NASIONAL

BMKG: Wisatawan di Bali Jangan Cemaskan Gempa Susulan

DENPASAR, bisniswisata.co.id: Badan Metrologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daerah Denpasar mengimbau wisatawan mancanegara dan domestik yang berwisata di Pulau Dewata hedaknya tidak terlalu mencemaskan gempa susulan terjadi di Lombok. “Karena gempa yang terjadi di Lombok tidak terlalu membawa pengaruh bagi Bali,” kata petugas BMKG Denpasar, Melki Adi Kurniawan, di Denpasar, Jumat (10/8/2018).

Gempa di Lombok terjadi sejak 29 Juli 2018 dan hingga kini masih terjadi gempa susulan. Bahkan pascagempa pada 29 Juli, BMKD Denpasar terus melakukan pemantauan. Dari data hasil monitoring memang kegempaan susulan semakin sering terjadi, “Namun kekuatannya cenderung menurun,” kata dia.

Dilanjutkan, berdasarkan pemantauan BMKG Denpasar kegempaan susulan memang semakin meningkat, namun dampaknya tidak besar seperti yang terjadi pada beberapa hari lalu. “Karena itu, kami mengimbau wisatawan yang berlibur ke Bali dan seluruh warga setempat untuk tidak perlu terlalu cemas,” kata dia.

Menurutnya kondisi di Pulau Bali tidak terpengaruh gempa susulan di Lombok, karena kondisi Pulau Dewata sendiri sampai sekarang masih aman. Namun, dalam kondisi aman ini, BMKG Denpasar juga mengimbau kepada warga Bali dan wisatawan agar selalu tetap waspada.

Dampak gempa Lombok yang mencapai kekuatan 7.0 SR beberapa waktu lalumenyebabkan 42.239 rumah dan 458 sekolah rusak. Gempa juga menyebabkan 1.447 orang terluka berat dan 165.003 orang mengungsi. Pemerintah menetapkan masa tanggap darurat gempa di Nusa Tenggara Barat berlangsung sampai 11 Agustus.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat jumlah korban akibat gempa 7 SR dan gempa susulan di Lombok NTB terus bergerak naik. Sementara jumlah korban tewas mencapai 321 orang. Sampai Jumat (10/8), pasca gempa 6,2 SR, angka diperolah dengan sebaran Kabupaten Lombok Utara 273 orang, Lombok Barat 26 orang, Lombok Timur 11, Kota Mataram 7, Lombok Tengah 2, dan Kota Denpasar 2 orang.

“Sebanyak 321 orang meninggal tersebut semuanya sudah diverifikasi. Adanya laporan-laporan tambahan jumlah korban meninggal dunia masih dilakukan verifikasi,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, dalam siaran pers, Jumat (10/08/2018).

Diperkirakan, jumlah korban meninggal dunia lebih dari 321 orang. Namun, angka itu dalam proses verifikasi relawan, pemda dan kepolisian setempat. Jumlah pengungsi mencapai 270.168 jiwa yang tersebar di ribuan titik. Jumlah pengungsi juga diperkirakan bertambah mengingat belum semua terdata dengan baik.

Di beberapa tempat dilaporkan masih terdapat pengungsi yang belum menerima bantuan terutama di Kecamatan Gangga, Kayangan, dan Pemenang yang berada di bukit-bukit dan desa terpencil. Untuk mengatasi ini sejak Kamis (9/8) hingga sekarang, distribusi bantuan menggunakan 3 helikopter dari BNPB dan Basarnas. Sedanglan bantuan dari darat terus disalurkan.

Bahkan melibatkan banyak relawan dari komunitas pecinta mobil dan masyarakat yang memiliki kendaraan untuk membantu distribusi bantuan. Dapur umum dan pos kesehatan banyak yang didirikan untuk melayani pengungsi.

“Data sementara kerusakan rumah mencapai 67.875 unit rumah, pendataan masih dilakukan. Dari hasil analisis citra satelit terlihat kerusakan bangunan masif terjadi di Kabupaten Lombok Utara di mana hampir 75 persen permukiman hancur dan rusak,” paparnya.

Kerusakan itu terjadi akibat bangunan-bangunan tersebut dekat dengan pusat gempa hingga menerima guncangan hingga intensitas VII MMI. Alhasil, rumah dengan konstruksi yang kurang memenuhi standar rumah tahan gempa tidak akan mampu menahan guncangan keras sehingga roboh.

Kerusakan fisik yang tercatat BPNP hingga saat ini meliputi 67.857 unit rumah rusak, 468 sekolah rusak, 6 jembatan rusak, 3 rumah sakit rusak, 10 puskesmas rusak, 15 masjid rusak, 50 unit mushola rusak, dan 20 unit perkantoran rusak.

Sementara itu, kerugian dan kerusakan akibat gempa 6,4 SR dan 7 SR di NTB dan Bali diperkirakan lebih dari 2 trilyun rupiah. Kerugian dan kerusakan ini meliputi sektor permukiman, infrastruktur, ekonomi produktif, sosial budaya dan lintas sektor. “BNPB masih melakukan hitung cepat untuk menghitung kerugian ekonomi,” imbuh Sutopo.

Tim SAR gabungan dari Basarnas, TNI, Polri, Kementerian ESDM dan relawan masih menyisir dan melakukan evakuasi. Evakuasi korban lterus dilakukan, terutama di lokasi yang terjadi longsor saat gempa 7 SR mengguncang Dusun Dompu Indah, Kecamatan Kayangan Kabupaten Lombok Utara.

BNPB menduga longsor tersebut telah menimbun 4 orang. Hal itu diketahui setelah seorang istri melaporkan telah kehilangan suami, anaknya dan satu orang tetangganya. “Tim SAR masih melakukan evakuasi namun medan sangat berat dan luas. Tanah remah dan mudah longsor sehingga membahayakan petugas,” ungkapnya. (redaksibisniswisata@gmail.com)

Endy Poerwanto