PANDEGLANG BANTEN, bisniswisata.co.id: Wayang golek, salah satu ragam kesenian wayang terbuat dari bahan kayu yang merupakan hasil perkembangan wayang kulit. Dulu Wayang Golek pertama kali diperkenalkan Sunan Kudus di daerah Kudus, Cirebon lalu Parahyangan hingga kawasan Banten. Kini Wayang Goek menjadi media yang sangat efektif dalam mengedukasi kesadaran masyarakat terhadap bencana yang kerap melanda wilayah Banten.
Lewat kesenian tradisional ini, masyarakat dapat memahami bencana dan bersiap menghadapi bencana, seperti gempa bumi dan tsunami yang bisa sewaktu-waktu terjadi. Apalagi Kabupaten Pandeglang berpotensi banjir, gempa bumi, tsunami, kekeringan, puting beliung, dan letusan gunung api. Di Banten, ancaman bencana juga cukup tinggi, seperti puting beliung.
“Kita perlu tahu, adanya ancaman bencana di daerah Panimbang, Pandeglang. BNPB bukan menakuti-nakuti, tapi mengingatkan, mengedukasi, dan mensosialisasikan dalam mengambil inisiatif melakukan penyelamatan diri,” papar Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Agus Wibowo sesuai keterangan tertulis yang diterima Bisniswisata.co.id, Ahad (6/10/2019).
Salah satu cara edukasi bencana, sambung dia, yakni membangun komunikasi melalui kesenian tradisional. Ini merupakan model saluran komunikasi menyampaikan pesan kepada masyarakat.”
Pagelaran wayang golek dengan dalang Opick Sunandar Sunarya, Mekar Arum 2 Giriharja yang digelar pada 5 Oktober 2019 di lapangan Reunghas, Desa Citeureup, Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang, Banten dipilih menyampaikan edukasi bencana. Edukasi bencana disampaikan di sela-sela pertunjukan mendalang wayang golek dengan bahasa daerah Sunda. “Cara ini cukup efektif membuat masyarakat teredukasi sekaligus terhibur,” ujar Agus.
Edukasi sadar bencana melalui acara pagelaran kesenian tradisional daerah diharapkan dapat memberikan contoh bagi pemerintah daerah dalam melanjutkan sosialisasi bencana. “Libatkan berbagai komponen, pemerintah daerah, dan masyarakat (untuk sosialisasi bencana). Semoga acara ini (edukasi bencana lewat wayang golek) bermanfaat bagi masyarakat dan menjadi contoh pemerintah daerah mewujudkan masyarakat yang tangguh bencana,” pesan Agus.
Camat Panimbang, Suhaedi Kurdiatna menjelaskan, Panimbang yang berada sejauh 28 km dari pantai mempunyai potensi bencana tsunami. Pasca bencana tsunami Desember 2018 lalu, sebulan kemudian Panimbang diterjang puting beliung.
Pusdatinmas BNPB terus melakukan edukasi sekaligus sosialisasi budaya sadar bencana. Banten termasuk lokasi kelima sosialisasi pada tahun 2019. Sebelumnya, edukasi bencana dilakukan di Bogor, Gresik, Pekalongan, dan Karangasem, Bali.
Di sisi lain, berkembangnya media sosial juga semakin menambah daftar hoaks bencana. Masyarakat diminta hati-hati dalam bermedia sosial. “Peroleh berita dari sumber yang resmi, seperti dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) atau BNPB,” saran Agus. (redaksibisniswisata@gmail.com)