Oleh: Hamzah Pribadi
JAMBI, bisniswisata.co.id: Strategi Indonesia dalam menghadapi pasar Afrika dan Timur Tengah menjadi perhatian menarik peserta bedah buku Diplomasi Indonesia di Universitas Jambi. Hal ini menandakan kecenderungan dan perkembangan hubungan yang dinamis dan sekaligus perlu menjadi perhatian.
Penyelenggaraan Bedah Buku yang berlangsung Jumat, 11 Juni 2021 ini merupakan bagian dari program studi (prodi) acara Universitas Jambi. Kegiatan tersebut antara lain mendengarkan paparan dari 3 (tiga) diplomat senior, yakni Dr. Darmansjah Djumala, Dubes RI untuk Austria merangkap Wakil Tetap RI pada PBB di Wina, Bagas Hapsoro SH. MA, Dubes RI untuk Swedia periode 2016-2020, dan Drs. Simson Ginting, Kepala Fungsi Politik KBRI Zagreb tahun 2010-2014.
Beberapa pertanyaan yang muncul adalah berkembangnya gerakan lingkungan hidup di Eropa yang menyoroti perluasan penggunaan lahan untuk kelapa sawit. Pertanyaan lainnya adalah strategi Indonesia dalam menghadapi pasar Afrika dan Timur Tengah.
Pertanyaan tentang kelapa sawit tersebut ditanggapi Dr. Darmansjah Djumala, Dubes RI untuk Austria merangkap Wakil Tetap RI untuk PBB di Wina. Dijelaskan oleh Djumala bahwa Indonesia menentang keras keputusan Eropa untuk mengadopsi Delegated Regulation yang mengklasifikasikan minyak kelapa sawit sebagai minyak nabati beresiko tinggi terhadap terjadinya indirect land use change impacts (ILUC) yang tidak berkelanjutan berdasarkan standar sepihak dan tidak dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
Sebagaimana diketahui Komisi Eropa, melalui regulasi tersebut, menegaskan bahwa tujuan dari Delegated Regulation adalah bukan untuk mempromosikan sektor minyak nabati yang berkelanjutan, namun untuk menghapus secara bertahap dan melarang impor minyak kelapa sawit dengan tujuan melindungi dan mempromosikan minyak nabati yang diproduksi oleh UE.
Pemerintah Indonesia juga menyayangkan komentar-komentar dari institusi UE dan pihak terkait lainnya yang menganggap bahwa kebijakan tersebut terlalu lunak dan menghendaki pelarangan total kelapa sawit.
Bagi mereka yang mempercayai keberlanjutan dan perlindungan lingkungan, kiranya penting untuk mengesampingkan ILUC yang bersifat politis dan bekerja sama dengan negara-negara produsen kelapa sawit untuk pencapaian UN Sustainable Development Goals (SDGs) 2030.
Pemerintah Indonesia membuka lebar peluang kerja sama dengan seluruh pihak yang secara tulus memiliki perhatian terhadap isu lingkungan yang berkelanjutan.
Mengingat masalah ini tidak direspon dengan baik oleh Komisi Eropa, Indonesia telah membawa kasus ini ke World Trade Organization (WTO). Diharapkan pada keputusan WTO bulan Agustus 2021 nanti para panelis WTO dapat memperhatikan pentingnya kebutuhan negara berkembang.
Dalam kaitan tersebut, pendekatan UE dalam mengatasi permasalahan minyak nabati yang berkelanjutan ini tidaklah cermat, disesalkan, dan tidak dapat diterima.
”Penting kiranya untuk kembali mengingat kontribusi signifikan kelapa sawit terhadap aspek sosial dan ekonomi di Indonesia, khususnya dalam hal pengentasan kemiskinan dengan membuka 17 juta lapangan pekerjaan, yang diantaranya termasuk juga empat juta petani kecil”, tegas Djumala.
Walaupun Komisi Eropa dan negara anggotanya berkomitmen dalam pencapaian SDGs, namun perkembangan sosial dan ekonomi yang ditimbulkan oleh kelapa sawit nampaknya tidak dianggap penting atau memiliki nilai oleh Uni Eropa sendiri.
Pasar Afrika dan Timur Tengah yang masih terbuka
Melalui kolom chats, Bagas Hapsoro, mantan Dubes RI untuk Swedia menanggapi pertanyaan tentang prospek pasar Afrika dan Timur Tengah, Bagas menjelaskan secara singkat. Beberapa negara Afrika dan Timur Tengah telah menjadi pintu masuk bagi kawasan Timur Tengah, Afrika, dan Eropa.
Mesir misalnya telah memiliki perjanjian perdagangan bebas dengan Uni Eropa (EU Association Agreement), Negara-Negara Arab (Greater Arab Free Trade Area/GAFTA), Afrika Timur dan Selatan (Common Market for Eastern and Southern Africa/ COMESA), dan kawasan Mediterania (Agadir Agreement).
Diharapkan dengan potensi tersebut, diplomasi Indonesia di Mesir difokuskan pada upaya mengerahkan sumber daya untuk meningkatkan kerja sama di sektor-sektor yang benar-benar potensial membuahkan hasil.
Bagas juga menyampaikan bahwa propinsi Jambi, Sumsel, dan Lampung merupakan daerah wisata dan perkebunan kopi yang subur. Kopi Kerinci mulai disukai di Eropa dan Jepang. Kopi arabika kerinci sangat nikmat disajikan sebagai single origin coffee.
“Dengan teknologi, maka kopi yang kita jual di Cafe akan diberikan QR Code. Dan dari QR ini akan bisa dilacak (tracking) asal-usul kopi, tanggal panen, tanggal pemrosesan, siapa petaninya, eksportir dari perusahaan mana, importir dan cafe penjualannya,” kata Bagas.
Hal Itu adalah solusi pandemi dimana setiap orang saat ini dalam situasi new normal menginginkan traceability.
Simson Ginting sebagai pembahas ketiga menyatakan tentang peranan propaganda dalam hubungan internasional. Disebutkan bahwa melalui propaganda, seseorang dapat dibawa ke mana dia tidak ingin pergi dan melewati jalan yang tidak dia sadari.
Artinya, seseorang dapat melakukan satu tindakan karena merasa harus mela- kukannya dan tindakan itu berasal dari keyakinannya sendiri. Selama persidangan yang berlangsung lebih dari dua bulan, sekitar dua ribu orang dari bagian utara Inggris menandatangani petisi serta mengajukan protes kepada British Aerospace.
Akhirnya, dewan juri yang berjumlah 12 orang membebaskan ketiga orang wanita itu. Berdasarkan Genocide Act (Inggris telah meratifikasi Konvensi Genosida PBB), mereka dinilai tidak bersalah.
Tindakan ketiga WN Inggris ini mempengaruhi opini dunia. Peristiwa itu mendapat liputan luas dari pers internasional, terutama pers Inggris. Intensitas gerakan anti-Indonesia dan mendukung perjuangan rakyat Timor Timur pun terus meningkat. Aksi nekat ketiga wanita itu lahir dari keyakinan yang kuat tentang apa yang dianggap oleh mereka sebagai keadilan dan kebenaran. Menurut propaganda modern, hal-hal seperti itu harus dimanfaatkan untuk melakukan satu tindakan.
Dialog yang sangat bermanfaat
Para pembahas sepakat bahwa kegiatan bedah buku ini merupakan proses penting dalam meningkatkan cara menganalisa hubungan internasional. ”Dalam konteks perubahan paradigma pendidikan nasional, yaitu konsep Merdeka Belajar, mahasiswa tidak saja dituntut memahami konsep dasar dan teori, tetapi harus paham betul bagaimana prakteknya yaitu hubungan luar negeri dan ilmu pemerintahan”, kata Rektor Universitas Jambi Prof Dr Sutrisno dalam sambutannya.
Darmansjah Djumala menjelaskan bahwa tujuan penyusunan buku Diplomasi adalah dilandasi oleh keinginan para penulis untuk berbagi pengalaman dan memberi kontribusi pemikiran bagi masa depan diplomasi Indonesia. Pengalaman diperoleh dan digali saat mereka ditugaskan sebagai diplomat di berbagai negara.
Webinar yang diselenggarakan Fakultas Hukum Universitas Jambi dihadiri oleh ratusan mahasiswa dari berbagai universitas. Perguruan tinggi lainnya yang ikut serta dalam webinar antara lain adalah: Universitas Tanjung Pura, Universitas Alam Negeri, Universitas Sriwijaya, Universitas Lampung, Universitas Lambung Mangkurat, dan Universitas Jember.
Sebagai catatan dalam bulan Juni 2021 ini kegiatan bedah buku diplomasi RI ini juga dilakukan di universitas lain. Yaitu Universitas Kadiri di Kediri, London School of Public Relations, Universitas Lambung Mangkurat dan Universitas Atmajaya Jakarta.
Hamzah Pribadi