LAPORAN PERJALANAN LIFESTYLE

Asyik Menikmati Jadi Digital Nomad & WfB Dari Kampoeng Villa

CANGGU, Bali, bisniswisata.co.id: Bali I’am Coming !! Untungnya ini cuma teriakan dalam hati saja karena  girang melewati koridor kedatangan di bandara Ngurah Rai. Rasanya kali ini datang lagi ke Bali di tengah masa pandemi COVID-19 memang jadi ‘sesuatu’ yang berharga.

Padahal ini kedatangan kedua di era pandemi karena tahun lalu bulan November 2020 saya juga tinggal seminggu mulai dari hotel bintang mewah di Nusa Dua, hotel yang banyak digemari komunitas India di Sunset Road dan juga Hotel Fourteen Roses yang homey di kawasan Legian, Kuta yang saat itu kondisinya tanpa tanda-tanda kehidupan.

Kali ini kedatangan saya murni tergiur teman-teman sesama pengusaha di WA Group yang sudah lebih dulu dari awal tahun 2021 bolak-balik ke Bali. Kalau ditanya ngapain sih ? 

” jadi digital nomad aja, merdeka, bebas macet, asyik kulineran tanpa antri dan yang jelas villa-villa harganya nggak selangit lagi,” kata Anton Thedy, bos TX Travel yang sudah dua bulan kerja dari Bali dan masih dua bulan ke depan lagi Work from Bali ( WfB)  sebelum pemerintah membuat program ini untuk ASN dan BUMN.

Teman lain yang ditanya malah lebih sederhana lagi, pingin kerja berpakaian casual, celana pendekan dan istrinya malah cukup pakai celana jeans dan diatasnya mengenakan miniset, memamerkan bentuk tubuh. Santai keluar masuk jaringan kedai kopi Amrik dan dapat deal bisnis yang bagus-bagus pula.

Keluar dari bandara, Hendra, Manager TX Travel di Bali sudah menyambut dengan mengacungkan papan nama dan langsung saya hampiri sambil mengumbar senyum dan kamipun langsung akrab.

Setelah makan siang, acaranya memang marathon jumpa dengan berbagai kalangan pebisnis lokal hingga anggota KADIN Bali dan politisi. Barulah jelang magrib mobil mengarah ke rumah kedua saya selama di Bali yaitu Kampoeng Villa di daerah Canggu, Seminyak.

Menikmati endorse dari salah satu teman di Bali, mobil Alphard yang saya tumpangi berhenti di depan villa bernama Medewi. Karena hari masih terang saya langsung ‘keliling’  Kampoeng Villa Bali di Jl. Tengah,  Raya Canggu No.20, Banjar Anyar Kelod, Kec. Kuta Utara, Kabupaten Badung, Bali  yang cuma terdiri dari 12 villa.

Soal bagasi satu kopor besar, tenang saja sudah naik ke kamar atas sehingga di ruang tamu saya bersama Hendra dan manager Kampoeng Villa, pak Sami asyik ngobrol santai sambil menikmati  pemandangan kolam renang di depan mata dari balik pintu kaca yang lebar.

Nama lengkap Sami adalah Ketut Sami Ade Merta, Director of Operations Lestari Living Hospitality. Tugasnya mengelola dan memasarkan Kampoeng Villa, L Village Villa, Summerfield Villa beserta beberapa Villa lainnya yang bekerjasama dengan Lestari Living Hospitality.

Saat tamu-tamu pergi barulah saya naik ke kamar atas dengan balkon pribadi. Ada dua kamar berhadapan. Di dalam kamar dengan dinding kaca seluruhnya menghadap bagian depan villa saya bisa melihat pemandangan kolam renang, mengintip taman-taman milik ‘tetangga’ di kiri kanan villa yang juga sebagian terlihat dari atas.

Kamar saya single bed besar lengkap dengan  bathtub mewah, dilengkapi  lemari pakaian dan wastafel berkaca lebar untuk berhias diri. Kamar ke dua ada dua tempat tidur dengan dinding kanannya sama menghadap ke depan villa dan pemandangan kolam renang yang cantik. Bedanya tanpa bathup untuk berendam,  hanya ada shower.

Tentu saja membersihkan diri, mandi menjadi prioritas utama setelah seharian berada di luar rumah mulai dari menunggu keberangkatan di bandara Soetta yang mengantri panjang untuk validasi swab test hingga tiba di Bali dan bertemu sejumlah nara sumber.

Untunglah acara besok memang sengaja dikosongkan untuk menikmati villa sehingga bisa dilanjutkan langsung istirahat berbekal makan buah tanpa makan malam.

jalanan
Kampoeng Villa, rumah kedua bernuansa tropis Bali

Menikmati ketenangan

Pagi hari saat matahari baru muncul saya sudah menyelesaikan olahraga Senam Perkasa Indonesia searching videonya di Google dan 30 kali bolak balik renang di kolam kecil. 

Untuk sarapan pagi ada banyak buah dan roti gandum yang saya beli di Pepito sebelum ke villa. Padahal Sami ternyata sudah menyediakan roti dan pelengkapnya di meja makan.

Seekor kucing kecil tiba-tiba hadir dari dinding pembatas dengan tetangga di kiri. Konon peliharaan seorang wanita yang memiliki anak kecil dan suka kucing. Santai dengan kursi malas di pinggir kolam sambil membaca buku, baru saya sadari si kucing kecil sudah tiduran santai di kursi sebelah.

Gayanya kucing itu bikin saya ngikik karena selonjoran kaki persis serasa bule jemur di pantai. Sayang saya  nggak pegang kamera jadi pose si meng nggak terekam. Meski villanya rapat dengan tetangga, tidak ada suara berisik sama sekali. Tenang, damai dikelilingi tanaman rindang seputar kolam.

Sendiri di villa saya mulai berkenalan dengan sudut dapur. Setelah pintu masuk dari kayu berwarna hijau daun, kita langsung menemukan dinding kaca yang luas dari ujung ke ujung ditutupi dua gorden panjang yang tipis dan tebal.

Begitu masuk di sebelah kiri ada Open Kitchen, dapur terbuka lengkap penghisap asap di atas kompor di bagian ujung kiri. Bagian tengah untuk mempersiapkan masakan dan di ujung kanan tempat mencuci alat dapur dan menata peralatan yang sudah bersih.

Dapur berkonsep terbuka memang memiliki beberapa tantangan. Salah satunya adalah pemilik dapur, harus menjaganya tetap bersih dan rapi. Pasalnya, setiap sudut dapur akan terlihat jelas oleh siapapun yang melaluinya. Rasa malu dan tak nyaman tentu akan timbul, jika dapur terlihat kotor dan berantakan.

Di sini, dapur terbukanya juga banyak lemari penyimpanan plus peralatan dapur yang biasa kita butuhkan di rumah. Jadi kalau saya mau mengundang makan tamu dan makan bersama juga Oke saja. Apalagi ada meja panjang dengan kursi-kursi bar di depannya sehingga bisa menjadi sudut kuliner yang mengasyikkan.

Sami sudah melengkapi meja ala bar itu dengan minuman soft drink dan permintaan saya untuk disediakan setrika listrik serta magic Jar juga dipenuhi dan diletakkan di ujung. Alhamdulilah, lengkaplah semua, apalagi saya juga bawa sendiri Air Fryer demi menghindari makanan yang dimasak dengan minyak goreng.

ruang tamu
Ruang tamu dan ruang makan yang menyatu

Berbisnis sambil liburan

Keuntungan Work from Bali adalah bisa berbisnis sambil liburan. Jadi di hari kedua di Pulau Dewata ini praktis dari pagi saya bekerja cukup lewat handphone meski komputer juga tersedia. 

Sebelum datang lagi ke Bali saya senang melihat foto-foto digital nomad asing di berbagai co-working space di Canggu, Ubud sedang duduk santai dengan laptop sambil kaki berendam di air kolam. Ada juga yang sedang asyik depan laptop dan membelakangi deburan ombak untuk berselancar.

Kerja rasa libur bisa dimana saja dan kali ini saya menikmati banyak pilihan Wi-Fi di Kampoeng Villa ini sambil mengecek kondisi teman dan saudara yang sedang isolasi mandiri karena terpapar COVID-19 di Jakarta, bercanda dengan cucu lewat Zoom hingga mengikuti webinar-webinar.

Tak ada rasa lonely karena saya yang dijuluki punya pabrik kata-kata ini begitu enjoy melewati hari di Kampoeng Villa. Malah bisa sholat dan ibadah-ibadah lainnya tepat waktu karena meski tidak ada suara azan dari mesjid, alarm dari handphone langsung mengingatkan untuk meeting point dengan sang khalik.

Allahu Akbar, nikmat mana lagi yang saya dustakan ketika sore hari, keluarga dari pihak almarhum suami, menelpon akan berkunjung dan membawa ‘oma’ nya ini menikmati musik Jazz dan dinner di restaurant Gado-Gado di tepi pantai Seminyak.

Cucu saya Chitra Violet yang tinggal di Canggu menikah dengan Daniel Herry yang profesinya sama dengan omanya ini  di TV 10 Australia. Anak pertama mereka, Elvian Danitra Victoria, 10 bulan serta keponakanku Anna Legoh yang maminya Citra juga hadir di Villa.

Bahagia rasanya saya dapat bonus bisa silaturahim di kegiatan Work from Bali ini sehingga kami bisa melepas rindu untuk berenang dan hangout bersama. Menyadari oma Hilda sudah punya cicit Elvian membuat sujud syukur saya menjadi tambah lama tentunya.

 Bertemu dengan “Malaikat’ bisnis

Sehari jelang keberangkatan ke Bali saya memang berdoa pada Allah SWT dipertemukan dengan orang-orang terbaik sesuai visi yang saya miliki bahwa perusahaan saya adalah ladang amal ibadah, ladang ilmu dan ladang bisnis. Jadi bukan bertemu dengan orang yang hanya berorientasi pada keuntungan bisnis semata yang menjadikan uang adalah segala-galanya.

kolam renang
Bersama cucu dan cicit, bonus silaturahim yang membahagiakan

Sesuai doa, pola kerja yang saya atur, sehari berburu ilmu, sehari berdiam diri di Villa ternyata sangat efektif sehingga saya memiliki waktu untuk menikmati keindahan suasana kampoeng tropis yang terletak di tepi Canggu – Kerobokan, Bali.

Kalau di Jakarta, sebenarnya Kampoeng Villa ini layaknya perumahan cluster menawarkan 12 villa berdesain tropis yang indah dilengkapi dengan kolam renang pribadi, parkir pribadi langsung di depan villa Anda.  

Sesekali saya bisa melihat tetangga bule dari lantai dua yang siap-siap  bermotor ria keluar belanja. Mereka memang kebanyakan digital nomad yang menyewa untuk selama setahun. Konon digital nomad kelak akan diberi ijin tinggal selama lima tahun dari aturan sekarang yang hanya per tahun.

Sami bercerita, tinggal di villa bergaya tropis Bali ini memang membuat mereka merasa seperti di rumah sendiri apalagi lokasinya hanya beberapa menit dari kawasan Seminyak, Kuta, dan Legian yang semarak.  Beberapa menit dari salah satu pantai pasir keemasan yang paling terkenal di pulau ini, banyak restoran, dan butik perbelanjaan.

Masing-masing villa dilengkapi dengan perlengkapan terbaik untuk kenyamanan hidup modern, namun dilengkapi dengan banyak warisan dan sentuhan tradisional untuk pengalaman liburan eksotis di Bali.

Tempat ini ideal untuk keperluan bisnis atau liburan yang bisa disewa , mingguan, bulanan, atau tahunan dan full Wi-Fi sehingga saat tidak keluar saya hanya duduk dan bersantai di tepi kolam renang pribadi membuat hidup tercerahkan, tenang, damai.

Hendra bila datang menjemput untuk memenuhi aktivitas WfB di Bali kerap saya minta  mereview nara sumber yang sudah saya temui. Obrolan akrab kami berujung pada kekaguman bahwa mereka di era pariwisata Bali terpuruk malah punya kepedulian tinggi pada umat.

Dia memang mengatur jadwal saya sehari bekerja, sehari libur. Namun saat sehari kerja itu bisa mulai dari jam 9 pagi dan kembali lagi ke villa jam 9 malam. Maklum ibaratnya ‘ Ibu Negara’ yang jadwalnya diatur Hendra, banyak sekali tempat yang perlu dikunjungi.

Kadang saya juga banyak request ingin melihat property dari Lestari Living Hospitality yang dikomandani Alex Purnadi Chandra, pendiri bank lokal yang sukses ini.

Maklum selain Kampoeng Villa, Sami juga mengurus L Village Villa Bali di Pererenan – Canggu dan Summerfield Executive Residence Bali, Jl. Karang Mas, Jimbaran, Badung.

Untuk L Village Villa ada 16 unit masing-masing tiga kamar dengan kolam renang pribadi yang juga terisi oleh para digital nomad. Sedangkan

Summerfield Executive Residence Bali, Jl. Karang Mas, Jimbaran, Badung menjadi hunian yang eklusif dan mewah baru tersedia 5 unit dari satu hektar tanah yang dimiliki komplek itu.

Tak semua keinginan untuk berkunjung ke tempat-tempat yang sudah ada geliat bisnisnya bisa terpenuhi karena keterbatasan waktu. Tiba-tiba hari kepulanganpun sudah tiba.

Di hari ke delapan Daniel Herry siap mengantar omanya ke Bandara Ngurah Rai. Saya sempat berfoto ria dulu bersama teman-teman gereja Citra, ada Darwin dengan Maria bersama anak mereka Abel dan Velly. Ada pazangan Fandi dan Melanie.

Ketika tiba di halaman, saya melihat Daniel dihampiri dua balita cilik berpakaian renang bersama omanya juga. Rupanya tetangga depan kami dari Inggris, sebelah kiri dari Amerika dan kanan villa konon dari China namun cuma kucing peliharaannya saja yang pernah bertemu. 

Terima kasih tuhan atas segala-galanya, bisa jadi digital nomad di temani Dwi Yani, soul mate sekaligus kepala Perwakilan kami di Bali serta bonus-bonus silaturahim lainnya.

 

 

 

Hilda Ansariah Sabri

Pendiri, Pemimpin Umum, Pemimpin Redaksi dan pemegang sertifikasi Wartawan Utama Dewan Pers dan Ketua Departemen Pariwisata PWI Pusat (2018-2023)