SANUR, BALI, bisniswisata.co.id: “Apakah syarat untuk seseorang menjadi digital nomad?”, tanya Rio Pasaribu CEO Founder REDY Indonesia selaku pemandu pada Talk Show Virtual Career Fair di Sanur. Event bertajuk BALI kemBALI BEKERJA, menghadirkan 11 pembicara tamu dari beragam profesi.
Menanggapi pertanyaan tersebut Jeffrey Wibisono V, General Manager House of OM —perusahaan holistik berbasiskan komunitas dan Sekolah guru yoga — menyatakan, digital nomad itu sangat spesifik.
https://www.youtube.com/watch?v=e525UxKlQz0
Menurut Jeffrey, digital nomad adalah orang yang memiliki skill-set, self-starter, matang dalam keilmuannya, produktif dengan less supervision. Sebagai individu, memiliki kemampuan berkolaborasi dengan orang lain dengan skill-set berbeda. Kemampuan berkolaborasi, bekerjasama membangun ekosistem dalam lingkup sektor-sektor industri pendukungnya.
Pembicaraan dalam talk show berlanjut dan berkembang, bahwa lazimnya tuntutan pekerjaan adalah menguasai bahasa asing, minimum bahasa Inggris. Alasannya? Seorang digital nomad secara nasionalis adalah “diplomat” informal bagi negara asalnya. Dan menjadi seorang diplomat harus mampu berdiplomasi, untuk mampu berdiplomasi, tentunya harus menguasai bahasa orang-orang yang akan berkaitan erat dengan misi nasional yang diemban, jelas Jeffrey.
Caranya?
Tips cara belajar termudah adalah dengan melakukan yang kita senangi. Misalnya menonton film yang bahasa Inggris tanpa text. Atau mendengarkan lagu. Latihan mendengar dan mengucapkan kata perkata dengan suara keras dan berulang-ulang untuk mendapat aksennya. Hafalkan saja. Kalau sudah lancar, baru belajar grammar-nya, ungkapnya lebih jauh.
Personality Introvert menjadi Extrovert
Bagaimana dengan mereka yang introvert memasuki dunia digital nomad?
Perlu diketahui, Jeffrey penulis buku “ Catatan Edan Penuh Teladan” adalah seorang introvert kemudian menjadi extrovert dan juga telah menjalankan dunia kerja yang “ memerdekan diri” dari keterbatasan ruang dan waktu.
Menurut Jeffrey, jawabannya adalah dari berlatih untuk membantu orang lain. Kata kunci nya, dari telephone courtesy “How can I help you?” Dengan berbekal kata kunci “help” ini, tegasnya kemampuan berinteraksi dengan orang lain meningkat terutama yang berhubungan dengan pekerjaan. Kemudian mampu membuka diri dengan belajar dari orang lain.
Dalam sejarah karir Jeffrey dengan berbekal bahasa Inggris dan kemampuan berkomunikasi, dia dikenal sebagai seorang salesman dan praktisi public relations yang diperhitungkan. Dia adalah owner Hospitality Industry Consultant Indonesia in Bali, Telu Learning Consulting, Jasa Konsultan Hotel, menejer di House of Om, juga seorang copywriter.
Talk Show dengan gaya informal menekankan pada hal salesmanship yang memerlukan relationship jangka panjang dalam membangun dan membina kepercayaan. Profesi salesman dan customer service membantu orang lain, sebagai solution provider. Dan pekerjaan tersebut menjadi salah satu pilihan pekerja digital nomad dengan dukungan teknologi sebagai tools kerja.
Talkshow ditutup oleh Rio Pasaribu dengan pesan “Jangan pernah putus asa. Tetaplah berusaha. Pada saat butuh pertolongan, nyatakanlah”