JAKARTA, bisniswisata.co.id: Selama setahun, Indonesia memiliki 100 Calendar of Event (CoE) pariwisata, seni budaya, fashion, sport tourism serta kuliner tradisional. Sayangnya, belum berdampak signifikan dalam menarik minat wisatawan mancanegara (Wisman) datang ke Indonesia. Padahal salah satu tujuan digelarnya CoE ini, menarik minat pelancong asing kunjungi Indonesia. Sehingga mampu mendongkrak target kunjungan turis asing.
Wakil Ketua Umum DPP Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) Rudiana Jones berpendapat CoE yang diselenggarakan selama 2–3 tahun ini belum mampu menarik minat wisman berkunjung ke Indonesia. Hal itu terlihat kontribusi kedatangan wisman dari adanya CoE belum mencapai 500.000 kunjungan. “Usulannya agar calendar of event-nya lebih disosialisasikan secara luas,” katanya
Kendati demikian, penyelenggaraan CoE cukup membantu wisman yang berencana datang ke Indonesia jauh-jauh hari sebelumnya. “Mereka merencanakan program untuk berpergian walaupun belum tersosialisasi secara masif tetapi cukup membantu terutama untuk para tour operator ataupun individual foreign tourist yang merencanakan kunjungannya jauh-jauh hari sebelumnya,” lontarnya.
Sekjen DPP Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) Titus Indrajaya menuturkan COE berdampak untuk menarik wisatawan dan keberlanjutan event di daerah yang akan disinergikan dengan wisman, sehingga yang berkunjung lebih senang dan ada atraksi wisata yang ditampilkan bernuansa lokal. “Saat ini belum berdampak signifikan CoE dengan wisman. Jadi perlu dipromosikan agar mereka yang datang juga ke CoE,” ujarnya.
Ketua Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia (ICPI) Azril Azahari menuturkan kunjungan wisman yang datang ke perhelatan CoE belum begitu besar yakni tak sampai sebanyak 500.000 kunjungan. Kendati demikian memang terdapat kenaikan kunjungan wisman yang datang ke CoE setiap tahunnya besar 20.000 hingga 50.000 turis.
Profesor Azril sangat menyayangkan CoE sangat sedikit berkontribusi pada kedatangan wisman. Terlebih, para wisman ini sangat tertarik dengan budaya Indonesia. Hal itu dikarenakan kurang maksimalnya promosi penyelenggaraan CoE ini belum begitu maksimal sehingga tak banyak wisman dan wisnus yang tau acara apa saja yang masuk dalam daftar CoE ini.
“Wisman itu tak hanya melihat hari H saat CoE diselanggarakan tetapi mereka juga minat melihat dan mengetahui persiapan CoE itu. Ini yang perlu dipikirkan juga,” kata Azril.
Sementara itu, para pelaku usaha hotel di daerah mengungkapkan adanya perhelatan CoE di setiap daerah membawa berkah pada kenaikan okupansi hotel, lontar Ketua BPD Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sulawesi Selatan Anggiat Sinaga.
“Setiap CoE pasti berdampak positif untuk tingkat huni hotel sehingga pihaknya selalu dorong dan mendukung event pariwisata yang digelar di Makassar maupun di Sulawesi Selatan. Kenaikan okupansi saat CoE bisa mencapai 2% hingga 4%. Saat CoE, hotel-hotel meningkatkan okupansinya menjadi 70% hingga 80%,” katanya.
Ketua PHRI Kabupaten Jember Teguh Suprayitno mengatakan pagelaran Jember Fashion Carnival (JFC) meningkatkan okupansi hotel yang mencapai 100% dibandingkan dengan hari biasanya. Hal ini menjadi bukti bahwa ajang itu membawa berkah buat para pengusaha hotel, restoran dan masyarakat yang ada di Kabupaten Jember Jawa Timur.
“Okupansi meningkat tajam hingga 100% dari hari biasanya. Ini ke depan harus dipertahankan bagaimana caranya agar dapat memperpanjang masa hunian bagi wisatawan yang datang,” ucapnya sambil berharap pemerintah dapat mendorong diwujudkannya lebih banyak event seperti JFC sehingga masyarakat bisa merasakan dampak dari ajang tersebut.
Ketua PHRI Jawa Tengah Heru Isnawan menuturkan CoE juga jelas berdampak terhadap perencanaan perjalanan wisata baik grup dan individu.
“Karena menyangkut waktu, biaya, seasonnya baik yang lagi ramai atau tidak. Bagi hotel, CoE ini bisa membuat tema-tema di masing-masing CoE atau event yang mendukung CoE itu sendiri,” tuturnya.
Menurutnya, promosi CoE ini seharusnya dipromosikam lebih awal sehingga para wisman, wisnus dan pelaku usaha bisa mempersiapkan dengan baik. “Selama ini promosi yang dilakukan kurang sehingga tak banyak yang tahu adanya event CoE. Ini perlu digandeng pelaku usaha wisata tiap daerah beserta pemdanya,” kata Heru.
Ketua Tim Pelaksana Calendar of Event (CoE) Kementerian Pariwisata Esthy Reko Astuty mengatakan sepanjang tahun lalu kontribusi CoE sepanjang tahun lalu terhadap kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia baru sebanyak 250.000 kunjungan hingga 300.000 kunjungan.
realisasi kunjungan wisman tahun 2018 mencapai 15,8 juta atau tak mencapai dari yang ditargetkan sebanyak 17 juta kunjungan. “Untuk tahun ini, kontribusinya pada kedatangan wisman, belum dihitung karena rencananya di akhir tahun akan dihitung. Kami berharap di tahun ini kunjungan wisman pada CoE bisa lebih banyak dari tahun lalu,” ujarnya seperti dilansir laman Bisnis, Senin (12/08/2019).
CoE yang diselenggarakan selama ini kebanyakan dikunjungi oleh wisatawan lokal masing-masing daerah itu dan wisatawan nusantara. “Kami terus promosikan CoE ini agar wisman yang datang ke Indonesia turut melihat dan datang ke event-event budaya yang kami selenggarakan,” katanya.
Sepanjang tahun ini terdapat 100 CoE dimana sekitar 30 event diselenggarakan pada 6 bulan pertama di tahun ini, dan sisanya sebanyak 70 event diselenggarakan pada semester kedua tahun ini. Dari total 100 Calendar of Events (CoE) 2019 itu, terdapat beberapa event terpaksa mengalami pembatalan. Kendati demikian, pihaknya enggan memerinci berapa banyak CoE yang dibatalkan pada tahun ini.
Pembatalan itu karena ketidaksiapan daerah itu, adanya hajatan pemilihan kepala daerah, faktor anggaran dan lain sebagainya. “Kami berharap pemerintah daerah setempat bisa lebih memperkuat komitmen dalam menyukseskan event yang dipilih Kemenpar dalam CoE 2019. Kami lakukan promosi, sementara penyelenggaraan event menjadi tanggung jawab Pemda dan penyelenggara setempat. Kami sudah melakukan promosi event itu tetapi faktanya setelah melakukan promosi, agenda event tersebut justru diundur, dan beberapa bahkan dibatalkan,” tuturnya
Kemenpar akan memberikan sanksi bagi daerah yang tidak mampu menghadirkan event sesuai jadwal yang telah ditetapkan, maupun event yang dibatalkan. Memang tantangan untuk penyelenggaraan CoE yakni masih ada beberapa penyelenggara yang belum komitmen terhadap waktu penyelenggaraan. “Beberapa event di daerah masih minim amenitas dan aksesibilitas, juga fasilitas pendukung, tetapi events/atraksinya luar biasa,” ucapnya. (NDY)