DENPASAR, bisniswisata.co.id: Dua wisatawan Irlandia sempat mengira gempa Lombok, Nusa Tenggara Barat sebagai badai. Saat gempa berkekuatan 7 skala Richter mengguncang Lombok, mereka sedang berada di tengah laut. Patricia Mulraney (25) dan temannya Leona Reynolds, warga Irlandia yang tinggal di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, berlibur ke Indonesia sejak 29 Juli lalu.
Saat gempa mengguncang, keduanya berada di perahu speedboat di Pulau Gili Trawangan. Akibatnya gelombang besar menghantam perahu mereka. Mulraney menggambarkan situasi mengerikan karena terdampar di pulau itu bersama dengan ribuan turis lainnya serta penduduk setempat yang tidak bisa menyelamatkan diri karena jumlah kapal penyelamat yang terbatas.
“Saat kita di atas speedboat menuju pulau itu, ada gelombang besar yang menghantam kami, dan hampir mengakibatkan perahu kami terbalik. Itu sangat menakutkan. Kita tidak tahu kalau itu adalah gempa bumi, dan mengira bahwa itu hanya badai,” kata Mulraney kepada Khaleejtimes.com dari Bandara Internasional Ngurah Rai Bali, Rabu kemarin.
“Nakhoda kapal meminta kami untuk lompat ke air, dan kita harus berenang kearah pantai. Situasinya berantakan. Penduduk lokal berlarian dan berteriak ketakutan, dan kita tidak tahu apa yang terjadi,” kata dia menambahkan.
Setelah Mulraney dan temannya diberitahu dengan orang yang mengerti bahasa inggris bahwa itu adalah gempa bumi, mereka langsung naik ke salah satu perahu kecil yang digunakan untuk mengevakuasi orang-orang. Rumornya akan ada gempa susulan pada hari itu juga.
“Lebih dari 20 penduduk lokal berdesakan di kapal penyelamat. Orang-orang mulai berkelahi dan saling tarik-menarik untuk bisa naik dan mendorong mereka ke dalam air,” kata dia sambil menambahkan beberapa penduduk lokal berusaha memeras turis untuk membawa mereka ke daratan.
Menurut Mulraney, prosedur yang diberikan saat naik ke perahu adalah orang yang terluka dipersilahkan untuk naik terlebih dahulu. “Seorang pria yang terluka didorong keluar dari perahu dan sekarang berada di kursi roda. Saya sedang menelpon mama saya dan yang dia dengar hanya suara jeritan,” ujarnya.
“Satu perahu mulai berjalan namun tenggelam seketika karena banyaknya orang-orang yang berada didalamnya, ada satu wanita yang diinjak-injak, dan mereka berusaha mengusir turis yang naik ke perahu,” kata dia menambahkan.
Setelah menunggu selama tujuh jam, Mulraney dan temannya berhasil dievakuasi dengan kapal besar dan langsung menuju ke bandara. “Kami senang bisa berada di dalam kapal. Penduduk lokal benar-benar tidak menghiraukan kami. Saya pikir mereka sedang tidak menyadari apa yang sedang terjadi. Namun, masih ada orang yang baik, orang di hotel contohnya, dia memasak makanan untuk semua orang di Pulau,” katanya.
Mulraney dan Reynolds seharusnya dijadwalkan naik pesawat ke Abu Dhabi pada 8 Agustus, namun karena adanya gempa susulan, dirinya mempercepat penerbangannya di tanggal 7 Agustus pukul 6 sore waktu setempat. “Ada pemberitahuan bahwa akan terjadi gempa susulan, jadi kita ingin pergi secepat mungkin dari sini,” katanya.
Ratusan korban tewas dan ribuan rumah rusak akibat gempa Lombok, NTB, Minggu (5/8). Setelah ratusan gempa susulan, sebuah gempa berkekuatan 6,2 skala Richter dengan kedalaman 12 kilometer kembali mengguncang NTB pada Kamis (9/8). (NDI)