Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, KGPAA Paku Alam X dan Wali Kota Yogyakarta, Haryadi Suyuti, yang membuka event ini. ( Foto: Satrio Purnomo)
JOGJAKARTA, bisniswisata.co.id: Kawasan Tugu Pal Putih Jogyakarta dipadati ribuan warga maupun wisatawan mancanegara yang menghadiri Wayang Jogja Night Carnival 4 yang mengusung tema Ringgit Wanara Kagungan Dalem Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau yang juga dikenal sebagai Wayang Kapi-kapi.
Tugu selain sebagai lambang kota Ngayogyakarta adalah sebuah tugu atau monumen yang sering dipakai sebagai simbol maupun sebagai penunjuk arah dari kraton ke arah puncak gunung Merapi.
Event wayang yang pelaksanaannya bertepatan dengan HUT Kota Yogyakarta ke-263 ini mengulang kesuksesan Wayang Jogja Night Carnival tahun lalu dan menjadi event tahunan terbesar di Kota Yogyakarta kembali.
Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, KGPAA Paku Alam X dan Wali Kota Yogyakarta, Haryadi Suyuti, yang membuka event ini. Dalam sambutannya, Haryadi Suyuti menyebut ada puluhan ribu masyarakat yang menghadiri acara ini.
“Event ini disaksikan oleh 60 ribu orang. Tentu manfaatnya luar biasa terutama pada aspek ekonomi. Melalui event ini kami ingin berbagi kebahagiaan dengan masyarakat yang atas bersyukur bertambahnya usia Kota Yogyakarta,” katanya, malam ini, Senin (7/10/2019).
Event ini juga akan menjadi ajang mendekatkan masyarakat dengan 14 karakter wayang Kapi-kapi yang jarang terekspos. Wayang Kapi-kapi sendiri merupakan wayang milik Kraton Yogyakarta yang jarang go public. Ia terbilang unik, lantaran memiliki bentuk perpaduan bagian tubuh hewan yang merepresentasikan kehidupan di dunia, ” kata Yetti Martanti, S.Sos,M.M. selaku Show Director WJNC.
Adapun ke-14 karakter Wayang Kapi-kapi itu terdiri dari wayang Kapi Kingkin, wayang Jaya Harima atau wayang Kapi Harima, wayang Kapi Wraha, wayang Kapi warjita atau Kapi Wercita, wayang Kapi Jaya Anala atau Kapi Anggeni, wayang Kapi Satabali.
“Agar masyarakat bisa mengenal wayang Kapi-kapi dan memaknai filosofinya dalam kehidupan sehari-hari. Karena wayang Kapi-kapi sendiri mengajarkan agar kita harus saling mengayomi meski memiliki pribadi berbeda-beda, sangat pas untuk konteks seperti sekarang,” ujar Yetti Martanti.
Wayang Kapi Kingkin, misalnya, yang memiliki bentuk perpaduan antara kepiting dan kera. Merupakan ciptaan Sang Hyang Baruna (Dewa Ikan), ia memiliki andil besar dalam menyelamatkan proses pembangunan jembatan menuju Negara Ngalengka.
Ada juga tarian wayang Kapi Liman Dhesthi, memiliki badan perpaduan gajah dan kera. Bala tentara Pancawati ini berperan penting saat pengeroyokan Raden Kumbakarna. Para penari dengan kostum bagian kepala seperti gajah ini menari dengan lincah dan mendapat sambutan yang besar dari para penonton.
“Terdapat 7 seniman profesional sebagai tim kreatif yang membantu peserta dalam mengawal proses produksi peserta, yaitu KPH Notonegoro, RM. Kristiadi,S.Sn., Ali Nursotya Nugraha, M.Sn., Anon Suneko,M.Sn., Emerentiana Tri Ikhtiarningsih,S.Pd., Agung Tri Yulianto,S.Sn dan Hermawan Sinung Nugroho, S.Sn,” imbuh Yetti.
Di antara 7 seniman profesional itu, lanjutnya, salah satunya adalah KPH Notonegoro yang merupakan sosok yang sangat concern dalam mengembangkan budaya Kraton. Dengan adanya kreativitas dan pengetahuan yang dimiliki, Yetti berharap masyarakat semakin mengenal Wayang Kapi-kapi.
Karnaval wayang Kapi-Kapi melewati rute sepanjang jalan Jenderal Sudirman, Tugu Pal Putih, dan Jalan Margo Utomo.
Pembukaan gelaran ini diawali dengan arak-arakan Urang Ayu, seorang putri cantik anak dari Baruna (raja penguasa laut yg berbadan ikan). Suaminya adalah seorang kera sakti yang sangat termasyur bernama Anoman.
Arak-arakan juga menampilkan sebuah kendaraan bernuansa udang dan di atasnya diramaikan dengan perempuan-perempuan cantik dengan balutan kostum udang. Karnaval di tutup dengan kendaraan dengan tema Anjani. seorang perempuan yang semula berwajah cantik, berubah menjadi berwajah kera. Suami Anjani adalah Bathara Guru, penguasa alam semesta.