adita Dhanya Anindita (ADA) selama ini bisnis intinya adalah garmen, seragam dan pakaian pekerjaan berat (uniform and heavy duty working clothes), khususnya untuk perusahaan pertambangan.

Produksinya antara lain pakaian Mandatory Corporate Needs seperti safety vest, baju anti api, baju anti peluru, jas hujan, sepatu dan lain-lain. Itulah sebabnya sebagian besar konsumen Anweca adalah perusahaan pertambangan baik di dalam maupun di luar negri seperti Singapura, Malaysia, Brunei hingga Kanada.

Untuk produk rompi keamanan (Safety Vest), pelanggan utama Anweca adalah perusahaan tambang besar di wilayah Indonesia Timur yang mensyaratkan mutu standard internasional. Sementara konsumen utama produk baju anti api adalah perusahaan minyak terbesar di wilayah Indonesia Barat. Adapun pelanggan utama produk anti peluru datang dari POLRI.

Donda juga dikenal sebagai pengusaha yang peduli dan memilki Personal Social Responsibility ( PSR) maupun CSR yang tinggi karena mempekerjakan para penyandang disabilitas sebagai bagian di sektor produksi, menggandeng tunarungu yang sudah memiliki ketrampilan menjahit.

 

Begitu mengetahui negara dalam kondisi SOS menghadapi kelangkaan APD, Donda langsung membuat dua tipe ATD yang diberi nama Sandon, pelindung buatan Indonesia yang dibuat ramah lingkungan ( eco friendly) untuk mencegah kemungkinan terpapar virus Covid-19.

“Baju pelindung ini dibuat khusus untuk  tenaga kesehatan dan mereka yang membutuhkan perlindungan dari kemungkinan terpapar virus Covid-19. dibuat dua jenis yaitu Premium dan Medium,” kata Donda.

Ibu dua anak, yaitu Gabriella Adindadinanti dan Stephanie Aditawinanti ini menjelaskan bahwa untuk tipe Premium dibuat dari bahan kain poliester atau nilon, dilapisi dengan membran polietilen mikroporous sehingga tahan air, anti air, mudah bernapas, nyaman, ramah lingkungan dan dapat dicuci lebih dari 30 X

Sementara jenis Medium dari bahan kain poliester dilapisi dengan polyarethane yang membuat baju tahan air, anti air, mudah bernafas dan dapat dicuci lebih dari 20 X . Semua produk disertai dengan penutup wajah dari mika yang dapat menggantikan penggunaan kacamata dan masker.

” Jadi produk kami jauh lebih hemat dan ramah lingkungan karena bukan sekali pakai tapi bisa dicuci. Setelah 20 hingga 30 kali pemakaian sebagai alat pelindung diri ini bisa dibakar atau dikubur,” jelas Donda.

Dua pabrik garmennya di Jl H. Juhri No 71, Meruya Selatan, Jakarta maupun di Klaten Jawa Tengah masing-masing  bisa memproduksi rata-rata 500 potong APD lengkap dengan Mica Mask & Shoes Cover.

Tantangan yang dihadapinya saat ini selain berkejaran dengan waktu juga susahnya pasokan bahan baku karena tidak bisa pesan bahan secara instant dan harus cari yang ready stock. Sementara 300 karyawan yang ada terutama para tuna rungu selalu siap dan rajin produksi.

Donda mengatakan, tujuan utama perusahaan melibatkan para penyandang disabilitas semata untuk memberikan kesempatan bekerja dalam industri garmen. “Saya mau tunjukkan bahwa saudara-saudara yang difabel itu bisa mengerjakan produk-produk yang berstandard internasional.” ujarnya.

Dalam perekrutan Sumber Daya Manusia (SDM) dari kaum Disabilitas, perusahaan bekerjasama dengan sebuah Yayasan yang memberikan pendidikan dan pelatihan keterampilan untuk kaum disabilitas tuli di beberapa kota di Indonesia.

Anweca tidak memberikan perlakuan khusus kepada para karyawan yang menyandang disabilitas. Para karyawan difabel yang baru mulai bekerja tidak diharuskan untuk memenuhi target produksi tertentu agar memberikan rasa nyaman terlebih dahulu sehingga selanjutnya dapat bekerja lebih produktif

Berawal dari sprei

Kegigihan Lucia Donda Yuniar Hutagalung sebagai pengusaha garmen berawal pada 1991. Saat itu gajinya di sebuah lembaga keuangan milik Bank Indonesia hanya cukup untuk 20 hari sementara dalam pendidikan kedua putrinya Donda punya prinsip harus mendapatkan yang terbaik.

“Anak-anak saya harus makan bergizi agar cerdas dan sehat, pendidikan di rumah dan di sekolah harus bagus. Anak-anak harus lebih baik dari orangtuanya di dalam segala hal. Saya berpikir keras bagaimanakah caranya mendapatkan uang tambahan agar tekad saya bisa tercapai yaitu dengan berbisnis,” urai lulusan LPK Tarakanita ini.

Bisnisnya juga gara-gara ada sales yang datang ke kantor menjajakan sprei dengan sistem cicilan. Setelah membeli satu dan melihat simpelnya membuat sprei plus bantalnya maka akhirnya dia memutuskan untuk memproduksi kain sprei dan menjualnya di lingkungan kantor sendiri maupun menjajakannya ke kantor-kantor terdekat saat jam makan siang.

Dagangannya laris manis karena harga dan kualitas bersaing dan perlahan tapi pasti, penghasilan Donda bisa menghidupinya sampai tanggal 35,  artinya, berkat bisnis sprei itu dia bisa menabung. Akhirnya dari perusahaan diseberang kantornya yaitu PT Freeport Indonesia dia dipercaya memasok kebutuhan ratusan sprei di tambang.

Kesibukan yang bertambah, anak yang sakit-sakitan dan kurang bisa bonding akhirnya membuat Donda harus meninggalkan pekerjaan kantorannya dan jadi pengusaha garmen. Wanita kelahiran Jakarta, 9 Juni 1965 ini kemudian fokus spesialis pada apparel perusahaan tambang dengan mutu dan standar internasional.

Semenjak itu, bisnis Donda semakin besar dan Pada 2007, dia termasuk salah satu dari 200 pengusaha yag diminta oleh pemerintah untuk memperbaiki rapor merah ekspor impor. Dia berhasil  memproduksi, dan memasarkan produk yang selama ini masih impor agar menjadi kandungan lokal.

Dirinya juga berhasil mendapatkan sertifikat internasional dari UK untuk kategori EN 471—safety vest pertama di Indonesia dan EN 533 untuk flame resistant protective clothing pertama di Indonesia.

Selain garmen, pada 2008, bisnis Donda berkembang dan mendirikan PT Deva Datta Dinda yang bergerak di bidang trading. Selain itu juga memasok safety awards (hadiah dari perusahaan untuk para karyawan atas keselamatan yang dijaga) seperti jam tangan, komputer, tas, produk elektronik serta memproduksi decomposable rainwear dan comfort safety shoes.

Pemenang penghargaan Ernst and Young Entrepreneurial Women 2011 ini mengaku semua yang telah dicapainya saat ini bukanlah cita-citanya karena dulu keinginannya sederhana saja menjadi sukarelawan pendidikan di pedalaman Papua, mengajari anak membaca, menulis dan pendidikan non formal untuk memperkaya batin. 

Niat baik membuat Donda kini menikmati jalan tuhan untuk membantu negara. Di samping Donda tidak ingin para pengguna memakai bahan sembarangan karena akan merugikan diri sendiri, membantu para tenaga medis yang menjadi garda terdepan memerangi Covid-19 membuatnya mendapatkan kepuasan batin dan kebahagian.

 

     

 

Hilda Ansariah Sabri

Pendiri, Pemimpin Umum, Pemimpin Redaksi dan pemegang sertifikasi Wartawan Utama Dewan Pers dan Ketua Departemen Pariwisata PWI Pusat (2018-2023)