FASHION

Ambisi Indonesia Jadi Kiblat Busana Muslim Dunia, Mungkinkah?

JAKARTA, bisniswisata.co.id: Pasar fesyen muslim semakin tumbuh dan berkembang. Perkembangan bukan hanya di dalam negeri, namun sudah melanggak-lenggok di mancanegara. Ini membuktikan Fesyen Syariah Indonesia makin diperhitungkan. Pamungkasnya berambisi menjadi kiblat busana muslim dunia tahun 2020. Mungkinkah?

Guna menipis berbagai kemungkinan menjadi sebuah realita. Kementerian Perindustrian (Kemenprin) tengah menyempurnakan peta jalan pengembangan fesyen muslim. Peta jalan kelak dapat menjadi acuan untuk seluruh stakeholder dunia feysen muslin Indonesia dalam peningkatan daya saing industri fesyen muslim nasional dan pengembangan bisnis busana muslim yang mampu menembus pasar dunia

“Langkah strategis ini dilakukan dengan melibatkan pemerintah, pelaku usaha, akademisi, dan komunitas untuk menyusun roadmap demi masa depan feysen muslim Indonesia,” lontar Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM) Gati Wibawaningsih dalam keterangan tertulis yang diterima Bisniswisata.co.id, Jumat (19/10/2018).

Menurutnya, industri fesyen muslim termasuk kelompok 16 sektor kreatif, thaun 2017 mampu memberikan kontribusi terhadap perekonomian nasional sebesar 3,76 persen. Pada periode itu, ekspor industri fesyen mencapai US$ 13,29 miliar atau meningkat 8,7 persen dari tahun sebelumnya. “Capaian itu menunjukkan bahwa industri fesyen nasional memiliki daya saing di pasar internasional,” tuturnya.

Pengembangan industri fesyen muslim di Indonesia makin berpotensi seiring jumlah penduduk muslim di republik ini diproyeksikan capai 238,8 juta orang atau 88 persen dari total populasi pada tahun 2030. Bahkan, konsumsi fesyen muslim di Indonesia mencapai US$ 13,5 miliar atau masuk dalam jajaran lima besar dunia, menunjukkan bisnis busana muslim di Tanah Air dinilai prospektif hingga masa depan.

Penyusunan peta jalan memprioritaskanprogram-program yang akan dilakukan termasuk mengenai ketersediaan bahan baku agar dapat menjaga keberlanjutan produksinya. ”Ketersediaan bahan baku produk fesyen ini agar kita tidak perlu lagi impor, seperti bahan baku kapas dan wool,” jelasnya.

Dalam upaya menjamin pasokan bahan baku, Kemenperin juga berkoordinasi dengan kementerian terkait. “Contohnya, Kementerian Kehutanan sedang mengembangkan dua jenis ulat yang dapat dijadikan bahan baku sutera, sehingga nantinya kebutuhan sutera bisa dipenuhi dari dalam negeri,” imbuhnya.

Guna meningkatkan kolaborasi, Kemenperin melalui Direktorat Jenderal IKM melaksanakan focus group discussion untuk memperoleh masukan dalam penyusunan peta jalan pengembangan IKM fesyen muslim. Kegiatan ini dihadiri dari perwakilan pemerintah yang meliputi Kementerian Perdagangan, Kementerian Koperasi dan UKM, serta Badan Ekonomi Kreatif, kemudian akademisi, desainer, asosiasi, dan pelaku industri fesyen muslim.

Selama ini, pemerintah gencar mendorong industri fesyen di dalam negeri untuk terus meningkatkan pangsa pasarnya. Karena itu, agar mampu kompetitif di kancah global, pemerintah juga terus berupaya memacu kompetensi sumber daya manusia di sektor ini. (redaksibisniswisata@gmail.com)

Endy Poerwanto