LEMBATA NTT, bisniswisata.co.id: Destinasi wisata Lembata Nusa Tenggara Timur (NTT) semakin dikenal wisatawan nusantara hingga mancanegara. Daya tariknya proses penangkapan ikan paus dengan cara tradisional oleh masyarakat Lamalera, Lembata. Juga ada obyek wisata pantai yang sangat indah, wisata gunung yang menakjubkan, wisata alam dan wisata budaya yang mengasyikkan.
Tak heran, jika kunjungan wisatawan semakin meningkat. Peningkatan ini diiringi dengan sampah plastik yang menyebar dimana-mana. Bahkan kesadaran penduduk setempat terhadap kebersihan serta membuang sampah yang benar masih perlu ditingkatkan, Apalagi lambatnya
penanganan sampah, sehingga menggerakkan komunitas masyarakat yang mengelola sampah.
Trash Hero, sebuah komunitas peduli sampah yang dibentuk para pemuda di Lembata, setiap akhir pekan aktif memungut, memilah dan membuang sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Komunitas ini juga melakukan edukasi kepada anak-anak tentang kebersihan.
Maria Theresia Wilibrodada, Leader Trash Hero chapter Lembata mengatakan, komunitas yang dibentuknya setiap akhir memiliki agenda tetap yakni mengumpulkan dan membuang sampah plastik ke TPA. Inisiatif ini dilakukan karena prihatin dengan sampah plastik yang terus menumpuk di tempat-tempat umum, terutama tempat-tempat wisata.
“Setiap harinya kota Lewoleba memproduksi sampah plastik 500 kg per hari. Kami tidak memiliki tendensi politik atau apapun. Semua hanya karena keprihatinan, masalah sampah akan menjadi faktor yang memproduksi penyakit, tanpa disadari,” ujar Wilda seperti dilansir laman Medcom, Rabu (14/08/2019).
Komunitas yang dibentuknya terdiri dari belasan pemuda yang bekerja di sektor pemerintah, swasta maupun pemuda yang baru lulus kuliah. Disebutkan aktivitas sosial yang digelutinya setiap akhir pekan ini mendapat berbagai respons dari masyarakat.
“Sampai sekarang kami sudah mengumpulkan sampah plastik sebanyak 2000 kg. Kemudian dari sampah plastik itu kami pilah lagi yang cukup bersih dan layak didaur ulang. Seperti botol plastik, kemasan plastik, pembungkus permen, pembungkus makanan, kantong plastik, kaleng dan botol kaca. Sisanya yang tidak dapat didaur ulang akan kami buang ke TPA,” terangnya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Lembata, Quintus Irenius Suciadi mengungkapkan bahwa hingga kini pihaknya masih kesulitan menangani sampah dalam kota. “Kami hanya punya 17 petugas kebersihan, 2 orang supir truk pengankut sampah, 7 orang operator bentor sampah, dan 6 sisanya menjadi petugas pungut sampah.
Dengan jumlah petugas terbatas kami hanya mampu menjangkau jalan-jalan protokol di dalam kota. Kami butuhkan 50 personel pasukan kuning dan 9 kontainer sampah untuk mengatasi persoalan sampah di dalam kota Lewoleba,” ungkapnya sambil menambahkan tahun anggaran 2020, nanti program penambahan personel pasukan kuning itu diakomodir dalam APBD 2020. (NDY)