Share foto di WAG biasa dilakukan anggota saat menemukan pemandangan indah dekat kompleks perumahan di Tegalgondo. Malang ( Foto: Nur Hidayat)
Oleh : Nur Hidayat
JAKARTA, bisniswisata.co.id): WAG (Whatsapp Group) adalah salah satu aplikasi dimana seseorang atau sekelompok orang dapat berkomunikasi melalui tulisan, telepon, panggilan video, mengirim video, ataupun mengirim gambar.
WAG dapat menjadi cara yang bagus untuk menghubungkan orang-orang tertentu. Tak heran tengah malam sekalipun saatnya ibadah tahajud maka banyak dari anggota WAG yang sudah online, sekedar membaca, sibuk berbagi tapi ada juga hanya mau menerima informasi alias pelit berbagi.
Di WAG pun, mereka tidak mau menshare artikel atau meme bikinan sendiri. Atau ciptaan orang lain. *Saking kikirnya mereka.* Apalagi jika mereka sendiri yang bikin. Tentu tidak akan (lebih-lebih) memberi hadiah-sedekah ke orang lain. Kaum dhuafa sekali pun mungkin sampai kiamat tidak mendapat sedekah mereka.
Isi WAG memang beragam, ada berita dan fakta, ada rumor, gibah, hoax, kiriman musik, lelucon dan lainnya tergantung dari komunitas yang membuat WAG tersebut.
Misalnya anggota grup itu pemilik rumah kompleks orang-orang kaya, mewah. Jangan heran cerita menantu si anu membeli rumah besar di kompleks seharga Rp 19 M dan Rp 15 M. Rumah itu kemudian digandeng dan yang seharga Rp 15 M dirobohkan. Untuk apa? Garasi mobil.
Unikmya berita menyebar itu tanggapannya juga beda-beda. “Wah dia sama dengan kita” keluar uang Rp 19 miliar sama dengan Rp 19 ribu dan Rp 15 miliar sama nilainya dengan Rp 15 ribu,” komentar ringan, nyinyir bermunculan.
Hal mirip terjadi di grup berbeda. Sudah puluhan ribu materi dimuat di situ. Namun, ada saja anggota yang kikir loh. Memberi logo thank you, or good saja no. Apalagi bilang terima kasih. Apa tangan mereka “kiting semua ?” Tidak bisa digerakkan ? Harus bayar ? Weleh weleh. Kok medit yo ?
Besar dan bagus. Suatu saat seseorang membeli rumah di situ, dua lantai Rp 15 M. Lalu direnovasi. Biayanya pasti tidak sedikit. Satpam, yang posnya persis di depannya, tak pernah mendapat selembar rupiah “mampir” ke tangan mereka.
Sedangkan penghuni di situ 400 keluarga. Pejabat tinggi, Rektor, Hakim Agung dan seterusnya. Pokoknya kaum elit tapi pelit. Justru orang luar yang keluar-masuk komplek memberinya uang.
Spontan
Orang luar itu spontan. Tidak pake mikir, kasih satpam Rp 50 ribu. Begitu pula di WAG ada pula orang yang rajin menshare sesuatu yang bermanfaat. Nyaris setiap hari. Kok begitu nggak membuat mereka malu ya ?
Sementara itu, puluhan orang antre di tengah cuaca dingin sampai mendirikan tenda di depan butik Chanel, Seoul. Itu dilakukan demi satu tas. “Aku sudah mengantre sejak pukul 08.00 semalam dan mendapat tiket nomer satu,” ujar Lee, di Shinsegae Department Store.
Lee mengenakan jaket panjang dan selimut tebal. Suhul minus 13 derajat. Mereka bukan orang pelit yang mau menanti di musim summer, meski “sedikit mahal ?” Harga lebih kurang Rp 60 juta.
Diberi Kekang dengan Tali
Satu hadits Nabi Muhammad SAW diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Tirmidzi: Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa ditanya tentang sesuatu ilmu lalu dia menyembunyikannya maka dia akan diberi kekang pada hari kiamat dengan tali kekang dari neraka.”
Hadits di atas mengingatkan setiap Muslim agar “jangan pelit terhadap” ilmu. Di sekitarnya, dia tahu ilmu dibutuhkan orang lain. Dia harus menyampaikannya.
Membagi ilmu pun harus penuh pertimbangan (menyesuaikan dengan orang yang menerimanya): agar dapat mudah dipahami dan diamalkan oleh yang menerimanya. Mudah bukan, Yuk jangan pelit raih pahalanya bersama WAG Anda !
Penulis adalah: Senior journalist, pemerhati pariwisata & Free Individual traveler