ART & CULTURE EVENT NEWS REVIEW

Bikkhu Peserta Famtrip Kemenpar Terpukau Keberadaan Dan Keagungan Borobudur

MAGELANG, bisniswisata.co.id: Prinsip Menpar  Arief Yahya bahwa seeing is believing dengan  mempromosikan Candi Borobudur  melalui Famtrip Bikkhu ( biksu) dan jurnalis dari Thailand dan Vietnam terbukti ampuh.

Pimpinan biara Buddha di India asal Thailand, Phramara Khomsorn dari Lord Abbot Thai Monastery Sravasthi City, Uttar Pradesh yang menjadi peserta Famtrip mengaku mendapat pengalaman spiritual dan wawasan yang sangat mengesankan baik mengenai Indonesia dan keagungan Candi Borobudur.

Prinsip seeing is believing maksudnya kalau sudah melihat, ada hasilnya dan orang baru percaya terbukti ampuh. Setelah tiba di Indonesia banyak pengalaman diperolehnya termasuk wawasan begitu hebatnya para pendahulu membangun candi Buddha terbesar di dunia.

“Saya baru dua hari di Magelang mengikuti aktivitas Sunrise Prayer di Aruphadatu,  Candi Borobudur saat subuh, upacara penyambutan api suci di Candi Mendut kemarin sore dan hari ini  mengikuti prosesi jalan kaki dari Candi Mendut ke Candi Borobudur,” kata Phramara Khomsorn.

Phramara ( berdiri ketiga dari kiri) bersama bikkhu lainnya dan pendamping Famtrip untuk mendukung perayaan Waisak di Borobudur

Selama mengikuti prosesi jalan kaki para bikkhu dari Indonesia dan mancanegara, dia merasa takjub dengan berbondong-bondongnya masyarakat non Buddha untuk membantu kelancaran prosesi iring-iringan yang panjang mulai dari mobil hias, kirab organisasi Buddha, pasukan drum band hingga pembawa berkat.

Dia juga menilai Indonesia yang belakangan citranya sebagai negara Muslim terbesar terimbas dengan rentetan aksi teroris,  jelas fakta yang ditemukannya berlawanan dengan kenyataan bahkan dengan keramah tamahan warganya.

“Saya lihat masyarakatnya yang multi etnis dan multi kultural ternyata memiliki solidaritas yang tinggi dan saling membantu,” tambahnya

Perayaan Hari Waisak ini menjadi momentum untuk menunjukkan pada dunia bahwa Indonesia negeri yang aman dan damai.  Perayaan yang di dukung semua pihak menunjukkan kerukunan umat beragama yang kuat.

“Fakta ini yang harus disampaikan pada dunia dan perayaan Waisak harus menjadi event internasional mengundang negara-negara penganut agama Buddha sehingga Candi Borobudur menjadi destinasi wisata religi Buddha,” tambahnya yang baru menjejakkan kaki pertama kalinya di Borobudur.

Phramara mengaku sebelum datang ke Candi Borobudur, dia mengira candi itu kecil tapi ternyata luas sekali di atas bukit Manireh dengan pemandangan indah diapit gunung Merapi, G.Merbabu, G.Sindoro dan G. Sumbing.

“Promosikan sejarah Borobudur ini dengan detil di dunia maya  sehingga wisatawan mancanegara lebih banyak yang datang,” sarannya karena selama ini merasa minim pasokan informasi mengenai keagungan Borobudur.

Dia sendiri sekarang tinggal di Shravasti , yang termasuk dalam divisi Devipatan di Uttar Pradesh dekat Balrampur , sekitar 170 kilometer (106 mil) timur laut Lucknow. Slebuah kota di India kuno dan salah satu dari enam kota terbesar di India selama masa hidup Sang Buddha Gautama

Bayangkan betapa beruntungnya Indonesia memiliki Candi Borobudur karena Candi berbentuk stupa ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar abad ke-8 masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra.

“Dari sisi lokasi dan keberadaannya saja sudah dikelilingi alam yang indah. Bagaimana pada abad itu penganut Buddha bisa membangunnya justru ditengah negara Muslim terbesar di dunia,”

Dia berterima kasih pada Kementrian Pariwisata dan instansi terkait, utamanya masyarakat Indonesia yang telah merawat dan melestarikan Borobudur , kuil Buddha terbesar di dunia,sekaligus salah satu monumen Buddha terbesar di dunia.

“Teruslah gaungkan semua detil dari setiap sudut bangunan  candi pada masyarakat Indonesia maupun dunia karena candi ini memiliki 2.672 panel relief yang mengisahkan tentang perjalanan hidup Sang Buddha dan ajaran-ajaran lainnya yang justru sangat dibutuhkan di jaman milenial ini,”

Pernyataannya memang benar karena relief di Candi Borobudur juga merekam kemajuan masyarakat Jawa pada masa itu serta bukti bahwa nenek moyang Bangsa Indonesia adalah pelaut yang ulung dan tangguh dapat dilihat pada 10 relief kapal yang ada

Hilda Ansariah Sabri

Pendiri, Pemimpin Umum, Pemimpin Redaksi dan pemegang sertifikasi Wartawan Utama Dewan Pers dan Ketua Departemen Pariwisata PWI Pusat (2018-2023)