TECHNO

Virtual Hotel Operator Ramai-ramai Serbu Pasar Indonesia

JAKARTA, bisniswisata.co.id: Bisnis hotel di Indonesia kian menjanjikan. Terbukti, pemain Virtual Hotel Operator (VHO) ramai-ramai menyerbu pasar Indonesia. Dua pemain OYO Hotel dan RedDoorz boleh dikatakan sedang beradu kuat untuk berebut pasar di Indonesia. Juga ada pemain asing lainnya yang ikut bertarung Airy Rooms kini Airy Indonesia, ZenRooms, NidaRooms, juga akan masuk Zuzu Hotel.

OYO Hotel, raksasa bisnis jaringan hotel asal India secara agresif melakukan eskpansi di Indonesia. Berbekal pendanaan dari Softbank, OYO mempersiapkan modal US$100 juta, sekitar Rp1,4 triliun dalam rentang waktu lima tahun ke depan, untuk memperkokoh posisinya di Indonesia.

OYO bahkan mengklaim sebagai pelaku jaringan bisnis hotel dengan pertumbuhan tertinggi di dunia di tahun 2018 lalu, yang menunjukkan keseriusannya untuk memperluas jaringan hotelnya termasuk di Indonesia.

Sementara RedDoorz, seperti dilansir wartaekonomi, Jumat (15/03/2019) dikabarkan tengah menggalang pendanaan Seri B yang dipimpin oleh modal ventura asal China, Qiming Venture Partners. Target dana yang hendak dikumpulkan mencapai US$50 juta, sekitar Rp712 miliar.

Bisa tercapai, total dana yang dikumpulkan startup tersebut akan mencapai US$70 juta, sekitar Rp997 miliar. Pendanaan tersebut akan digunakan untuk kebutuhan branding jaringan hotel dan memperkokoh infrastruktur RedDoorz, terutama dari segi teknologi dan kebutuhan ekspansi.

Selain dua nama tersebut, ada beberapa pemain VHO yang lebih dulu eksis, seperti Airy Rooms sekarang Airy Indonesia, ZenRooms, NidaRooms, Tinggal Zuzu Hotel. Beberapa nama tersebut dikabarkan sudah berhenti beroperasi, seperti Tinggal yang putar haluan ke bisnis SaaS, dan Nida Rooms berubah menjadi Nida Hotel.

Beberapa pemain terdahulu tersebut kurang berkembang di Indonesia karena pendanaan yang diterima tidak berlanjut. ZenRooms saat berdiri tahun 2015 berbekal pendanaan US$8 juta, dan NidaRooms di tahun yang sama berbekal dana US$11 juta, demikian juga dengan Tinggal yang hanya dibekali US$1 juta. Kecilnya modal dan mungkin karena momentum yang belum tepat, bisnisnya kala itu tidak berkembang dengan pesat.

Namun ada nama yang saat ini masih bertahan, yakni Airy, tidak diketahui berapa pendanaan yang diterima saat berdiri tahun 2015. Nasih baik dialami oleh startup ini, yang berkembang dengan baik dan bertahan hingga sekarang, tengah total kunjungan sekitar 3 juta per bulan. (NDY)

Endy Poerwanto