BANTUL, bisniswisata.co.id: Berbagai strategi promosi wisata digencarkan. Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta, misalnya punya cara tersendiri untuk mempromosikan wisata dengan pramuwisata atau pemandu wisata guna mempromosikan objek wisata sejarah.
Dinas Kebudayaan Kabupaten Bantul mengajak pramuwisata melakukan lawatan ke sejumlah lokasi bersejarah di Bantul “Pramuwisata se-DIY melaksanakan lawatan sejarah ke tiga lokasi di Bantul, maksud dan tujuannya agar bisa melihat dari dekat dan mempromosikan sejarah yang ada di Bantul,” kata Kepala Dinas Kebudayaan (Disbud) Bantul Sunarto dalam keterangan resminya, Kamis (19/04/2018).
Tiga lokasi Lawatan Sejarah 2018, antara lain Komplek Makam Raja-raja Mataram Kotagede di wilayah Banguntapan, Kawasan Cagar Budaya Pleret dan Museum Purbakala Pleret dan sekitarnya, kemudian kawasan sejarah di Mangir Pajangan.
Lawatan Sejarah dengan melibatkan pemandu wisata merupakan program pertama kali dan rencananya dilakukan setiap tahun, dengan harapan lokasi sejarah atau cagar budaya di Bantul makin dikenal wisatawan dan masyarakat luas. “Harapannya karena pramuwisata tak hanya dari Bantul saja melainkan se-DIY, seperti ada dari Kabupaten Sleman, Gunung Kidul, Kulon Progo dan Kota Yogyakarta, biar mereka bisa mempromosikan tempat-tempat bersejarah yang ada di Bantul,” lanjutnya.
Diilihnya tiga lokasi bersejarah itu karena masih kurang dikenal masyarakat. Selain itu hanya tiga tempat karena keterbatasan waktu, sehingga periode selanjutnya akan mengambil lokasi berbeda mengingat lokasi bersejarah di Bantul cukup banyak.
“Periode berikutnya kami akan mengambil tempat yang berbeda yang belum ter-expose, sehingga harapannya nanti banyak wisatawan dengan minat sejarah atau budaya bisa melihat ke sana. Jadi pramuwisata ini akan memberi informasi ke wisatawan,” katanya.
Sunarto mengatakan selain pramuwisata, kegiatan Lawatan Sejarah 2018 itu rencananya juga akan melibatkan peserta dari siswa sekolah baik sekolah dasar (SD) dan SMP untuk mengunjungi tiga lokasi bersejarah itu, dengan harapan mengetahui sejarah di Bantul.
“Kami saling mengisi, dan ini merupakan program perdana dari Dinas Kebudayaan, kami usulkan dan ternyata mendapat sambutan positif dari Bupati,” katanya.
Tidak bisa dipungkiri, selain memiliki destinasi wisata alam dan budaya, Bantul juga Banyak tempat sejarah yang memiliki daya tarik wisata untuk dikunjungi. Seperti dilansir laman traveluxion.web.id, wisata sejarah di Bantul antara lain:
#. Situs Payak di Piyungan
Situs arkeologi ini diduga dibangun kurun waktu abad ke-9 di Pedukuhan Payak, Desa Srimulyo, Kecamatan Piyungan. Situs Payak sebagai pertitaan atau bangunan pemandian atau penempatan air suci pada masa lalu. Penemuan situs ini terjadi pada tahun 1970-an oleh para pembuat batu bata. Pada situs ini terdapat bangunan pertitaan yang berbentuk huruf U menghadap ke arah Barat Daya berukuran 3 x 1 meter. Bangunan ini memiliki cerukan di bagian dasarnya dengan dua lubang air tempat keluar masuknya air yang menarik untuk diabadikan. Pada bangunan ini pula terdapat relung yang digunakan sebagai tempat patung Siwa. Diperkirakan situs ini merupakan tempat pengambilan air suci pada upacara keagamaan Hindu pada zaman dulu.
#. Situs Kerto di Pleret
Situs sejarah ini menjadi saksi bisu jejak keberadaan Kerajaan Mataram, yang pernah memiliki keraton tepatnya berada di Dusun Kerto, Desa Pleret, Kecamatan Pleret. Peninggalan Keraton Mataram jaman Sultan Agung di Situs Kerto itu kini hanya menyisakan sejumlah umpak batu andesit berukuran besar yang biasa digunakan sebagai landasan pilar utama atau soko guru bangunan keraton. Umpak ini berada di tempat terbuka, dan hanya beberapa meter dari bibir tebing. Sultan Agung adalah Raja Mataram yang memperluas pengaruh sampai Jawa Timur, dan memindahkan pusat kekuasaan dari Kotagede ke Kerto.
Di bawah Sultan Agung, Mataram mencapai jaman keemasannya. Ia mengirimkan tentaranya untuk mengusir VOC dari Batavia, dan mendapat dukungan Cirebon dan Banten, namun usahanya gagal. Tengara Cagar Budaya Situs Kerto Pleret Bantul yang berada persis di tepi jalan. Tengara sudah terlihat mulai menua dan sedikit tersembunyi. Sayangnya juga tidak terlihat ada tengara atau poster lain di sekitar Situs Kerto yang memberi penjelasan kepada pengunjung tentang latar belakang sejarah situs ini.
#. Situs Watu Gilang Kotagede
Situs ini lokasinya di tengah-tengah jalan, di dalam sebuah bangunan bertembok beratap genteng yang terlihat sederhana, dikelilingi beberapa pohon beringin tua yang sangat rimbun. Pintu masuk ke Situs Watu Gilang Kotagede tertutup hanya dibuka jika ada pengunjung datang untuk mengunjungi situs ini. Tempat ini dijaga seorang kuncen (juru Kunci). Bangunan Cungkup Watu Gilang yang berukuran sekitar 3 x 4 m. Di dalam Cungkup Watu Gilang yang sebelumnya tidak bertembok ini juga disimpan peninggalan lain berupa Watu Gatheng dan Watu Genthong.
Ada kisah menarik yang berada dibalik keberadaan Situs Watu Gilang yang bisa anda dapatkan saat mengunjungi situs sejarah ini. Ditambah lagi dengan suasana lingkungan yang sangat mendukung dengan adanya pohon-pohon beringin tua, Maka situs ini memiliki potensi magnet yang besar untuk menarik perhatian orang yang melintasi situs tersebu, Apalagi letaknya sangat dekat dengan kompleks Makam Raja-Raja Mataram Kotagede.
#. Situs Watu Wedok di Imogiri
Situs ini merupakan sumber mata air di atas bukit batu tepatnya Situs ini berada di Karangtengah, Imogiri, Bantul tepatnya di Dusun Mojolegi dan Karangrejek. Lokasinya berada dalam komplek makam Kyai Sekarsari dan Nyai Ambarsari, Kyai Loso, Petilasan Pangeran Bendo, dan Mushala Gaib Cempluk Nangka. Tempatnya cukup sulit dijangkau karena berada di tengah hutan di sebuah bukit sangat cocok bagi yang suka menjelajah alam, karena Situs sejarah berupa permukaan bukit batu dengan rekahan yang memanjang. Hanya saja di beberapa titik pada rekahan tersebut memiliki kedalaman yang lebih dibanding yang laian dan disinilah yang mengeluarkan air.
Situs Watu Wedok terjadi berkaitan dengan pencarian lahan yang direncanakan untuk komplek Raja-raja Mataram yang dilakukan oleh Sultan Agung. Saat sampai di lokasi ini Sultan Agung dan abdi dalem yaitu Kyai Ambasekar, Nyai Ambersari, dan Kyai Loso merasa kehausan. Sultan Agung lantas menancapkan tongkatnya diatas permukaan bukit batu. Ia melakukan itu beberapa kali dan dengan menyeretnya . Secara ajaib bekas tusukan tongkat mengeluarkan air hingga saat ini. Sumber air ini dinamai Watu Wedok karena wujud fisiknya menyerupai kelamin wanita.
#. Situs Batu Song Kamal di Piyungan
Song Kamal merupakan situs sejarah dalam sebuah ceruk tebing dengan kedalaman sekitar 2-3 meter. terletak di Dusun Sumur Bandung, Kalurahan Srimulyo, Kecamatan Piyungan. Ceruk ini memanjang dengan ukuran panjangnya sekitar 20 meter. Pada ceruk ini terdapat sebuah bilik yang terbuat dari susunan potongan-potongan batu putih yang dibuat seperti batu bata. Ukuran rata-rata batu putih yang digunakan untuk menyusun dinding bilik itu adalah 45 Cm x 30 Cm x 6 Cm.
Sedangkan ukuran bilik Song Kamal adalah panjang 310 Cm. Sedangkan lebarnya 250 Cm. Tinggi bilik Song Kamal adalah 110 Cm. Lantai dari bilik Song Kamal ini dilapisi dengan jerami. Dulunya bilik di Song Kamal ini ada dua buah, namun kini hanya tinggal satu.
#. Situs candi Gampingan
Situs candi gampingan merupakan andi Budha yang menempatkan Dewa Jambhala sebagai dewa utama yang dipuja. Sedang Arca Candralakeswara ditemukan menunjukkan aliran tantrisme dan Budha Mahayana. Situs sejarah ini di Dusun Gampingan, Sitimulyo, dan ditemukan Tahun 1995. Di Candi Gampingan anda akan melihat struktur bangunan berupa candi dari bahan batu putih. Berdasar gaya bangunan dan arca yang terdapat di candi, Candi Gampingan menunjukkan ciri abad 19 M.
Candi ini terletak pada ketinggian 56m dpl dengan kedalaman 120 cm dibawah permukaan tanah. Sebetulnya masih banyak sekali tempat wisata sejarah dibantul yang bisa anda kunjungi, Namun untuk kali ini cukup ini dulu ulasan situs sejarah di Kabupaten Bantul Yogyakarta Indonesia, yang bisa anda jadikan dan menambah daftar tempat wisata sejarah di kabupaten Bantul. (NDY)