BAGANSIAPIAPI, bisniswisata.co.id: Berkat promosi yang gencar dan publikasi sebelum event tahun Festival Bakar Tongkang 2019 digelar, membuahkan hasil peningkatan kunjungan wisatawan. Tahun ini wisatawan nusantara maupun mancanegara yang hadir mencapai 75.000 turis dari Perancis, Tiongkok, Taiwan, Malaysia, Singapura juga dari berbagai daerah di Indonesia.
“Kami merasa bangga dan bersyukur bahwa ajang Festival Bakar Tongkang 2019 tahun ini mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya hanya 69 ribu. Ini menandakan wisatawan semakin mengenal festival yang digelar setiap tahunnya,” papar Bupati Rohan Hilir (Rohil) Suyatno saat meresmikan Pentas Nostalgia Bagan Heritage di Bagansiapiapi, Selasa (18/06/2019) pagi.
Peresmian itu ditandai dengan pelepasan burung merpati putih, yang juga dilakukan para Muspida Rokan Hilir, antara Kapolres, Dandim, pejabat Rokan Hilir juga ketua panitia serta peserta Festival Bakar Tongkang 2019 dari beberapa daerah di wilayah Riau.
Diharapkan kunjungan wisatawan tahun depan mengalami grafik kenaikan lagi. Sehingga masyarakat Bagansiapiapi maupun Rohil merasakan dampak ekonominya, pendapatan warga juga mengalami peningkatan dari penjualan kuliner, souvenir dan lainnya.
Bupati juga mengajak seluruh panitia Festival Bakar Tongkang 2019 untuk lebih berperan aktif sesuai tugas pokoknya masing-masing. Yang paling penting masalah keamanan, karena puluhan ribu orang datang ke Kota Bagansiapiapi.
“Faktor keamanan sangat diperhitungkan sekali dan sangat penting bagi kita. Sehingga nanti berjalannya kegiatan-kegiatan yang sudah kita kemas, yang sudah kita rancang itu kita harapkan tidak ada lagi suara-suara sumbang di tengah-tengah masyarakat persoalan keamanan,” lontarnya.
Diakui, ada beberapa kegiatan pendukung lainnya dalam Festival Bakar Tongkang seperti pawai Fashion Karnaval, Bagan Heritage, Pentas Seni hingga peninjauan ke Pulau Jemur. “Kesemuanya itu tentunya membutuhkan koordinasi yang baik antara satu dengan yang lainnya sehingga acara sukses terlaksana,” ucap Suyatno.
Festival yang pernah memperoleh penghargaan Anugerah Pesona Indonesia (API) 2017 sebagai atraksi budaya terpopuler ini, merupakan momen yang sangat bagus dalam rangka meningkatkan ekonomi masyarakat dengan berjualan. “Manfaatkan kehadiran wisatawan dengan menerima tamu yang baik, ramah, senyum. Nah ini yang harus kita petik, yang harus kita ambil dari momen-momen seperti ini tentunya berjualan apakah itu jualan makanan, pakaian dan lain sebagainya,” ungkapnya.
Sebutan Bagan Heritage memang tak berlebihan. Pasalnya, tradisi Bakar Tongkang merupakan wujud penghormatan untuk memperingati milad Dewa Kie Ong Ya, yang diyakini sebagai dewa pelindung kota. Secara historis, ritual ini terhubung hikayat asal-muasal Kota Bagansiapiapi yang mayoritas dihuni warga Tionghoa.
Ritual bakar tongkang menyiratkan makna jauh lebih sakral, ketimbang perayaan Imlek maupun Cap Go Meh. Hampir seluruh warga Tionghoa yang lahir di kota ini, seperti “kembali” dari perantauan dan berkumpul bersama sanak saudara. Mereka melebur dalam gemerlap dan kemeriahannya.
Hikayat Bakar Tongkang, bermula ada 3 kapal tongkang dalam ekspedisi. Namun, hanya satu kapal mencapai pantai Sumatera. Dipimpin Ang Mie Kui, kapal berhasil tiba di pantai Riau karena mengikuti kunang-kunang – warga lokal dikenal sebagai siapi-api. Mereka lantas memutuskan untuk menetap di sini dan bersumpah tidak akan kembali ke tanah air mereka.
Keputusan bersejarah para migran ini, ditandai membakar Kapal tongkangnya, yang kini setiap tahun dirayakan dengan membakar replika kapal tradisional Tiongkok di puncak festival. Selama festival, dengan berbagai ritual serta doa oleh peserta di pura utama, biasanya diawali prosesi budaya, berbagai atraksi oriental seperti Barongsai juga panggung hiburan dari
Puncaknya pembakaran replika kapal besar, kerumunan dengan cemas mengantisipasi di mana tiang utama akan jatuh. Warga setempat percaya arah dimana tiang utama jatuh akan menentukan nasib mereka di tahun mendatang. Artinya, Jika tiang laut jatuh ke laut, dipercaya keberuntungan datang dari laut. Sebaliknya jatuh ke darat, keberuntungan dari daratan.
Replika kapal biasanya berukuran sampai 8,5 meter, lebarnya 1,7 meter dan beratnya mencapai 400Kg. Kapal itu akan disimpan untuk satu malam di Klenteng Hok Hok Eng. Kemudian diberkati lantas dibawa dalam sebuah prosesi ke tempat di mana kapal ini akan dibakar.
Prosesi tongkang juga melibatkan atraksi Tan Ki, dimana sejumlah orang menunjukkan kemampuan fisiknya yang luar biasa dengan menusuk diri dengan pisau tajam atau tombak namun tetap tidak terluka, agak mirip dengan tradisi Tatung di Singkawang di Kalimantan Barat.
Sesampainya di situs tersebut, ribuan potongan kertas permohonan berwarna kuning akan dilekatkan pada kapal yang membawa doa dari orang-orang untuk nenek moyang mereka, sebelum kapal tersebut akhirnya dibakar.
Ritual ini juga merupakan manifestasi ucapan terima kasih oleh rakyat kepada para dewa Ki Ong Ya dan Tai Su Ong yang membawa nenek moyang mereka dengan selamat hingga sampai ke Bagansiapi-api. Para dewa Ki Ong Yan dan Tai Su Ong mewakili keseimbangan antara kebaikan dan kejahatan, kebahagiaan dan kesedihan, serta keberuntungan dan bencana. (redaksibisniswisata@gmail.com)