Akhir tahun lalu saya gembira melihat Sapta Nirwandar mengenakan jubah dan toga berwarna merah tengah tersenyum menerima gelar profesor. Gelar Guru Besar Kehormatan dari Silk Road International University of Tourism and Cultural Heritage, Uzbekistan, awal Desember 2021 lalu.
Minggu ini sayalah orang yang bahagia lagi karena kiprah Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono 2011 – 2014 ini terus berprestasi dan membuahkan pengakuan justru dari negri orang.
Sapta baru saja menggelar webinar Chef Halal Indonesia dan Uzbekistan. Ini webinar penting dan strategis apalagi di era pandemi global. “Makanan halal itu tentang makanan yang bersih, sehat, aman, harus fair trade, tidak ada kekejaman, dan baik untuk lingkungan, baik untuk perdagangan maupun ekosistem pangannya mengarah pada keberlanjutan,” kata Sapta.
Chairman Indonesia Halal Lifestyle Center ( IHLC ) dan Chairman Indonesia Tourism Forum (ITF) yang tidak mengenal istilah PENSIUN dalam berkarir memang sosok yang dianggap sebagai Bapak Pariwisata Halal Indonesia.
Halal Tourism yang menjadi topik bahasannya dihadapan ratusan mahasiswa di Silk Road Tourism and Cultural Heritage Univelrsity Samarkand, Tashkent Islamic Academy dan Taskent Al Bukhari University itu merupakan gelar akademik tertinggi yang diberikan kepada Dr. H. Sapta Nirwandar S.E.
Penghargaan yang diserahkan langsung oleh Prof. J. Hoffmann, Wakil Rektor Bidang Akademik Silk Road International University of Samarkand itu karena kontribusi besarnya dalam pengembangan industri pariwisata halal global yang justru menjadi perhatian khusus dari pihak Universitas di ibukota negara Uzbekistan itu.
Tak heran karena di era pandemi COVID-19 aktivitas Sapta Nirwandar tidak pernah berhenti. Dari buku Laporan Tahunan 2021 IHLC & ITF terlihat jika periode Januari hingga Desember 2021 lalu penuh diisi International Halal Lifestyle Confrence & Forum maupun Riset dan publikasi Indonesia a.l Halal Markets Report 2021/ 2022.
Sapta kerap juga jadi nara sumber kuliah online, mengkoneksikan dan menjadi konsultan partner nasional maupun internasional, menjadi nara sumber webinar nasional maupun internasional dan bekerjasama dengan berbagai institusi terkait u0ntuk memajukan Halal Food & Modest Fashion.
Salah satu event hybrid terbesar yang di selenggarakan ITF dan didukung oleh Kemenparekraf adalah Global Tourism Forum ( GTF) Leaders Summit Asia 2021 yang berlangsung pada 15 -16 September di Hotel Raffles Jakarta.
Terus terang kesadaran saya akan Halal Tourism baru di akhir 2020 ketika seorang wanita Bali ‘ mengancam’ Menparekraf di medsos yang baru hitungan lima hari kerja setelah diangkat Presiden Jokowi berangkat ke Bali.
Orang partai itu dengan kasar meminta agar menteri tidak menyuarakan Halal Tourism di Pulau Dewata. Pastinya karena salah persepsi atau memang sengaja menjadikannya komoditas politik.
Setelah 37 tahun menekuni liputan di bidang pariwisata nasional maupun internasional barulah saya mulai menekuni halal tourism, salah satu sektor dari halal industry yamg justru pemain utamanya dari negara Non Muslim.
Alhamdulilah sejak itu saya mulai mengikuti aktivitas webinar Sapta Nirwlandar di dalam dan luar negri dan paham bahwa Halal Tourism jika dikelola menjadi satu ekosistem bisa memenuhi kebutuhan Muslim Traveler dunia mulai dari makanan-minuman halal, pengeluaran perjalanan, Muslim friendly service, relaksasi, akomodasi, destinasi wisata, petualangan, restoran, hotel & airplane fees & services.
Keunggulan produk utama halal tourism di Indonesia tersebar di 34 provinsi yang ada baik berupa alam seperti wisata bahari, ekowisata dan adventure tourism yang menjad unggulan keindahan alam di berbagai daerah.
Di bidang wisata buatan ( Man-Made), RI juga tujuan MICE & Event tourism bukan hanya G20 tetapi juga peran aktif di berbagai organisasi Islam internasional sebagai negara Muslim terbesar di dunila dengan populasi Musllim mencapai 238 juta ( 87%).
Kemampuan memenuhi kebutuhan Muslim Traveler yang menyukai sport tourism dan integrated tourism resort bukan tidak mungkin membuat negara-negara Organisasi Kerja Sama Islam ( OIC) akan lebih fokus menyelenggarakan event di Indonesia.
Apalagi negara dengan 13.500 pulau ini kaya dengan warisan budaya dan spot wisata religi, kuliner, wisata belanja dan kini salah satu desa-desa wisatanya, desa wisata Nglanggeran, DIY juga memenangkan penghargaan UNWTO, Badan Pariwisata Dunia di bawah PBB.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka sudah selayaknya Indonesia menjadi negara yang memiliki daya tarik khusus bagi wisatawan mancanegara yang berasal dari negara Muslim di dunia.
Tak heran Sapta Nirwandar yang dalam setiap kesempatan menampilkan buah pikirannya mengenai Indonesia Integrated Halal Ecosystem dan strategi kebangkitan industri pariwisata lewat konsepnya bernama SAPTPAHELIX dengan lantang menyemangati semua pihak bahwa Halal Tourism menjadi ibu dari seluruh penggerak ekonomi rakyat
Yuk semangat, perbaiki konsep dari strategi ekosistem bisnis wisata halal agar dijadikan solusi bagi stakeholder untuk memajukan bisnis wisata di Indonesia karena halal tourism bukan hanya untuk Muslim tapi untuk semua.