MALANG, bisniswisata.co.id: Larangan merayakan upacara peringatan HUT ke-73 Republik Indonesia di puncak gunung, terus bergulir. Setelah Gunung Gede (Jawa Barat), Gunung Merapi (Jawa Tengah), Gunung Rinjani (NTB), kini giliran Gunung Semeru di Jawa Timur melarang wisatawan pendaki untuk kegiatan serupa. Semua pelarangan dilakukan terkait dengan keselamatan dan kondisi alam yang tak bersahabat..
“Kegiatan upacara Peringatan HUT Kemerdekaan RI hanya boleh dilaksanakan di Ranu Kumbolo dan Kalimati, tidak boleh di puncak gunung Semeru,” ungkap Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo, Tengger, Semeru (BB TNBTS), John Kennedie, seperti dikutip laman Medcom.id, Rabu (15/08/2018).
John menjelaskan, batas pendakian hanya diperbolehkan sampai Kalimati. Oleh karena itu, pendaki bisa menggelar upacara di Ranu Regulo, Ranu Pani, Ranu Kumbolo, dan Kalimati.
“Ranu Kumbolo itu sebenarnya bisa digunakan upacara oleh 2.000 orang. Kalau di puncak tidak diperkenankan. Tapi pasti ada saja yang ke puncak. Padahal kita sudah berikan imbauan agar pendaki tidak ke puncak dan hanya sampai Kalimati saja,” jelas John.
Kuota pendakian yang diberikan jelang 17 Agustus pun tidak ditambah, yakni hanya 600 pendaki per hari. Sebab, Gunung Semeru hanya memiliki daya tampung sekitar 2.000 orang. “Saat ini kuota sudah penuh. Dengan kuota 600 orang, maka dalam tiga hari ada 1.800 pendaki di Gunung Semeru, termasuk 200 orang guide dan petugas TNBTS. Total 2.000 orang,” beber John.
Saat ini pendaftaran pendakian Gunung Semeru hanya bisa dilakukan secara online. Namun, John mengaku bakal memberikan dispensasi kepada pendaki yang berasal dari luar negeri atau mancanegara. “Wisatawan Pendaki luar negeri boleh mendaftar langsung di tempat, bila jumlahnya tidak banyak, 2-3 orang. Kalau banyak ya harus booking online,” ungkap John.
Kegiatan peringatan HUT Kemerdekaan RI di Gunung Semeru didukung oleh komunitas Gimbal Alas sebanyak 50 orang, dengan rincian tugas 10 orang bertugas di Kalimati, 20 orang di Ranu Kumbolo, dan 20 orang sisanya bertugas membantu administrasi dan pengecekan pendaki di Ranu Pani.
“Kegiatan ini juga didukung oleh mahasiswa pecinta alam HIMAKPA dari Institut Teknologi Nasional Malang sebanyak 14 orang dengan tugas mempersiapkan peralatan untuk upacara di Ranu Kumbolo dan Kalimati,” pungkas John.
Di sisi lain, John mengaku juga bekerjasama dengan Komunitas Gimbal Alas untuk membantu administrasi di resort, pengecekan peralatan, pengecekan tiket di pintu masuk dan penjagaan di blok Poo untuk menghindari pendaki yang ingin naik tanpa prosedural. (NDY)