ART & CULTURE

120 Penari Marakkan Tari Thengul Massal di Bekas Tambang

BOJONEGORO, bisniswisata.co.id: Tari Thengul terus dilestarikan, digelorakan dan dikenalkan ke generasi milenial. Tarian tradisional yang terinspirasi Wayang thengul dari Bojonegoro, Jawa Timur ini, biasanya dipentaskan oleh penari secara berkelompok dengan gerakan, ekspresi dan kostum yang menyerupai Wayang thengul. Kini, tari thengul dipentaskan secara massal.

Sekitar 120 penari Thengul dari berbagai lintas generasi bakal pentas dalam kegiatan lomba desain relief di bekas penambangan batu kapur Gajah Watu Jodo di Desa Gajah, Kecamatan Baureno Bojonegoro, pada 24 hingga 25 November 2018.

“Tari Thengul ini merupakan tarian kreasi yang diciptakan selain untuk seni, juga sebagai wujud apresiasi dan upaya untuk mengangkat kembali kesenian Wayang thengul yang hampir tenggelam seiring dengan perkembangan jaman,” papar Kepala Bidang Kelembagaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Bojonegoro, Dyah Enggrini Mukti dalam keterangannya di Bojonegoro, Senin (29/10/2018).

Dilanjutkan, Disbudpar merekrut puluhan guru tari di kecamatan wilayah Bojonegoro untuk memperoleh pelatihan tari Thengul. Nantinya guru tari yang sudah memperoleh pelatihan tari Thengul itu, sehingga dapat merekrut para siswa untuk dilatih.

“Tari Thengul massal ini baru pertama kali digelar. Diharapkan tahun-tahun berikutnya, jumlah penari Thengul semakin banyak seperti tari Gandrung Banyuwangi yang pesertanya sampai ribuan,” kata dia.

Selain ada tari Thengul massal, sambung Dyah seperti dilansir laman Antara, di dalam kegiatan lomba desain relief itu juga akan dimerihkan penyanyi, antara lain, Anji atau Erdian Aji Prihartanto dan artis ibu kota lainnya.

Gunung Waju Jodo adalah kawasan penambangan batu kapur yang sudah tidak ditambang sejak 10 tahun lalu. Luas kawasan ini mencapai 20 hektar. Terkait pelaksanaan lomba desain relief pemerintah setempat bekerja sama dengan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Tema lomba adalah sejarah Bojonegoro. “Tim ISI yang meninjau lokasi GWJ menilai lokasinya sangat bagus untuk dikembangkan menjadi kawasan objek wisata,” kata Dyah Enggrini.

Ia memberikan gambaran bahwa dalam lomba desain relief di GWJ yang terdapat lima gunung kapur itu akan ada 20 pemahat dari ISI yang akan membuat relief. Masing-masing pemahat akan membuat tiga desain relief. “Tapi sebenarnya ini lomba terbuka untuk umum yang bisa diikuti peserta dari luar daerah misalnya, dari Universitas Surabaya (Unesa) juga yang lainnya,” kata dia menjelaskan.

Ia juga menambahkan bahwa kegiatan desain relief di GWJ itu juga sebagai usaha daerahnya mengembangkan Geopark Nasional hamparan minyak bumi sekaligus memeriahkan Hari Jadi Bojonegoro (HJB) ke-341.

Menurut sumber sejarah yang ada, Tari Thengul ini diciptakan tahun 1990-an oleh Joko Santoso dan Ibnu Sutawa. Awalnya mereka diminta Dinas P dan K Kabupaten Bojonegoro untuk menciptakan suatu tarian kreasi baru, yang akan ditampilkan di acara pekan budaya provinsi Jawa Timur.

Setelah jadi dan ditampilkan pada acara itu, ternyata mendapat sambutan yang baik dengan memenangkan kategori penampilan terbaik. Dari Sehingga Tari Thengul banyak dikenal masyarakat luas dan menjadi salah satu tarian tradisional di Bojonegoro, Jawa Timur.

Tari Thengul ini biasanya ditampilkan tujuh orang penari putri dengan kostum dan tata rias muka putih seperti boneka. Penari tersebut menari layaknya Wayang thengul dengan gerakan yang kaku dan ekspresi yang terlihat lucu sehingga memunculkan kesan humor dan menghibur dalam setiap pertunjukannya. Gerakan dan ekspresi itulah yang menajadi salah satu ciri khas dari Tari Thengul ini.

Dalam pertunjukannya diawali dengan buka gender dan dilanjutkan dengan slantem bersama oklik. Kemudian penari keluar dengan jalan pinokio dan dilanjutkan dengan buka cluluk, jogedan, playon, guyonan dan kemudian di tutup dengan kayon.

Dalam pertunjukan Tari Thengul ini juga diiringi berbagai alat music tradisional seperti oklik, ithik – ithik, biola dan gamelan laras slendro. Selain musik pengiring juga diiringi dengan tembang dan senggakan.

Untuk kostum dan tata rias yang digunakan pada tari tengul ini, penari bentuk layaknya karakter Wayang thengul. Wajah penari dirias dengan warna putih dengan garis hitam pada rambut, alis dan mata. Untuk busana digunakan, pada bagian atas menggunakan busana seperti kemben dan pada bagian bawah menggunakan kain panjang bercorak bledak. Pada bagian kepala menggunakan cundhuk berbentuk seperti Wayang thengul. (redaksibisniswisata@gmail.com)

Endy Poerwanto