NEWS SOSOK

Strategi BPR Lestari Berjalan Dalam Badai di Era  COVID-19  

Alex Purnadi Chandra, pemilik dan pimpinan Bank Perkreditan Rakyat ( BPR ) Lestari ( Foto: @alex-pchandra)

JAKARTA, bisniswisata.co.id: Apa yang dilakukan seorang traveler yang juga bos BPR Lestari di Bali ketika pulau dewata yang dicintainya mendadak sepi wisatawan domestik maupun mancanegara ?

Adalah Alex Purnadi Chandra, pemilik dan pimpinan Bank Perkreditan Rakyat ( BPR ) Lestari asal Bogor yang tetap optimistis bisa berjalan terus menembus badai di era COVID-19 meski setiap orang mengeluh kapan berakhirnya badai.

” Setelah badai pasti ada jalan yang terang. Memang kita sekarang tidak tahu dan belum melihat dimana ujungnya, tetapi terus saja jalan dan jangan berhenti,” ujarnya pada Anton Thedy, pemilik TX travel dan pelopor franchaise travel pertama di Indonesia dalam Live Insta Story Reseller Travel Agency ( RTA) awal pekan ini.

Pria kelahiran Rangkasbitung jelang usia 51 tahun ini sudah  20 tahun membangun jaringan bisnisnya di Bali baik di sektor keuangan yang dijuluki Rural Bank alias perbankan kelas dua, bisnis hotel dan villa serta usaha lainnya.

Dia juga penggemar traveling dan kerap ikut Anton Thedy berwisata dengan TX Travel sehingga hubungan keduanya tidak terputus dengan kesibukan masing-masing. Pemilik jaringan BPR Lestari di Bali, Malang, Solo, Bekasi, Jakarta dan Serpong ini dari awal sudah berpesan nikmati saja berjalan di tengah badai.

Seperti keyakinan umat Muslim bahwa Tuhan tidak akan menguji umatnya diluar batas kemampuannya, maka baru selintas bicara saja Alex sudah menunjukkan sosok pria yang selalu optimistis menghadapi berbagai tantangan dihadapannya.

Berbagi pengalaman menghadapi krisis saat terjadi Bom Bali pertama tahun 2002 dan Bom Bali ke dua tahun 2005 serta menghadapi bencana seperti erupsinya Gunung Agung, Bali, ketika wisatawan domestik dan mancanegara harus dievakuasi, Alex mengaku cukup ketar ketir juga apalagi tahun lalu bisnis yang dikelolanya di BPR capai Rp 6 triliun.

” Erupsi Gunung Agung tahun 2018 sampai tahun berikutnya tidak fatal dan semua aktivitas pariwisata kembali normal bahkan menjadi lebih kuat,” ungkapnya. 

Hal yang sama juga terjadi ketika Bom Bali pertama meledak di Legian. Alex yang rumahnya di Denpasar mendengar jelas dentuman bom di tengah malam. Besok paginya ketika mengecek sebuah tokonya di kawasan Legian barulah paham tempat kejadian sudah seperti lubang kawah, mengerikan.

Toko miliknya kaca-kacanya pecah tapi isi toko yaitu garment tidak ada yang hilang.Setelah itu Bali sepi sekali tidak ada turis yang datang. Kondisi Bali saat ini persis kondisi 2002. Bedanya wisatawan domestik dulu masih bisa jadi juru selamat. Kalau sekarang tidak ada yang  datang. Tiga tahun kemudian pariwisata Bali  bangkit bahkan lebih kuat meski dihantam lagi dengan Bom Bali II.

“Saya mau bilang tidak ada badai yang tidak berlalu. Lewati saja semua,  kan Corona juga datang tidak bilang-bilang dulu sama kita semua jadi lewati periode tanggap darurat ini dengan sabar, introspeksi ke dalam, siapkan karyawan dan perusahaan untuk bangkit lagi,” ujarnya santai.

Alex mengatakan strategi menembus badai di era COVID ini sangat tergantung pada kondisi perusahaan di saat normal dan melakukan ekspansi yang tepat, maupun di saat  kondisi booming alias menguntungkan tentunya sehingga memiliki tabungan untuk hidup survive ditengah badai.

” Kondisi dan posisi kita hari ini tergantung hidup kita sebelumnya karena krisis itu suka atau tidak suka akan berulang datang dan yang kita pelajari hari ini jadi bekal di kemudian hari untuk mampu betjalan di tengah badai apapun,”

Dia ingat sekitar 10 tahun lalu, tokoh-tokoh panutannya seperti Hermawan Kertajaya mengingatkan pentingnya memanfaatkan media social seperti Twitter untuk promosi. Lima tahun kemudian Alex mulai membuat gerakan intern untuk go online karena jika tidak dilakukan akhirnya tamat riwayat alias go home, ujarnya kocak

Itu sebabnya di saat memasuki pandemi global ini, pihaknya yang punya tokoh panutan lain seperti Tum Desem Waringin dan James Gwee langsung action saja dan malah ada produk baru yang disebut Deposito Go, salah satu layanan home banking yang diperkenalkannya.

” Memang kita harus gerak cepat, Hotel dan Villa saya tutup, bekukan dulu biar nggak ada fix cost, lalu lihat celengan ( tabungan) ternyata setelah dihitung bersama untuk bayar gaji pegawai BPR sebulan capai Rp 200 juta dan kami masih bisa bertahan untuk dua tahun ke depan,” kara Alex P. Chandra.

Di bulan Mei 2020 ini, masyarakat maupun dunia usaha sudah menjalani hidup di era New Normal tanpa harus menunggu berakhirnya badai dan datangnya vaksin untuk mengatasi  pandemi global.

” Itu artinya kini kita menjalani akselarasi digital online sehingga harus mempersiapkan diri. Ketika normalisasi datang karyawan dan perusahaan sudah tancap gas lagi dengan produk baru sesuai kebutuhan jaman,”

Out of the box

Usahanya berawal ketika 20 tahun lalu bersama dua rekannya membeli BPR Lestari yang nyaris bangkrut seharga Rp 300 juta. Posisi tinggi di PT Bank Central Asia Tbk cabang Bali tidak menggoyahkan niatnya untuk membangun BPR alias Rural Bank menjadi bank yang dipercaya masyarakat.

Tapi selama 4 tahun pertama, ia tidak bisa berbuat banyak selain mengikuti irama kerja yang ada. Padahal strategi meyakinkan keluarga dan teman dekat sudah dijalankannya agar mau menaruh dananya di BPR Lestari. Memang nasabah sudah 6.000 orang, namun, transaksi nyaris tidak ada karena saldo yang tak bertambah.

”Jangankan orang lain, teman sendiri saja tidak ada yang percaya menaruh uangnya di BPR Lestari. Minimnya kepercayaan juga terjadi saat rekrutmen pegawai karena iklan lowongan kerja tak direspons masyarakat,” ungkapnya.

Tak mau gampang menyerah, kondisi ini dijalaninya dengan tetap optimistis meski tidak satupun yang melamar sehingga jumlah karyawan tak bertambah hanya 15 orang. Dia fokus untuk membenahi karyawan yang sudah ada. 

Satu demi satu tahap pelatihan berhasil dilewati. Selanjutnya, perbaikan terus-menerus dilakukan. Momentum kebangkitan baru dirasakan Alex di tahun 2003, saat ada orang yang percaya dengan mendepositokan uangnya sebesar Rp 25 juta di BPR Lestari.

” BPR selalu diasumsikan bank butut jadi saya ingin buktikan bahwa BPR Lestari itu bagus, sehat dan bukan industri keuangan kelas dua. di Bali kami rangking 6, nomor dua terbaik setelah rangking bank plat merah,” kata Alex tergelak.

Harapannya terbukti jika diawal fokus pada  sumber daya manusia yang berkualitas dan memperbaiki proses maka ujung-ujungnya meningkatkan pendapatan dan laba perusahaan. Kunci sukses ada di layanan yang berkelas sembari melakukan pendekatan personal.

Perseroannya juga tidak pernah mengenakan pinalti jika ada nasabah yang mendadak ingin mencairkan depositonya. Dengan begitu, kepercayaan masyarakat akan terus mekar. Di samping  juga menjanjikan kecepatan kepada pemohon kredit.

Maret tahun lalu pihaknya meluncurkan  Lestari 2.0 karena BPR itu tidak bisa melakukan transaksional. BPR hanya melayani deposito dan produknya memang tidak bisa melayani transaksi yang berakibat biaya dan kreditannya menjadi mahal. Nah ini berlangsung selama 20 tahun.

Itu sebabnya dia melakukan transformasi besar melalui digitalisasi. Bertepatan dengan event 4thn Bali Business Round Table dengan tema ‘Politik dan Ekonomi Indonesia  Maret 2019’, BPR Lestari memperkenalkan transformasi produk baru dengan memperkenalkan aplikasi Mobile Lestari 2.0 di BNDCC, Nusa Dua, Bali

Acara yang diselenggarakan tiap tahunnya oleh direksi tujuannya mengadakan rapat umum pemegang saham dan  memberikan laporan pertanggungjawaban kepada pihak pemegang saham. “Saya memberikan laporan pertanggungjawaban kita kepada para nasabah yang sebenernya merupakan pemegang saham terbesar. Jadi kita infokan apa yang kita sudah kerjakan, apa yang berhasil dan mana yang belum dan kurang,”

Intinya setiap nasabah memiliki informasi yang akurat dan merasakan pelayanan yang terbuka dan personal. Kembali ke soal pariwisata Bali, Alex optimistis, Bali aman-aman saja dan tetap akan menjadi primadona pariwisata Indonesia, katanya meyakinkan dan pastinya badai pasti berlalu….

 

Hilda Ansariah Sabri

Pendiri, Pemimpin Umum, Pemimpin Redaksi dan pemegang sertifikasi Wartawan Utama Dewan Pers dan Ketua Departemen Pariwisata PWI Pusat (2018-2023)