AJAKAN Mas Menteri Parekraf Wishnutama kepada para Kepala Dinas Pariwisata di daerah agar segera mempersiapkan diri untuk menghadapi lonjakan wisatawan pasca pandemi COVID-19 sepertinya bukan sekedar ajakan rutin, bisa jadi ajakan yang strategis.
Mengapa demikian?
Pertama, produk pariwisata itu akar rumputnya berada di kabupaten dan kota karena itu yang bertanggung jawab atas perencanaan, pengembangan dan pemasarannya adalah Dinas Pariwisata bersama para pemangku kepentingan lainnya.
Kedua, berbeda dengan produk berupa barang, produk pariwisata harus dipandang sebagai sebuah totalitas atau disebut juga total tourist experience yang terdiri dari berbagai komponen seperti Atraksi wisata, Aksesibilitas, dan Amenities (triple A) bahkan unsur manusia juga melekat di dalam produk pariwisata.
Karena itu, untuk mempersiapkannya menjadi sebuah destinasi yang Aman, Nyaman dan Menarik untuk dikunjungi khususnya pasca pandemi COVID-19 nanti, memerlukan kerjasama lintas sektoral dan koordinasi derajat tinggi serta perencanaan yang matang termasuk waktu maupun biayanya.
Selanjutnya, penting untuk memahami perubahan-perubahan yang akan terjadi di pasar pasca COVID-19 diantaranya adalah “pasar domestik” akan menjadi pangsa yang potensial termasuk pelaku perjalanan bisnis dan kelompok milenial utk dijadikan target pasar.
Karena itu, pasca meredanya wabah COVID-19 nanti banyak destinasi wisata yang akan menawarkan paket-paket wisata murah sehingga destinasinya akan terposisi sebagai budget friendly destination, posisi ini merupakan salah satu karakter pilihan dari pangsa pasar domestik.
Selain itu, kesadaran wisatawan akan pentingnya kebersihan, higenitas dan sanitasi juga akan semakin meningkat dan berpengaruh besar terhadap taste and preference wisatawan dalam memilih destinasi atau produk wisata tertentu.
Tak kalah pentingnya yaitu merencanakan product mix atau bauran produk agar dapat menghadirkan paket-paket wisata baru yang relevan dengan selera dan pilihan pasar saat itu, misalnya single market with a multi product mix atau several market with single product for each dan berbagai kombinasi lainnya sesuai dengan target pasar dan keberadaan produknya.
Akhirnya, faktor yang turut mewarnai produk pariwisata adalah manusianya (SDM). Sunber daya manusia ini tidak hanya harus profesional di bidangnya, tetapi juga dapat menjadi host community yang tourist friendly. Ini tentu perlu dipersiapkan lewat berbagai kegiatan DIKLAT baik yang bersifat formal maupun non-formal.
Nah, ternyata memang memerlukan persiapan yang matang, terlebih lagi kita masih menghadapi *KETIDAKPASTIAN* terkait dengan pandemi COVID-19 ini. Maka perlu sejak dini menyiapkan semacam proactive scenario planning agar dapat diimplementasikan sesuai dengan kondisi yang akan datang.
Mungkin itulah alasan mengapa Mas Menteri Parekraf menghimbau kawan-kawan kita di Dinas Pariwisata untuk mempersiapkan rencana lebih awal untuk menghadapi lonjakan wisatawan pasca COVID-19 nanti.
A man who does not think and plan long ahead will find trouble right at his door (Confucius).
*Penulis adalah Alumnus Hospitality&Tourism University of Wisconsin