Oemi Soelasmiani, eyang uyut berusia 86 tahun yang aktif berenang ( kiri) bersama Prabowo, kordinator Citos Swimmer Community ( CSC).
JAKARTA, bisniswisata.co.id: Kolam renang Cilandak Town Square ( Citos) di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan sudah ramai dengan pengunjung di pagi hari. Padahal jam juga baru menunjukkan pukul 6.15 WIB.
Dyah Eko Vitatya Ngestiwening, tampak memasuki kolam bersama ibundanya Oemi Soelasmiani yang berusia lebih dari 86 tahun dan sudah memiliki 16 cucu serta lima orang cicit. Oemi bahkan lebih akrab di panggil eyang uyut ketimbang namanya sendiri.
Keduanya sudah siap dengan pakaian renangnya. Kehadiran Oemi Soelasmiani yang sudah lanjut usia ( lansia) memberikan motivasi pada pengunjung lainnya terutama semangatnya untuk konsisten berenang secara teratur.
Oemi Soelasmiani yang baru rutin berenang di usia 80 an sebelumnya lebih menyukai olahraga golf, tennis, aerobic dan bersepeda. Bahkan sampai usia 81 tahun masih rajin bersepeda.
“Alhamdulilah dengan berolah raga jauh dari penyakit meski harus mengurus 7 anak seorang diri. Almarhum suami, jendral dari Angkatan Laut sudah wafat tahun 1991 “ kata Oemi yang bergabung di Citos Swimmer Community ( CSC).
Selain Oemi, di kolam renang Citos pagi itu juga hadir Dr Ibrahim Ginting, 83 tahun spesialis jantung yang menjadi tim dokter kepresidenan di era Presiden Soeharto. Ada juga Dick Sadikin Sapei, mantan pejabat Pertamina yang kini berumur 89 tahun dan masih aktif berenang.
Dick mulai serius berenang teratur ketika usianya beranjak umur 80 tahun. Meski sebenarnya pada usia 60 tahun dia sudah berenang tapi masih kalah dengan olahraga tenis dan golf yang lebih sering dilakukannya.

Cocok untuk lansia
Secara umum kondisi fisik seseorang yang telah memasuki masa lanjut usia mengalami penurunan. Perubahan-perubahan tersebut pada umumnya mengarah pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis, sehingga secara umum akan berpengaruh pada aktivitas kehidupan sehari-hari.
Salah satu olahraga yang dianggap aman dan baik untuk lansia adalah berenang. Orang lanjut usia atau lansia sangat rentan terjatuh dan cedera. Suatu penelitian di Australia bahkan mengungkapkan bahwa satu dari tiga orang berusia 65 tahun atau lebih pernah jatuh setiap tahunnya.
Para responden dalam penelitian itu yang melakukan olahraga renang ternyata risikonya untuk jatuh berkurang sampai 33 persen. Sebaliknya, mereka yang memilih olahraga golf, senam, berolahraga treadmil atau sepeda statis, risikonya untuk jatuh tak berkurang
Jatuh adalah masalah kesehatan yang utama pada orang tua. Jatuh dapat menyebabkan patah tulang, trauma kepala dan luka berat lainnya. Bahkan jatuh yang tak terlalu seriuspun juga dapat menurunkan mobilitas selama mereka dalam pemulihan, disamping menyebabkan masalah lain.
Selama ini olahraga jalan kaki merupakan kegiatan fisik yang paling banyak dilakukan lansia meski tidak menurunkan risiko jatuh. Oleh karena itu berenang akan menguatkan otot-otot inti dan membuat seorang lansia menjadi lebih stabil, tidak mudah jatuh.
Adalah Nasrul Idris, 75 tahun, yang beberapa tahun terakhir ini telah mengajukan proposal pada pemerintah agar ada kolam renang yang tidak berbayar sehingga para lansia yang umumnya sudah pensiun dari pekerjaannya bisa terus aktif berenang.
Apalagi pada tahun 2020 atau tinggal dua tahun lagi penduduk lansia di negri ini ada 28,8 juta orang dan tahun 2030 bahkan menjadi 40 juta orang. Angka yang fantastis apalagi berenang menjadi aktivitas yang sangat baik bagi lansia.
Pensiunan PNS Pemprov DKI Jakarta sejak tahun 2000 ini rutin berenang seminggu tiga kali dengan durasi 90 menit nonstop gaya bebas jarak 2000 meter. “Alhamdulilah hasilnya dengan berenang teratur maka jauh dari flu, batuk, reumatik. Saya juga belum memakai kaca mata dan gigi masih utuh,” kata Nasrul Idris.
Dia mengakui termotivasi juga dari Meiko Nagoaka yang kini berusia 104 tahun asal Jepang. Wanita tua ini juga juara renang lansia dengan waktu 1 jam 15 menit gaya bebas sejauh 1500 meter.
Dr Ibrahim Ginting juga menjadi contoh lansia berprestasi di cabang olah raga renang. Desember tahun lalu dia mengikuti test event Road to Asian Games 2018 pada 9 Desember 2017 lalu dibawah bendera IMS
“ Saya bawa istri, anak dan cucu untuk nonton saya bertanding. Hasilnya memperoleh 4 medali yaitu 3 medali emas dari 50 m free, 50 m back, 1 estafet dan 50 m breast yang menyabet satu medali perunggu,” kata Ibrahim Ginting.
Baik istri, anak dan cucunya tidak menyangka dengan pencapaian perolehan medalinya termasuk dirinya sendiri. Namun berlatih secara teratur dengan suasana hati yang riang dikelilingi teman-teman lansia di kolam membuat dirinya bisa tetap berprestasi di usia senja.
Kini dia berenang rutin seminggu dua kali dan berkumpul dengan komunitas Citos Swimmer Community ( CSC) yang anggotanya beragam umur dan kompak melakukan aktivitas bersama termasuk kuliner dan tamasya.

Berenang atasi penyakit
“Ayo renang sebelum sakit, jangan baru berenang setelah punya penyakit,” kata Yati Budiman. Wanita cantik jelang usia 61 tahun yang memimpin puluhan anggotanya untuk berlatih aquarobic.
Bersama teman-temannya a.l Lita Saleh, Atie Hardjolukito seminggu dua kali Yati melatih para lansia untuk berolahraga di dalam air mengatasi beragam penyakit di kolam renang Citos.
Atie yang sudah membuat buku Sehat & Langsing Dengan Aquarobic mengatakan olahraga air memiliki beberapa kelebihan antara lain lebih menyenangkan, lebih efektif , aman serta nyaman. Sementara olahrga di darat kecendrungan untuk cedera, kepanasan, berkeringat dan rasa lelah berlebihan.
“ Olahraga air meningkatkan lima komponen fitness fisik: aerobic fitness, kekuatan otot, daya tahan otot, fleksibilitas dan komposisi tubuh dimana setiap komponen berperan penting untuk menunjang kesehatan tubuh,” kata Atie.
Itulah sebabnya renang cocok untuk semua usia khususnya untuk rehabilitasi, terapi bagi lanjut usia. Olahraga renang memiliki peran dalam menyelesaikan berbagai macam permasalahan seperti stres (dalam segi rohaniah) dan juga mampu memberi rangsangan pada tubuh dalam menyembuhkan penyakit (dalam segi jasmaniah).
Olahraga renang baik bentuk aktivitasnya maupun medianya yaitu kolam renang, telah berfungsi sebagai terapi kesehatan (hydrotherapy) guna mengatasi masalah-masalah kesehatan seperti hipokinesia (kurang gerak), muskuioskeletal, penyakit dalam, dan masalah psikis.
Olahraga renang merupakan salah satu olahraga kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) yang bermanfaat untuk meningkatkan VO2 maks yaitu volume oksigen maksimal yang dapat diambil tubuh saat melakukan kegiatan dan penurunan denyut nadi istirahat.
Namun demikian, dalam melakukan olahraga renang tidak boleh mengalami kelelahan yang berlebihan. Bila intensitasnya berlebihan dapat terjadi sesak napas, nyeri dada, atau pusing.
Olahraga renang tetap dapat direkomendasikan sebagai olahraga yang aman bagi lanjut usia dengan aquarobic seperti berjalan, gerakan bersepeda, atau senam lansia dalam air.
“Jangan tunggu ada penyakit baru berenang. Seharusnya di usia lansia sudah paham dengan penurunan fungsi-fungsi anggota tubuh. Selama 4 tahun menjadi instruktur keluhan terbanyak adalah sakit di lutut,” timpal Yati Budiman lagi.
Dia mengungkapkan bahwa banyak anggota club yang dikirim oleh dokter Rehab Medik untuk mengikuti aquarobic. Dokter Rehab Medik sudah dikenal di masyarakat karena penanganan nyeri lutut dan nyeri punggung bawah yang komprehensif.
Boleh dikatakan cakupan kompetensi dokter rehab jauh lebih luas dari sekedar dua kasus tersebut diatas. Dokter Rehab menangani pasien dari bayi lahir sampai pasien lanjut usia. Kasus saraf, kasus otot-tulang-sendi, kasus jantung/ paru, kasus cedera olahraga, kasus lansia, pasien amputasi hingga kasus gangguan tumbuh kembang anak.

Meningkatkan kebugaran
Mereka yang datang ke kolam renang Citos terutama pada jam 6.00-9.00 WIB memiliki berbagai alasan untuk berlatih termasuk yang berlatih jalan pasca serangan stroke dan penyakit lainnya.
Yati Budiman mengatakan selama 11 tahun fokus berlatih aquarobic dan kini empat tahun terakhir menjadi instruktur bersertifikat, keluhan yang banyak ditemui adalah cedera lutut.
“Total lima belas tahun berolahraga air dan bagi wanita kerap malas berenang karena ‘ritual’ setelah renang cukup lama harus cuci dan mengeringkan rambut, dandan dan aktivitas lainnya untuk kembali tampil cantik,” ujarnya.
Kuswayuningsih yang akrab dipanggil Yuni, 64 tahun, salah satu murid Yati mengatakan dia mengalami cedera lutut dan dianjurkan operasi. Namun Yuni pilih berenang dan mengikuti gerakan yang diajarkan instruktur sehingga terhindar dari meja operasi.
“Saya baru pulang dari Bali bersama keluarga. Alhamdulilah saat berangkat melalui terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta yang sangat luas dan di Bandara Ngurah Rai saya lancar berjalan tidak merepotkan suami dan anak-anak,” ujarnya riang.
Yati mengatakan untuk penderita cedera lutut, HNP atau syaraf kejepit serta penyakit lainnya perlu berlatih secara konsisten dan mengikuti gerakan dengan baik dan benar. Kalau gerakannya benar maka hasilnya juga langsung dirasakan, tegasnya.
Berenang bagi lansia dan penderita beragam penyakit memang sangat bermanfaat. Mengutip pernyataan Atie Hardjolukito dalam bukunya, salah satu sifat air yang dapat memberi manfaat adalah kemampuan untuk merangsang kerja jantung secara lebih efisien yang berhubungan dengan tekanan hydrostatic yaitu menekan sekuruh titik permukaan tubuh kita secara merata.
Hal ini berdampak membantu sirkulasi dan tekanan darah serta mempengaruhi detak jantung yang tidak tinggi soalnya renang akan memompa volume darah ke jantung kita.
Dampak lainnya juga akan terasa pada persendian karena faktor buoyancy atau daya apung mempunyai efek daya dukung pada tubuh dalam air sehingga mengurangi rasa sakit pada otot, tulang dan persendian.
Manfaat lainnya pada otot karena gerakan di air justru membakar kalori yang lebih banyak dan selanjutnya dipergunakan untuk penguatan otot. Fibromvalgia, suatu keadaan otot yang terus terasa nyeri bisa diatasi dengan latihan renang dan aquarobic ini.
Pengurangan berat badan juga bisa terjadi karena pembakaran kalori yang tinggi terlebih bila menggunakan peralatan seperty buoyancy belt, floats dan lainnya. Penyakit osteoporosis, asma dan gangguan pernafasan lainnya juga bisa diatasi dengan berlatih dalam air.

Melatih lansia memang ada seni pendekatan tersendiri apalagi umur anggotanya yang berkisar 50-82 tahun. “Karena bukan olahraga prestasi dan sifatnya terapi maka bagi mereka yang tidak melakukan jumlah gerakan dengan lengkap dimaklumi saja karena yang penting gerakannya di air benar,”
Yati mengaku banyak anggota yang menunggu hari berlatih tiba karena mereka bisa berkumpul dan saling berbagi cerita dan kerap diakhiri dengan kuliner bersama. Soalnya latihan bersama ini meningkatkan kebugaran jasmani maupun rohani karena meningkatnya hormon bahagia.
Kebersamaan, kebahagian berlatih bersama dan saling memperhatikan kondisi anggota selain menambah persaudaraan juga membuat para lansia memiliki semangat hidup tinggi.
“Oleh karena itu jangan ragu berlatih renang karena bonusnya selain bugar juga bertambah teman dan bertambah saudara. Hormon kebahagian yang tidak bisa diatasi dengan obat juga jadi tambahan bonus lainnya ,” kata Yati mengakhiri dengan senyum menawan.